Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Selasa, 26 November 2024, bahwa ia siap melaksanakan kesepakatan gencatan senjata dengan Lebanon. Namun ia akan menanggapi dengan tegas setiap pelanggaran oleh Hizbullah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pidato di televisi yang dilansir dari Al Arabiya, Netanyahu mengatakan bahwa ia akan menyerahkan kesepakatan gencatan senjata kepada seluruh kabinetnya pada Selasa malam. Televisi Israel melaporkan bahwa kabinet keamanan telah menyetujui kesepakatan tersebut sebelumnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kesepakatan gencatan senjata dengan Hizbullah akan mulai berlaku pada hari Rabu. Laporan Channel 12 tersebut menyusul pertemuan kabinet keamanan Israel di bawah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang diadakan untuk membahas kesepakatan gencatan senjata.
Perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon mengharuskan pasukan Israel mundur dari Lebanon selatan. Tentara Lebanon untuk dikerahkan di wilayah tersebut, kata para pejabat. Hizbullah akan mengakhiri kehadiran bersenjatanya di sepanjang perbatasan selatan Sungai Litani.
Israel dan Hizbullah resmi gencatan senjata yang berlaku sejak Rabu, 27 November 2024. Gencatan senjata yang didukung Iran ini, ditengahi oleh Amerika Serikat dan Prancis, menurut Presiden AS Joe Biden, Selasa, 26 November 2024. Kesepakatan gencatan senjata membuka jalan bagi berakhirnya konflik di perbatasan Israel-Lebanon yang telah menewaskan ribuan orang sejak setahun lalu.
Dilansir dari Reuters, Joe Biden mengatakan bahwa ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati. Perang Israel Hizbullah akan berakhir pada pukul 4 pagi waktu setempat.
"Ini dirancang untuk menjadi penghentian permusuhan secara permanen," kata Biden. "Apa yang tersisa dari Hizbullah dan organisasi teroris lainnya tidak akan dibiarkan mengancam keamanan Israel lagi."
Biden menambahkan, Israel akan menarik pasukannya secara bertahap selama 60 hari saat tentara Lebanon menguasai wilayah dekat perbatasan. Hal ini untuk memastikan bahwa Hizbullah tidak membangun kembali infrastrukturnya di sana. "Warga sipil di kedua belah pihak akan segera dapat kembali dengan aman ke komunitas mereka," katanya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut gembira penandatanganan kesepakatan tersebut di platform media sosial X. Ia mengatakan bahwa hal ini merupakan puncak dari upaya yang telah dilakukan selama berbulan-bulan dengan otoritas Israel dan Lebanon, dalam kerja sama erat dengan Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Lebanon Abdallah Bou Habib mengatakan tentara Lebanon akan siap untuk mengerahkan setidaknya 5.000 tentara di Lebanon selatan saat pasukan Israel mundur. Amerika Serikat dapat berperan membangun kembali infrastruktur yang hancur akibat serangan Israel.
Sebelum gencatan senjata diumumkan, serangan Israel menghancurkan lebih banyak daerah pinggiran selatan Beirut yang padat penduduk yang merupakan benteng Hizbullah. Militer Israel mengatakan satu rentetan serangan telah mengenai 20 target di kota itu hanya dalam 120 detik, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai 37 orang, menurut kementerian kesehatan Lebanon.
Selama setahun terakhir, lebih dari 3.750 orang telah tewas di Lebanon dan lebih dari satu juta orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka, menurut kementerian kesehatan Lebanon. Korban termasuk warga sipil dan kombatan.
Pilihan editor: Italia Pertanyakan Legalitas Surat Penangkapan Netanyahu oleh ICC