Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Naiknya pedang bermata dua

Jiang zemin, 61, tokoh tak suka menonjolkan diri, terpilih sebagai sekjen baru PKC. sedang zhao ziyang dipecat dari semua kedudukannya. politik cina selalu diwarnai faksionalisme, konflik, kompromi.

1 Juli 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG yang konon menangis menemui mahasiswa yang mogok makan di Tiananmen Mei silam ditentukan nasibnya Sabtu pekan lalu. Setelah bersidang dua hari, Komite Sentral ke-13 PKC memutuskan memecat Zhao Zhiyang, orang yang menangis itu, dari semua kedudukannya: Sekjen PKC, anggota Komite Tetap Politbiro, anggota Komite Sentral, dan Ketua I Komisi Militer Pusat dalam Komite Sentral. Turut tenggelam bersamanya adalah tokoh reformis radikal lain, Hu Qili. Komite juga memutuskan menerima secara aklamasi pidato Perdana Menteri Li Peng yang berjudul "Laporan tentang Kesalahan Kawan Zhao Ziyang dalam Keributan Anti-Partai dan Anti-Sosialisme". Kata Li, "Sang kawan telah melakukan kesalahan dengan mendukung pemberontakan yang menyebabkan terjadinya perpecahan di dalam Partai. Ia memang telah berjasa besar terhadap negara dengan memperkenalkan reformasi ekonomi dan menjadikan Cina sebagai negara terbuka. Tapi ia jelas-jelas telah melakukan kesalahan besar dalam mempraktekkan reformasi. Zhao harus mempertanggungjawabkan semua kesalahan tersebut." Kalimat terakhir ini menyiratkan adanya kemungkinan Zhao diadili. Yang mengejutkan adalah tersisihnya nama Qiao Shi politikus veteran penganut garis keras yang belakangan diduga keras akan menggantikan Zhao. Kursi Sekjen ternyata diberikan kepada Jiang Zemin. Dan, sebagaimana biasa, untuk menunjukkan adanya kesatuan dalam pimpinan partai, disebutkan, "Kawan Jiang Zemin telah terpilih secara aklamasi." Banyak yang menduga tampilnya Jiang sekali lagi menunjukkan bahwa Deng Xiaoping masih merupakan orang yang bermain di belakang layar. Walaupun dianggap penganut garis keras, Jiang dikenal moderat. Penunjukannya bisa ditafsirkan sebagai pengimbang atas makin kerasnya gelombang konservatisme sejak Pembantaian Tiananmen. Deng tak ingin Cina kembali ke konservatisme dan karenanya ia tak memberikan pos Sekjen PKC kepada Qiao Shi. Jiang, 61 tahun, tokoh yang tak suka menonjolkan diri. Ia diketahui loyal terhadap Deng. Ia bagai pedang bermata dua. Bisa diandalkan membasmi kekuatan kontrarevolusioner di dalam partai, sekaligus melindungi reformasi ekonomi dari serangan penganut garis keras. Kata seorang pengama Barat yang kebetulan kenal dengannya, "Ia seorang pemimpin dengan kepribadian yang tak berkibar-kibar atau penuh warna-warni. Secara ideologis ia cenderung berpihak ke arah mana saja angin politik bertiup di ibu kota." Kesetiaan Jiang kepada partai telah dibuktikan Juni lalu. Ketika Li Peng mengumumkan negara dalam bahaya karena demonstrasi mahasiswa, Jiang, waktu itu sebagai wali kota dan Ketua PKC Cabang Shanghai, adalah tokoh daerah pertama yang mendukung keputusan itu. Ia sendiri berhasil meredam kemarahan massa di kotanya tanpa harus menembakkan peluru. Malah, ketika demonstrasi di Shanghai mencapai puncaknya, ia melarang tentara masuk kota. Dengan kepala dingin ia berhasil mengatasi krisis. Konon, sikap itulah yang menarik perhatian Deng. Dikenal kurang ideologis, tapi ia bersikap keras terhadap para perusak harta negara yang mengacaukan Shanghai. Atas perintahnya tiga orang yang dituduh sebagai biang keladi pembakaran kereta api pada kerusuhan di Shanghai telah ditembak mati. Perilaku dan latar belakang pendidikan Jiang cocok dengan citra reformisme Deng Xiaoping. Ia bergabung dengan PKC pada usia 20 tahun, kariernya meroket setelah Mao meninggal. Ia lulus dari Universitas Jiaotong di Shanghai pada 1947 sebagai insinyur perlistrikan. Segera ia diangkat menjadi wakil kepala sebuah pabrik pemroses bahan makanan di kota itu juga. Pada 1955 ia pergi ke Moskow untuk mempelajari teknik permobilan. Sekembalinya dari sana ia aktif dalam pabrik-pabrik ketenagaan listrik. Ia dipilih sebagai anggota Komite Sentral pada 1982, dan dipromosikan menjadi anggota Politbiro pada 1987. Waktu itu, 1982-1985, ia terpilih menjabat Wakil Menteri Pertama dan kemudian Menteri Industri Elektronik. Ikut naik bersama Jiang adalah Li Ruihan, 55 tahun, yang buat standar umur para pemimpin Cina tergolong "muda". Orang yang menjadi anggota Politbiro pada 1987 ini senang bicara blak-blakan. Dalam suatu obrolan dengan para wartawan asing beberapa waktu yang lalu ia terus terang mengatakan tak punya ambisi untuk memikul pangkat dan kedudukan tinggi. "Orang yang tak suka menjadi terkenal, sama seperti ayam dan babi yang tak mau gemuk dan kuat. Pada waktu itulah ayam dan babi sudah saatnya disembelih," katanya bergurau. Tapi suka atau tidak, bekas tukang kayu dan buruh teladan itu telah menjadi "tuan-tuan 17" yang menentukan hitam-putihnya Cina -- "tuan-tuan 17" itulah Politbiro. Yang juga naik daun adalah veteran perang revolusi Song Ping, 72 tahun. Ia pernah menjadi komisar politik tertinggi tentara, di samping menjabat sekretaris pribadi Zhou Enlai. Warna ideologinya tak jelas, tapi ia punya hubungan baik dengan Zhao Ziyang. Kalau melihat pada personel yang duduk di dalam Politbiro kini, kelihatan lagi adanya kombinasi antara tokoh-tokoh tua, para penganut garis keras, dan juga reformis. Politik Cina memang selalu diwarnai dengan faksionalisme, konflik, dan kompromi. Itu memungkinkan kejadian semacam di Tiananmen bisa terulang.A. Dahana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum