Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

24 April 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Venezuela
Ratusan Ribu Demo Anti-Maduro

Sedikitnya tiga orang tewas dalam demonstrasi menentang pemerintah Presiden Nicolas Maduro yang berakhir rusuh, Rabu pekan lalu. Menurut BBC, seorang remaja di Ibu Kota Karakas dan seorang wanita di San Cristobal, dekat perbatasan Kolombia, tewas tertembak. Korban lainnya, seorang petugas Garda Nasional, tewas di selatan Ibu Kota.

Massa menggelar aksi protes menenteng pemerintah Presiden Nicolas Maduro di tengah krisis ekonomi yang mendera negara itu. Ratusan ribu orang turun ke jalan. Para pendukung dan simpatisan kubu oposisi menggelar aksi di Karakas dan kota-kota lainnya, yang mereka sebut sebagai "induk dari semua pawai". Oposisi mengatakan Presiden Maduro berubah menjadi diktator. Oposisi juga menuduh pemerintah menggunakan warga sipil bersenjata untuk menyebarkan kekerasan dan ketakutan.

Meski memiliki cadangan minyak terbesar di dunia, Venezuela mengalami krisis ekonomi dan inflasi tinggi. Menurut data Dana Moneter Internasional (IMF), inflasi di Venezuela mencapai 700 persen tahun ini. Dampaknya, kejahatan merajalela dan terjadi penjarahan. Krisis bertambah runcing setelah Mahkamah Agung memutuskan mengambil alih kekuasaan dari parlemen yang dikuasai oposisi.

Puluhan ribu orang berkumpul menuntut pemilihan presiden baru dan pembebasan politikus oposisi yang dipenjara. Pemimpin oposisi Henrique Capriles menyerukan aksi demonstrasi terus berlanjut. "Di tempat yang sama, waktu yang sama," ujar Capriles. "Jika hari ini berjumlah jutaan orang, besok kita bawa lebih banyak." Maduro menuduh kelompok oposisi melakukan penjarahan toko. Dia mengatakan lebih dari 30 orang ditangkap. Namun, menurut kelompok hak asasi manusia Penal Forum, lebih dari 400 orang ditangkap saat demonstrasi tersebut.

Inggris
Perdana Menteri May Minta Pemilu

MEMBERIKAN pernyataan tak terjadwal di luar kantornya di Downing Street, Perdana Menteri Theresa May mengesampingkan janjinya untuk tak maju dalam pemilihan umum sebelum 2020. Pada Selasa pekan lalu itu, dia meminta parlemen menyetujui pemilu yang lebih cepat, pada 8 Juni nanti.

Dia beralasan pemilu itu perlu demi terwujudnya parlemen dengan mayoritas yang sehat dan menjadi jaminan bagi versi Partai Konservatif tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit. "Kita perlu pemilu dan kita perlu sekarang karena saat ini kita punya satu saja kesempatan untuk merampungkannya, sementara Uni Eropa setuju posisi perundingannya dan sebelum pembicaraan mengenai detailnya berlangsung," katanya seperti dikutip The Guardian.

May menuding partai-partai oposisi berupaya membahayakan persiapan yang dilakukan pemerintahnya untuk menuntaskan Brexit. Merespons hal ini, pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan dia menyambut kesempatan untuk menentang kebijakan Konservatif.

Menurut para pendukung May, sang Perdana Menteri bakal memanfaatkan pemilu untuk menggencet para penentang Brexit. Perkiraan Michael Thrasher, ahli pemilu, Partai Konservatif berpeluang memenangi lebih banyak kursi parlemen.

Cina
Penerbangan ke Korea Utara Ditangguhkan

PEMERINTAH Cina menangguhkan penerbangan Air China yang dikelola pemerintah dengan rute dari dan ke Pyongyang, Korea Utara. Langkah ini dijalankan karena ketegangan yang meningkat di Semenanjung Korea.

Dalam pengumumannya pada Sabtu dua pekan lalu, seperti dilaporkan Free Radio Asia, Partai Komunis Cina menyebutkan keputusan itu berlaku sejak Senin, 17 April 2017, hingga batas waktu yang belum ditentukan. Maskapai Air China satu-satunya perusahaan penerbangan Cina yang melayani rute Beijing-Pyongyang.

Dalam penjelasan disebutkan alasan penangguhan itu adalah sepinya penumpang sehingga tak ada hubungannya dengan politik. Tapi dugaan kuat bahwa hal itu berhubungan dengan memanasnya situasi di Semenanjung Korea tak terhindarkan. Melalui Kementerian Luar Negeri, Cina sebelumnya menyatakan ketegangan di sana bisa meningkat menjadi peperangan.

Ketegangan itu meningkat setelah Amerika Serikat mengerahkan armada angkatan lautnya, yang dipimpin kapal induk USS Carl Vinson ke wilayah Korea. Pengerahan militer ini dilakukan setelah Korea Utara berkeras akan menguji coba lagi rudal nuklirnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus