Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Myanmar menuding serangan kelompok Arakan Army bisa mengganggu stabilitas negara bagian Rakhine selama bertahun-tahun. Juru bicara pemerintah, Zaw Htay meminta masyarakat tidak memberikan dukungan kepada kelompok ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca:
Pemerintahan Aung San Suu Kyi Minta Militer Serang Arakan Army
Zaw juga menuding kelompok Arakan Army bertemu dengan kelompok Arakan Rohingya Salvation Army di wilayah dekat perbatasan dengan Bangladesh.
Zaw beralasan ini membuat militer Myanmar kesulitan untuk mengalahkan kelompok ini karena mereka memiliki markas di wilayah perbatasan bagian Bangladesh.
Otoritas keamanan Bangladesh menolak tudingan itu dan meminta militer Myanmar memberikan bukti.
Baca:
“Semua kegiatan terorisme terjadi di sisi sebelah sana dari perbatasan,” kata Letnan Kolonel Manzural Hasan Khan, yang merupakan seorang Komandan Penjaga Perbatasan Bangladesh di daerah Cox Bazar seperti dilansir Reuters pada Senin, 7 Januari 2019.
Cox Bazar merupakan wilayah tempat penampungan sekitar 900 ribu pengungsi etnis minoritas Muslim Rohingya, yang kawasan pemukimannya di Rakhine diserang militer Myanmar dan milisi Budha pada pertengahan 2017. PBB menemukan sejumlah pelanggaran HAM berat dan genosida dilakukan militer Myanmar terhadap etnis minoritas Rohingya.
Baca:
“Dunia tahu apa yang terjadi si sisi sebelah sana,” kata Manzural.
Ketegangan antara Arakan Army dan militer Myanmar meningkat drastis pada Desember 2018 setelah terjadinya operasi militer pemeirintah di negara bagian Rakhine.
Ini memicu reaksi dari Arakan Army, yang kemudian menyerang empat pos polisi terluar Myanmar di wilayah dekat perbatasan dengan Bangladesh. Serangan ini menewaskan 13 orang polisi dan beberapa orang tersandera.
Media BNI Online melansir perwakilan Arakan Army mengatakan pos polisi menjadi target yang sah karena sering digunakan militer untuk menyerang pasukannya.
Baca:
“Warga desa telah disiksa oleh petugas perbatasan ini saat mereka ikut dalam operasi militer. Militer Burma (Myanmar) juga menggunakan pos polisi ini sebagai tempat untuk menembaki pasukan kami menggunakan artileri. Itu sebabnya kami menyerang mereka,” kata Khaing Thukha dari departemen informasi Arakan Army.