Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Donald Trump Menang, Analis Prediksi Tarif Impor UCO China ke Amerika Bakal Naik

GAPKI menyatakan potensi kenaikan tarif impor UCO China memberikan peluang bagi Indonesia untuk masuk ke pasar Amerika.

8 November 2024 | 17.21 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi kapal pengangkut peti kemas ekspor dan impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Badung - Soft Comodity Analyst Bloomberg Alvin Tai merespons kemenangan Donald Trump pada Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2024. Dia memprediksi, ke depannya, Trump akan meningkatkan tarif impor used cooking oil (UCO) dari China.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saya pikir akan ada kenaikan yang berlanjut kali ini, khususnya pada impor UCO dari China,” ujarnya dalam acara 20th Indonesian Palm Oil Conference and 2025 Price Outlook (IPOC 2024), Jumat, 6 November 2024, di Nusa Dua, Bali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alvin mengatakan, saat ini, China memasok 60 persen dari total impor UCO Amerika Serikat. Potensi kenaikan tarif ini, kata dia, menjadi area rentan yang dapat mempengaruhi ruang global.

Meski demikian, ia menyebut, tidak seorang pun dapat memberi gambaran pasti mengenai perubahan lanskap perekonomian global selama kepemimpinan Trump ke depan.

“Saya pikir, tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti bagaimana lanskap akan berubah dalam empat tahun ke depan,” kata dia.

Di sisi lain, Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonedia (GAPKI) Joko Supriyo mengatakan potensi kenaikan tarif impor bagi China ini, memberikan peluang bagi Indonesia untuk masuk ke pasar Amerika.

“Jadi, jika ini menjadi masalah bagi China, seharusnya menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk mengekspor UCO ke Amerika,” kata Joko.

Sebelumnya, Kepala Kajian Ekonomi Hijau dan Perubahan Iklim Universitas Indonesia Alin Halimatussadiah mengatakan pemerintah harus mencegah potensi greenflation di sektor ekspor minyak jelantah. Alin mengatakan di Eropa dan Amerika, minyak jelantah dijadikan bahan baku biofuel untuk mencapai transisi energi.

“Permintaan minyak jelantah di Indonesia cukup tinggi, sehingga perlu adanya ketetapan harga maksimum,” kata Alin dalam acara desiminasi naskah akademik tata kelola dan tata niaga minyak jelantah di Jakarta, Senin, 5 Agustus 2024.

Menurut dia penetapan harga tertinggi minyak jelantah sudah selayaknya diimplementasikan. Sebab dari nilai ekspornya, minyak jelantah sudah bisa dikategorikan sebagai komoditi.

Traction Energy Asia mencatat pada 2023 indonesia mengekspor 173 kiloton jelantah ke Eropa. Jika dikonversikan jumlah itu setara dengan 173 juta kilogram. Adapun harga tertinggi minyak jelantah pada 2022 mencapai Rp30 juta per ton.

Untuk menetapkan harga tertinggi minyak jelantah, Alin mengatakan harus ada regulasi yang menetapkan minyak jelantah merupakan komoditi terlebih dahulu. Lagi pula, Alin melihat belum ada regulasi yang menyatakan minyak jelantah sebagai limbah secara jelas.

Nandito Putra berkontribusi dalam artikel ini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus