Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Nasib suu kyi setelah menang

Rumah aung san suu kyi dijaga ketat. hadiah nobel perdamaian terpaksa diberikan lewat suaminya, michael aris. nasibnya tak jelas, kecuali rezim militer myanmar. kumpulan tulisannya segera terbit.

26 Oktober 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penjagaan rumah Suu Kyi diperketat. Tak ada yang tahu nasib sebenarnya, kecuali rezim militer Burma. SEBAGIAN besar dunia bertepuk 3 tangan, kecuali rezim militer di Myanmar yang dulu disebut Burma. Yakni sehubungan menangnya Auang San Suu Kyi sebagai pemenang Nobel Perdamaian. Sampai akhir pekan lalu, sikap pemerintah Yangoon (Rangoon) hanya bisa ditebak dari koran pemerintah Harian Buruh, edisi Rabu pekan lalu. Dalam koran itu dimuat sebuah karikatur tentang hadiah Nobel Perdamaian, menggambarkan piala hadiah Nobel dengan tulisan, "Ini bukan hadiah perdamaian. Ini hadiah turut campur politik dalam negeri." Pada masa perang dingin masih berjalan, bisa dimaklumi bila pemerintah Soviet tetap menganggap Boris Pasternak dan Solzhenitsyn, dua pemenang Nobel Kesusastraan dari Soviet, sebagai pembangkang. Pasternak tak mau menerima hadiah itu karena tak akan dibolehkan balik ke tanah airnya, Solzhenitsyn akhirnya mengucilkan diri di AS. Sikap Burma kini seolah menantang seluruh dunia. Bahkan tak diketahui adakah rezim Yangoon memberi tahu Suu Kyi bahwa ia mendapat hadiah Nobel Perdamaian. Yang jelas, Desember depan Michael Aris, suami Suu Kyi yang warga negera Inggris, bersama kedua anak mereka akan terbang ke Oslo untuk menerima hadiah medali emas, diploma, dan uang senilai US$ 1 juta atas nama Suu Kyi. Menurut beberapa pengamat di Yangoon, sejak diumumkan Suu Kyi mendapat Nobel Perdamaian, penjagaan di sekitar rumah di Jalan Universitas diperketat. Tapi tim dokter Prancis yang baru mengunjungi Yangoon, Jumat pekan lalu, mengkhawatirkan nasibnya: di Myanmar saat ini tak ada yang tahu di mana sebenarnya Suu Kyi berada. Kata Profesor Alain Deloche, salah seorang dokter dalam kelompok bantuan internasional Medicine Du Monde, walau rumah Suu Kyi dijaga ketat, tak ada bukti bahwa pemimpin oposisi Burma itu ada di dalamnya. Kekhawatiran bertambah setelah permintaan sejumlah duta besar negara Barat dan terakhir dubes Polandia untuk bertemu Suu Kyi, pekan lalu, ditampik pemerintah Burma. Michael Aris, suami Suu Kyi, pun dalam percakapan telepon dengan wartawan TEMPO Yuli Ismartono pekan lalu, mengkhawatirkan nasib sang istri. "Saya tidak tahu apakah ia masih hidup. Dalam hati saya merasa ia masih hidup," kata Aris. Sejak pengumuman pemberian hadiah Nobel Perdamain buat Suu Kyi, telepon di kediaman Aris, yang kini mengajar di Universitas Harvard, AS, terus berdering. Walau takut diwawancarai wartawan (karena takut yang diucapkannya bisa membahayakan nasib istrinya), "saluran telepon sengaja dibuka terus. Siapa tahu Rangoon mau berhubungan," katanya berharap. Pertemuan terakhir Michael Aris dan kedua anaknya dengan Suu Kyi terjadi setelah perayaan Natal 1989. Sejak itu Suu Kyi dilarang berhubungan dengan keluarga dan kenalannya, termasuk berhubungan lewat telepon ataupun surat. Suu Kyi, kabarnya, cuma diperkenankan mendengarkan siaran radio lokal dan koran Harian Buruh. Nah, seandainya Suu Kyi tahu ia mendapat Nobel, tentunya lewat karikatur Harian Buruh. Itu pun bila ia bisa menebak maksud karikatur yang tak menggambarkan dari negara mana pemenang Nobel itu, apalagi namanya. Suu Kyi pun tampaknya tak akan segera tahu, bila pekan depan, buku kumpulan tulisannya akan diterbitkan Penguin Books dengan judul Freedom From Fear and Other Writings. Kata Aris, yang dalam dua tahun terakhir mengedit tulisan-tulisan istrinya, "Buku itu akan diterjemahkan ke dalam semua bahasa Asia, sesuai dengan keinginan Suu Kyi." FS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus