Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LIBANON
Hizbullah Kalah di Parlemen
KOALISI antiSuriah dan Iran mengalahkan Hizbullah dan sekutu Kristennya dalam pemilihan umum parlemen di Libanon, pekan lalu. Rakyat Libanon lebih memilih memberikan 71 dari 128 kursi parlemen Libanon kepada koalisi yang didukung Amerika Serikat, Arab Saudi, dan Mesir.
Sukses koalisi pimpinan Saad Hariri ini sekaligus mempertahankan dominasi mereka atas Hizbullah di parlemen sejak 2005. Saat itu Saad mendapat dukungan simpati dari warga Libanon setelah ayahnya, Rafikal Hariri, tewas dalam sebuah pembunuhan.
Selama empat tahun mereka berkuasa, konflik sengit antara koalisi dan Hizbullah tak terhindarkan. Meski kalah, pemimpin militer Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyatakan menerima hasil pemilu. ”Saya mengucapkan selamat kepada pemenang mayoritas dan oposisi,” ujar Nasrallah.
Menurut mantan Presiden Amerika Serikat Jimmy Carter, yang memimpin tim pengamat internasional di Libanon, pemilu kali ini berlangsung relatif bebas dari masalah. Dia menekankan agar pendukung masingmasing peserta pemilu di luar negeri menerima hasil ini.
JERMAN
Pemerintah Jerman Cekal Thaksin
PEMERINTAH Jerman melarang mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra memasuki negara tersebut. Pencekalan ini terkait kasus hukum Thaksin di Thailand. Pengadilan tinggi Thailand memvonis Thaksin dua tahun penjara dengan tuduhan melakukan tindak pidana korupsi.
Sejak kehilangan kekuasaan, Thaksin lebih banyak hidup di pengasingan seperti di Inggris, Cina, Uni Emirat Arab, dan Australia. Tak jarang pula konglomerat Thailand ini terlihat berbelanja di Hong Kong atau sekadar bermain golf di Bali. Namun sejak vonis dijatuhkan, pemerintah Inggris membekukan visa Thaksin sejak 29 November tahun lalu.
Pemerintah Jerman baru membekukan izin menetap bagi Thaksin pada 28 Mei lalu. ”Dia akan kami tangkap kalau kembali lagi ke Jerman,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Chavanont Intarakomalyasut, Rabu pekan lalu.
Thaksin tiba di Jerman setelah memperoleh visa Schengen, yang membuatnya bebas berkeliling di beberapa negara Eropa. Kemudian ia diizinkan berkunjung ke Jerman selama 90 hari pada musim panas lalu. Pemerintah daerah Bonn memberinya izin menetap setahun sejak 29 Desember lalu.
PAKISTAN
Bom di Masjid dan Sekolah
SEBUAH masjid dan sekolah agama di Lahore, Pakistan, dihantam bom bunuh diri, Jumat pekan lalu. Lima orang di masjid itu tewas seketika. Sedangkan bom di sekolah agama Jamia Naeemia menewaskan dua orang dan melukai sedikitnya enam orang. Serangan yang dilakukan usai salat Jumat itu menewaskan pendiri sekolah Sarfaz Naemi.
Naemi adalah tokoh muslim setempat yang selalu mengecam caracara kekerasan yang dilakukan Taliban. Akibatnya, berulang kali ia menerima ancaman pembunuhan sebelum bom bunuh diri itu meledak.
Sebelumnya, Selasa pekan lalu, sebuah bom bunuh diri juga menghantam Hotel Pearl Continental di Peshawar. Bom bunuh diri yang dipasang di truk dan ditabrakkan ke hotel itu menewaskan 11 orang dan melukai 50 orang.
Walau belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas dua kejadian itu, polisi menduga serangan beruntun tersebut terjadi karena kekalahan Taliban di lembah Swat di barat laut Pakistan. Selama ini militer Pakistan terus menggempur markas Taliban yang berada di sekitar perbatasan PakistanAfganistan itu.
SWISS
Pandemi Flu Babi
BADAN Kesehatan Dunia menyatakan saat ini dunia sedang mengalami pandemi flu babi. Peringatan yang sama dikeluarkan badan tersebut empat dekade silam.
Salah satu indikator adanya pandemi, kata badan tersebut, adalah pesatnya peningkatan kasus flu babi di Australia. Dalam beberapa pekan terakhir, sudah ada 1.300 kasus flu babi di Benua Kanguru itu. Saat ini, di dunia, kasusnya sudah hampir mencapai 30 ribu penderita dan memakan korban meninggal 141 orang.
Kasus terakhir muncul di Hong Kong dengan penderita 12 pelajar terjangkit virus jenis H1N1 itu. Akibatnya, 500 ribu pelajar di kota itu diliburkan. Flu ini pertama kali muncul di Meksiko pada April lalu.
Kini kasus penderita flu babi sudah ditemukan di 74 negara. Pandemi terakhir, flu Hong Kong pada 1968, menewaskan satu juta orang di seluruh dunia.
FILIPINA
Unjuk Rasa Telan Korban
PEMIMPIN unjuk rasa kelompok petani di Filipina, Fermin Lorico, tewas ditembak orang tak dikenal pada Rabu pekan lalu. Menurut pihak kepolisian wilayah Dumaguete, penembakan terjadi hanya beberapa jam setelah Lorico melakukan orasi.
Aksi unjuk rasa yang diikuti lebih dari 5.000 orang itu digelar serentak di berbagai wilayah, termasuk Manila. Unjuk rasa yang digelar di Makati, pusat ekonomi ibu kota Filipina, ini dipimpin oleh kelompok oposisi dan kalangan gereja Katolik.
Mereka memprotes keinginan Presiden Gloria MacapagalArroyo mengamendemen UndangUndang Dasar 1987, yang membatasi jabatan presiden hanya sekali dalam enam tahun. Pendukung Arroyo mengatakan usulan perubahan undangundang dasar diperlukan untuk memperbaiki iklim politik demi masuknya investasi asing ke Filipina.
Para pengunjuk rasa menduga ini hanyalah akalakalan Arroyo untuk melanggengkan kekuasaannya hingga akhir masa jabatannya pada 2010. Arroyo sudah berkuasa selama delapan tahun sejak menggantikan Joseph Estrada, yang digulingkan militer karena kasus korupsi.
AMERIKA
Sanksi Baru Korea Utara
Dewan Keamanan Perserikatan BangsaBangsa menjatuhkan sanksi lebih keras kepada Korea Utara, Jumat pekan lalu. Resolusi ini disepakati untuk menyikapi Korea Utara yang telah menguji coba senjata nuklir di bawah tanah bulan lalu.
Sanksi PBB itu meliputi inspeksi menyeluruh terhadap semua kapal yang keluar dan masuk Korea Utara, pelarangan penjualan senjata, serta pengawasan terhadap transaksi keuangan dari dan ke negara itu.
Resolusi itu sama sekali tak ditentang Cina dan Rusia, negara yang selama ini menjadi pembela Korea Utara. Duta Besar Cina untuk PBB Zhang Yesui menyebut resolusi itu sebagai ”pernyataan oposisi” dunia terhadap ambisi nuklir Korea Utara.
Yophiandi(CNN, Reuters, AFP, The Guardian)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo