Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mantan perdana menteri Malaysia Najib Razak mengatakan dia bersedia bersumpah laknat untuk menyangkal pernyataan hukum mantan komando polisi Azilah Hadri bahwa dia memberikan perintah pembunuhan model Mongolia Altantuya Shaariibuu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya bermaksud mengambil sumpah laknat untuk menyangkal tuduhan dalam pernyataan hukum Azilah Hadri," katanya seperti dikutip dari The Star, 19 Desember 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saya akan melakukan sumpah di Masjid Jamek di Kampung Baru di ibu kota setelah shalat Jumat pekan ini," katanya di Facebook-nya.
Sumpah laknat adalah sumpah menurut prinsip-prinsip Syariah dan dibuat atas nama Allah, di mana pengakuan menyerukan kepada Allah untuk menghukumnya jika dia berbohong.
Sumpah berarti sumpah sementara laknat, dalam bahasa Melayu dan Arab, berarti mengutuk.
Pengakuan Azilah baru-baru ini mengejutkan publik Malaysia, ketika ia mengajukan 17 halaman pernyataan hukum atau SD yang mengklaim bahwa ia telah membunuh Altantuya model Mongolia atas perintah Najib, yang saat itu wakil perdana menteri.
Altantuya Sharibuu.[The Star]
SD diajukan oleh pengacaranya J. Kuldeep Kumar pada 17 Oktober sebagai bagian dari permohonannya mencari tinjauan Pengadilan Federal. Azilah dan Kopral Sirul Azhar Umar, yang juga mantan komando polisi, divonis mati Pengadilan Federal pada 2001.
SD menjelaskan bagaimana Azilah dibawa ke kediaman Najib, Seri Kenangan di Pekan, daerah pemilihan parlementernya, saat dia bertugas.
Dia menyatakan bahwa Najib tidak hanya memerintahkan pembunuhan tetapi juga meminta agar bahan peledak dari gudang senjata Unit Aksi Khusus (UTK) kepolisian digunakan untuk meledakan mayat Altantuya untuk menutupi jejaknya dengan dalih operasi rahasia.
Dikutip dari Malay Mail, Altantuya, penerjemah berusia 28 tahun, ditembak di kepala oleh pengawal elit Perdana Menteri Najib Razak saat dia mengatakan mengandung anak hubungan gelap dengan Najib Razak.
Dikabarkan Altantuya meminta US$ 500.000 atau Rp 6,9 miliar kepada Najib Razak sebelum dibunuh dan dibawa ke mobil oleh Inspektur Kepala Azilah Hadri dan Kopral Sirul Azhar Umar, kemudian tubuh Altantuya diledakan dengan bom C4 di hutan.