Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Momoen

2 Februari 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Filipina
Serbuan Teroris Tewaskan 43 Polisi

Setidaknya 43 anggota Pasukan Aksi Khusus (SAF) Kepolisian Nasional Filipina terbunuh dalam penyergapan sebelum subuh di wilayah basis pemberontak Filipina pada Ahad dua pekan lalu. Ini menjadi hari paling berdarah dalam beberapa tahun bagi kepolisian Filipina. "Ini kehilangan terbesar dalam ingatan sekarang," kata Mar Roxas, Sekretaris Departemen Dalam Negeri dan Pemerintahan Lokal, seperti dikutip CNN.

Anggota pasukan terbunuh dalam baku tembak 12 jam di Kota Mamasapano, Provinsi Maguindanao. Sebanyak 11 polisi juga terluka. Ketika itu, 392 anggota pasukan SAF sedang mengincar tersangka terorisme pembuat bom asal Malaysia sekaligus pemimpin Jamaah Islamiyah, Zulkifli bin Hir alias Marwan, dan pembuat bom asal Filipina, Abdul Basit Usman.

Marwan diduga melatih pembuatan bom untuk kelompok Abu Sayyaf. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat menjanjikan US$ 5 juta bagi penangkapnya. Ia dicurigai berdiam di wilayah selatan Filipina sejak 2003. Pemerintah Amerika juga mengiming-imingi US$ 1 juta bagi pemberi informasi keberadaan Usman.

Anggota Front Pembebasan Islam Moro (MILF) dan Pejuang Kebebasan Islam Bangsamoro (BIFF) juga terlibat dalam baku tembak tersebut. Padahal MILF sudah membuat kesepakatan dengan pemerintah Filipina tahun lalu untuk meletakkan senjata.

SAF sendiri mundur dari targetnya saat diserang BIFF. Nahas, anggota SAF tersesat di wilayah MILF. Roxas mengaku pemerintah tak mencoba mensabotase perjanjian damai dengan kelompok MILF. "Kami berharap dan percaya bahwa ini tak akan menggagalkan perjanjian perdamaian," ujarnya. L

Malaysia
Kantor Kartunis Disergap Polisi

POLISI menyergap kantor kartunis satire Malaysia, Anwar Alhaque alias Zunar, dan menyita buku-bukunya. Penyerbuan terjadi pada Rabu pekan lalu ketika Anwar sedang berada di London. Menurut laporan The Malaysian Insider, Zunar bercuit, "Polisi di kantor saya, mencari saya. Tapi saya sekarang di London. Jadi mereka mengambil semua buku saya."

Zunar menyebutkan total ada 149 eksemplar buku yang disita polisi. Semuanya terdiri atas dua judul, yaitu "Conspiracy to Imprison Anwar" ("Konspirasi untuk Memenjarakan Anwar") dan "Pirates of Carry BN" ("Pembajak Pelaksana Barisan Nasional") versi bahasa Inggris dan bahasa Melayu. Polisi sempat menanyai staf di kantor Zunar, tapi mereka tak bersikap kooperatif.

Penyergapan dipimpin Asisten Pengawas Polisi Lim Ah Heng dari Divisi Hukum Departemen Investigasi Kriminal Markas Besar Kepolisian Kuala Lumpur. Zunar menduga penyitaan itu terkait dengan tuduhan pelanggaran Undang-Undang Hasutan yang dikenakan padanya, juga UU Penerbitan Cetak dan Kitab UU Pidana.

Pada 2010, karena komiknya yang satire, Zunar pernah terjerat UU Hasutan hingga dipenjara dua tahun. Tapi rupanya ia tak kapok. Zunar berada di London untuk berbicara di Universitas Oxford dan Universitas Cambridge tentang perlawanan lewat kartun. Ia mengatakan, sekembalinya ke Malaysia, polisi akan memanggilnya.

Masih melalui cuitan, Zunar mengkritik penyergapan polisi. "Jika kartun dianggap fitnah, mereka yang tersinggung harusnya mengajukan gugatan sipil. Tidak jadi masalah. Saya menentang penggunaan undang-undang kriminal seperti Undang-Undang Hasutan." L

Jepang
Soal Jugun Ianfu, Asahi Shimbun Digugat

LEBIH dari 10 ribu orang menuntut Asahi Shimbun menarik artikelnya mengenai jugun ianfu alias wanita yang dipaksa menghibur tentara Jepang semasa Perang Dunia II. Kalangan sayap kanan menganggap artikel itu menodai reputasi warga Jepang.

Artikel yang dimaksud dipublikasikan antara 1982 dan 1994. Meski koran itu secara resmi sudah menarik 18 artikel akhir tahun lalu, gugatan hukum terhadapnya tetap diajukan pada Senin pekan lalu.

Dalam gugatan yang dilayangkan ke Pengadilan Distrik Tokyo itu, para penuntut, termasuk peneliti, jurnalis, dan legislator, meminta kompensasi 10 ribu yen per orang. Jumlah penuntut diperkirakan akan bertambah menjadi 13 ribu orang.

Mereka menyebutkan Asahi Shimbun merusak kehormatan dan hak pribadi warga Jepang. Mereka juga menuntut koran itu memuat permintaan maaf karena menyebarkan fakta keliru kepada masyarakat internasional.

Mulanya Asahi Shimbun, harian sayap kiri, menulis kisah jugun ianfu berdasar kan kesaksian Seiji Yoshida, yang mengklaim mengumpulkan perempuan untuk dijadikan budak seks oleh militer Jepang sebelum dan sesudah Perang Dunia II. Yoshida mengaku mengambil paksa perempuan dari Pulau Jeju, yang dulu di bawah pendudukan Jepang, kini wilayah Korea Selatan. Belakangan Asahi Shimbun mengakui kesaksian Yoshida tidak benar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus