Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Militer Myanmar membebaskan Wirathu, seorang biksu Buddha nasionalis yang terkenal karena pernyataan anti-Muslimnya, setelah membatalkan tuduhan penghasutan yang diajukan oleh pemerintah terguling Aung San Suu Kyi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia dijuluki oleh majalah Time sebagai "Wajah Teror Budhis" karena perannya dalam membangkitkan kebencian agama di Myanmar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dia dirawat di rumah sakit militer," kata juru bicara militer seperti dikutip Reuters, Selasa, 7 September 2021.
Wirathu, yang berasal dari pusat kota Mandalay, terlibat dalam kelompok 969 anti-Muslim pada 2001 dan pertama kali dipenjara pada 2003.
Setelah dibebaskan pada 2010, ia menjadi terkenal dua tahun kemudian saat kerusuhan pecah antara umat Budha dan etnis minoritas Muslim Rohingya di negara bagian Rakhine barat.
Dia mendirikan organisasi nasionalis yang dituduh mendorong kekerasan terhadap Muslim dan juga berhasil melobi undang-undang yang mempersulit pernikahan antar-agama.
Pada tahun 2017, otoritas Budhis tertinggi Myanmar melarangnya berkhotbah selama satu tahun karena pernyataannya. Facebook menutup akunnya pada 2018.
Namun biksu berusia 53 tahun itu tetap menjadi anggota tetap dalam aksi unjuk rasa nasionalis, di mana ia menuduh pemerintah Aung San Suu Kyi melakukan korupsi dan gagal merevisi konstitusi yang dirancang oleh militer.
Dia dipenjara akhir tahun lalu setelah menyerahkan diri kepada pihak berwenang atas tuduhan menyebarkan "kebencian atau penghinaan" dan "ketidakpuasan" terhadap pemerintah saat itu.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer merebut kekuasaan dari Aung San Suu Kyi dalam kudeta pada 1 Februari 2021, yang memicu gerakan protes massa sehingga melumpuhkan perekonomian.
Lebih dari 1.000 orang termasuk anak-anak tewas dalam tindakan represif militer untuk menghentikan unjuk rasa, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, yang memantau penangkapan dan kematian.
Wirathu mampu membangun sentimen ant-etnis Rohingnya di Myanmar yang mayoritas beragama Budha. Etnis Rohingya digambarkannya sebagai migran dari Bangladesh, meskipun banyak dari keluarga mereka telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.
Pada tahun 2017, serangan oleh kelompok bersenjata Rohingya di pos polisi Myanmar memicu tindakan keras militer yang menyebabkan ratusan ribu orang Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dan sekarang menjadi subjek kasus genosida di Mahkamah Internasional.
Wirathu memiliki banyak pengikut dan dipandang memiliki hubungan dekat dengan militer. Namun dalam sebuah video yang dirilis di media sosial saat dia berada di penjara, dia mengeluh perlakuan pemerintah yang dibentuk oleh militer.
Myanmar Now, sebuah kelompok media independen, mengatakan Wirathu telah "diampuni" oleh militer di tengah kampanye pembebasannya oleh para pendukung nasionalis. Seorang pendukung mengatakan bahwa Wirathu menderita COVID-19 dan "tidak dalam keadaan sehat".
Para jenderal militer berdalih terjadi kecurangan pemilu dalam pemilihan November 2020. Bulan lalu, militer membatalkan hasil pemungutan suara.
Aung San Suu Kyi ditahan ketika para jenderal merebut kekuasaan dan menghadapi serangkaian tuduhan termasuk melanggar pembatasan virus corona, korupsi, dan melanggar undang-undang kerahasiaan negara.