Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg menegur negara-negara anggota NATO karena dianggap tidak memberikan cukup amunisi kepada Ukraina. Hal itu dia katakan pada konferensi pers di Belgia pada Kamis, 14 Maret 2024, saat mempresentasikan laporan tahunan NATO untuk tahun 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam komentar yang blak-blakan mengenai keadaan perang, Stoltenberg mengatakan para anggota NATO memiliki kapasitas untuk memberikan bantuan lebih banyak kepada Ukraina, namun perlu menunjukkan kemauan politik untuk melakukannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Bantuan dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dari sekutu NATO telah membantu Ukraina bertahan sebagai negara merdeka. Namun Ukraina membutuhkan lebih banyak dukungan dan mereka membutuhkannya sekarang,” katanya kepada wartawan di markas NATO di Brussel.
Politikus Norwegia itu mengatakan Ukraina tidak kehabisan keberanian namun amunisi. Menurutnya, negara anggota NATO tidak memberikan amunisi yang cukup kepada Ukraina dan hal ini konsekuensinya terlihat di medan perang setiap hari.
Fakta bahwa Rusia mampu mengalahkan Ukraina dalam hal persenjataan merupakan tantangan besar, katanya. Dia menilai hal itu merupakan salah satu alasan mengapa Rusia berhasil unggul di medan perang selama beberapa bulan terakhir.
Stoltenberg mendesak sekutunya untuk meningkatkan upaya dalam memberikan lebih banyak amunisi ke Ukraina. “Baik Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa harus berbuat lebih banyak,” katanya.
Lebih dari dua tahun setelah invasi besar-besaran Rusia pada Februari 2022, militer Ukraina akhir-akhir ini bergulat dengan menipisnya pasokan senjata dari Barat. Stoltenberg menekankan anggota-anggota NATO memiliki perekonomian yang mampu menyediakan apa yang dibutuhkan Ukraina. Aliansi militer itu beranggotakan negara-negara Barat seperti AS, Inggris, Italia, Belanda, Prancis, Jerman, dan baru-baru ini Swedia.
“Ini adalah pertanyaan tentang kemauan politik untuk mengambil keputusan dan memprioritaskan dukungan bagi Ukraina. Oleh karena itu, kita memerlukan keputusan untuk berinvestasi lebih banyak di industri pertahanan,” tambahnya.
Menurut Stoltenberg, membiarkan Presiden Rusia Vladimir Putin menang akan menjadi sebuah kesalahan yang besar dalam sejarah. “Kita tidak bisa membiarkan pemimpin otoriter mengambil jalannya sendiri dengan menggunakan kekerasan. Ini akan berbahaya bagi kita semua,” ujarnya.
ANADOLU | REUTERS
Pilihan editor: Menteri Kesehatan Gaza Peringatkan Ribuan Anak Kena Komplikasi karena Tak Ada Susu Formula
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini