Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan investor China tertarik membangun pabrik nikel di Halmahera Utara, Maluku Utara. Ia menjelaskan nantinya pabrik tersebut akan digunakan untuk mengolah nikel yang merupakan komponen dari baterai lithium.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Gaji Buruh Pabrik Baju Merek Ivanka Trump di Subang Setara 4 Baju
"Akan diekstrasi cobalt untuk baterai juga," tutur dia di kompleks Gelora Bung Karno, Ahad, 5 Agustus 2018.
Ia menjelaskan nantinya baterai lithium itu akan digunakan untuk sumber energi kendaraan listrik. "Industri listrik kan komponennya baterai," ujarnya.
Namun, Airlangga belum menyampaikan berapa besar nilai investasi untuk pabrik tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menuturkan pengembangan mobil listrik saat ini masih terkendala oleh pasokan baterai yang masih harus diimpor. Padahal, kata dia, bahan baku baterai lithium berupa nikel dan kobalt melimpah di dalam negeri.
Luhut menilai salah satu keuntungan penggunaan kendaraan listrik yaitu ramah lingkungan. Selain itu, penggunaan kendaraan listrik, utamanya yang bersumber dari diversifikasi energi akan lebih efisien dan berbiaya operasional rendah.
Menurut dia, pada tahap awal, kerja sama investor China dan Perancis itu akan menggelontorkan US$ 5 miliar untuk pembangunan pabrik baterai lithium.
"Investor ini akan peletakan di Halmahera Utara. Saya minta kalau mau serius, bikin baterai lithium dan dia mau. Jadi mereka sudah setuju, (pengusaha) China ini mau investasi lima miliar dolar tahap pertama (pembangunan pabrik nikel). Selanjutnya dia mau investasi nanti lima miliar untuk tahap kedua," kata dia.
KARTIKA ANGGRAENI | ANTARA