Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ISIS
Ramadi Direbut Kembali
Pasukan pemerintah berhasil merebut kembali Kota Ramadi, basis kekuasaan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Irak. Kemenangan itu menuai optimisme Perdana Menteri Haider al-Abadi, yang bersumpah akan menumpas ISIS tahun depan.
Jatuhnya Ramadi merupakan bagian dari rangkaian kekalahan ISIS selama beberapa bulan terakhir, baik di Irak maupun Suriah. Pada November lalu, ISIS kehilangan Kota Sinjar, tanah moyang minoritas Yazidi, akibat gempuran pasukan Peshmerga Kurdi yang didukung serangan udara Amerika Serikat.
Di Suriah, paramiliter Kurdi juga berhasil mendekat ke ibu kota de facto ISIS, Raqqa. Meski begitu, kelompok radikal ini masih mencengkeram Mosul, ibu kota Provinsi Nineveh, di wilayah utara.
Kemenangan lain dari koalisi anti-ISIS pimpinan Amerika adalah tewasnya sejumlah pemimpin milisi itu. Charaffe al-Mouadan, warga Prancis, anggota ISIS yang terlibat langsung penyerangan di Teater Bataclan, Paris, dinyatakan tewas dalam serangan udara di Suriah. Kematian Al-Mouadan menyusul sejumlah petinggi lain,seperti fasilitator operasi eksternal ISIS, Rawand Dilsher Taher dan Tashin al-Hayali; wakil deputi emir ISIS, Yunis Khalash; Mithaq Najim; serta pakar bom Abu Anas.
ARAB SAUDI
Pangkas Subsidi Energi
Negeri petrodolar Arab Saudi berencana memangkas subsidi energi, air, dan listrik dalam lima tahun mendatang. Penghematan itu, menurut pejabat Saudi, akibat defisit anggaran lantaran anjloknya harga minyak.
Harga minyak bumi melorot dari tingkat tertinggi pada Maret 2012 sebesar US$ 125 atau sekitar Rp 1,72 juta per barel menjadi hanya US$ 37,18 atau setara dengan Rp 512 ribu saat ini. Padahal komoditas itu mengisi 77 persen pundi-pundi Arab Saudi.
Menurut laporan Gulf News, defisit anggaran Saudi pada 2015 mencapai US$ 98 miliar. Pendapatan US$ 162 miliar, jauh di bawah perkiraan dan pendapatan pada 2014. Sedangkan pengeluaran mencapai US$ 260 miliar. "Anggaran jelas menyatakan subsidi harus dikurangi dalam lima tahun mendatang. Tidak disebutkan elemen spesifik, tapi arahnya telah ditetapkan," kata Sachin Mohindra, wakil presiden senior dan manajer portofoliomanajemen aset Saudi, seperti dilaporkan Gulf News.
MISS UNIVERSE 2015
Politik Domestik Sang Ratu
Insiden salah memahkotai Miss Universe menjadi topik terpopuler di media sosial. Isinya macam-macam, dari kecaman terhadap pemandu acara, Steven Harvey, hingga kritik kepada "Ratu Semesta" dua menit asal Kolombia, Ariadna Gutierrez.
Ariadna, yang sudah sempat mengenakan mahkota dan melambaikan tangan kemenangan, terperanjat saat Harvey mengumumkan bahwa dia membuat kesalahan. Mahkota Ariadna pun dipindahkan ke Miss Universe 2015 yang sesungguhnya, Miss Filipina, Pia Alonzo Wurtzbach.
Betapapun insiden memalukan itu terjadi, rakyat Kolombia tetap menganggap Ariadna sebagai pemenangnya. Presiden Kolombia Juan Manuel Santos, yang sempat mencuitkan ucapan selamat, langsung mengoreksinya."Bagi kami, Anda akan selalu menjadi Miss Universe," tulis Santos. "Kami merasa sangat bangga."
"Ariadna akan selalu menjadi Miss Universe kami, sekarang dan selamanya," kata organisasi penyelenggara kontes keratuan Kolombia, Colombian Pageant Organization Concurso Nacional de la Belleza de Colombia, seperti dilaporkan People.
SURIAH DAN PRANCIS
Suriah dan Prancis Paling Berbahaya
Lembaga advokasi wartawan global menyebut Suriah dan Prancis sebagai negara paling mematikan bagi jurnalis selama 2015. Komite Perlindungan Jurnalis mencatat 69 wartawan tewas saat bertugas, 40 persen di antaranya terkait dengan kelompok militan Islam seperti ISIS dan Al-Qaidah.
Suriah menempati peringkat pertama dengan 13 kematian, disusul Prancis dengan korban delapan anggota staf Charlie Hebdo.
Sedangkan Reporter tanpa Batas (RSF) menghitung 110 wartawan tewas selama 2015--43 di antaranya tidak jelas penyebabnya. Asosiasi berbasis di Paris itu juga mencatat 27 jurnalis warga dan 7 pekerja media yang tewas selama 2015.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo