Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
YANGON - Sebuah buku baru tentang krisis Rohingya yang ditulis oleh militer Myanmar secara sengaja menggunakan foto-foto palsu dan penulisan ulang sejarah untuk menggiring opini rakyat agar mendukung pembunuhan ribuan warga Rohingya pada tahun lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyelidikan Reuters mengungkap bahwa tiga dari delapan foto sejarah yang terdapat pada buku setebal 117 halaman yang diterbitkan Departemen Komunikasi Militer Myanmar itu ternyata merupakan foto palsu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu foto menunjukkan seorang pria berdiri di atas dua mayat sambil memegang senjata tajam. Teks dalam gambar ini menyatakan bahwa umat Buddha dibunuh oleh warga Rohingya selama kerusuhan etnis pada 1940-an. Namun Reuters menegaskan bahwa foto itu diambil selama perang kemerdekaan Bangladesh pada 1971, ketika ratusan ribu orang Bangladesh dibunuh oleh pasukan Pakistan.
Sebuah foto hitam-putih pudar lain menunjukkan kerumunan orang dengan punggung membungkuk yang melakukan perjalanan massal. "Bengali (Rohingya) menerobos masuk setelah kolonialisme Inggris menduduki bagian bawah Myanmar," kata keterangan foto tersebut.
Foto itu tampaknya dimaksudkan untuk menggambarkan kedatangan Rohingya di Myanmar selama era kolonial, yang berakhir pada 1948. Setelah ditelusuri, ternyata gambar itu sebenarnya adalah para pengungsi yang melarikan diri dari genosida di Rwanda pada 1996. Fotografer Pittsburgh Post-Gazette, Martha Rial, yang merekam gambar itu. Dia memenangi hadiah Pulitzer untuk karya ini.
Sedangkan foto ketiga yang dicetak hitam-putih menunjukkan orang-orang naik perahu reyot. "Bengali memasuki Myanmar melalui jalur air," kata tulisan itu.
Sebenarnya foto asli menggambarkan pengungsi Rohingya dan Bangladesh meninggalkan Myanmar pada 2015, ketika puluhan ribu orang melarikan diri ke Thailand dan Malaysia. Dokumen asli bersumber dari Kementerian Informasi Myanmar sendiri.
Buku bertajuk Politik Myanmar dan Tatmadaw: Bagian I ini mengaitkan operasi keamanan Agustus tahun lalu, ketika sekitar 700 ribu orang Rohingya melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh, menurut badan-badan PBB, dan memicu laporan pembunuhan massal, perkosaan, dan pembakaran.
Namun Reuters tidak dapat menghubungi Letnan Kolonel Kyaw Kyaw Oo, penulis buku ini, untuk meminta konfirmasi. REUTERS | CHANNEL NEWSASIA | SITA PLANASARI AQUADINI
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo