Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momen

12 Januari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JERMAN
Demo AntiIslam Dibalas Demo

Sebanyak 18 ribu orang turun ke jalan pada Senin pekan lalu untuk mengikuti demonstrasi antiimigran, yang diorganisasi oleh gerakan sayap kanan di Dresden. Aksi di wilayah timur Jerman ini mengundang aksi balasan yang diikuti jauh lebih banyak peserta di sejumlah kota.

Gerakan antiimigran atau disebut pula antiIslam itu sebenarnya bermula hanya dengan beberapa ratus orang pada Oktober tahun lalu. Para pendukung Patriotic Europeans Against the Islamisation of the Occident (Pegida) ini bersatu dalam kesamaan persepsi mengenai "Islamisasi Eropa". Kanselir Angela Merkel sempat menyerukan pembatalan aksi, tapi suaranya tak didengar.

Menyadari ancaman gerakan yang bersifat antiorang asing itu, sekitar 30 ribu orang menggelar demonstrasi tandingan. Di Cologne, seperti dilaporkan Al Jazeera, Selasa pekan lalu, beberapa ribu pemrotes antiPegida memajang poster berisi tulisan antara lain, "kebencian terhadap orang asing itu tak manusiawi", "bikin malu negara kita", dan "pikirkan anakanak kalian". Di kotakota lain berlangsung aksi serupa; di Berlin bahkan ikut bergabung Menteri Kehakiman Heiko Maas.

Pegida mengklaim sebagai gerakan dari bawah dan menurut manifestonya bertujuan melindungi nilainilai "YahudiKristen". Selama ini Pegida dianggap berhasil meningkatkan daya tariknya dengan cara menjaga jarak dari kelompok ekstrem kanan. Mengenai posisinya, di Facebooknya ditegaskan bahwa Pegida menolak "ceramah kebencian, apa pun agamanya" dan "radikalisme, apakah motivasinya agama atau politik".

Di Jerman diperkirakan ada 4 juta muslim, dari penduduk total yang berjumlah 81 juta orang. Belakangan, gerakangerakan ekstremisme kanan memang cenderung meningkat; jumlah kasus serangan terhadap orang asing terus bertambah.

YAMAN
Korban Jiwa Makin Berlipat

Pergolakan di Yaman, yang terjadi sejak 2011, menelan korban jiwa yang jumlahnya terus berlipat, hingga tiga kali. Menurut Abaad Centre for Strategic Studies, sebuah lembaga think tank, pada 2014 setidaknya 7.000 orang tewas, termasuk sekitar 1.200 warga sipil, akibat kekerasan politik yang terus berlangsung sejak protes prodemokrasi berhasil memaksa Presiden Ali Abdullah Saleh turun dari jabatannya.

Lembaga yang sama menyebutkan dalam laporannya, di negara itu kini diyakini bahwa kaum Houthi telah menguasai 70an persen kemampuan militer. Sepanjang tahun lalu, kaum yang juga disebut Ansarullah itu merebut lebih dari 120 wahana mirip tank dan kendaraan lapis baja lainnya serta sekitar 100 roket.

Kaum Houthi, yang beraliran Syiah, merangsek ke Sanaa, ibu kota Yaman, tanpa perlawanan pada September tahun lalu. Sejak itu, mereka terus bergerak ke wilayahwilayah yang dihuni kaum Sunni. Perlawanan sengit dilancarkan oleh cabang AlQaidah di Yaman, AQAP, dan sukusuku yang sealiran.

Laporan itu menyimpulkan bahwa peralihan kekuasaan sejak Ali Abdullah lengser telah gagal. Dalam kenyataannya, kekerasan politik memang terus berlangsung. Ahad pekan lalu, sebuah bom meledak di Dhamar. Empat orang tewas, termasuk seorang wartawan, dan 25 orang lainnya lukaluka. Kejadian ini berlangsung tiga hari setelah hampir 50 orang tewas akibat serangan bom bunuh diri di Ibb.

SURIAH
Penghancuran Makam Imam Nawawi

Front alNusra, yang disebutsebut sebagai AlQaidah cabang Suriah, dituduh telah menghancurkan makam ulama besar Islam dari abad ke13. Makam itu, menurut The Syrian Observatory for Human Rights pada Rabu pekan lalu, adalah makam Imam Nawawi di Nawa, di bagian selatan Suriah, dekat perbatasan Yordania.

Kementerian Kekayaan Islam Suriah mengutuk penghancuran melalui pengeboman itu. Aksi Front alNusra disebutnya sebagai serangan terhadap "sejarah dan warisan negara". Tapi sudah umum diketahui bahwa pemerintah Suriah sejauh ini memang kehilangan kontrol atas banyak wilayah di Provinsi Deraa, lokasi makam tersebut.

Dalam laporannya yang diterbitkan pada akhir Desember 2014, Perserikatan BangsaBangsa menyebutkan 290 situs sejarah di seluruh negeri secara langsung terkena dampak pertempuran yang mengoyak Suriah. Dari semua itu, 24 di antaranya telah dihancurkan, 104 rusak berat, 85 rusak sedang, dan 77 lainnya mungkin rusak.

Pasukan dari kelompok afiliasi AlQaidah dan lawannya, Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) atau yang belakangan menjadi Islamic State, menganggap makam sebagai wujud dari pemujaan. Mereka sengaja menghancurkan sejumlah tempat yang selama ini dianggap suci.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus