Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA pesawat C-130 Angkatan Udara Filipina bersiaga di landasan pacu. Pilotnya tinggal menanti aba-aba lepas landas menuju Irak. Dan aba-aba itu datang dari orang nomor satu Filipina, Presiden Gloria Macapagal-Arroyo. Penerbangan "istimewa" Manila-Bagdad pada awal pekan lalu itu adalah bagian dari langkah penyelamatan Presiden Arroyo dalam kasus Angelo de la Cruz, 46 tahun. Dia sopir taksi asal Filipina yang diculik oleh kelompok garis keras Irak, Brigade Khalid ibn al-Walid, pada 8 Juli silam.
Tuntutan Brigade Khalid kepada Gloria Arroyo adalah menarik pulang pasukan Filipina dari Irak selambat-lambatnya 20 Juli atau kepala Angelo akan dipenggal. Insiden itu terjadi hanya delapan hari selepas pelantikan Arroyo untuk masa jabatan presiden kedua. Tadinya Arroyo tak sudi tunduk kepada para penyandera yang dianggapnya lancang dan berani mengatur-atur urusan Filipina itu. Maka Ibu Presiden pun bersikukuh menarik pasukannya sesuai dengan jadwal, 20 Agustus.
Dan jangan lupa, Arroyo juga terikat budi pada "kakak besar" di Washington sana: pemerintah Amerika Serikat. Bukan rahasia lagi bahwa Filipina-Amerika adalah dua sahabat lama, dengan AS sebagai patron. Washington tak kurang-kurangnya memberikan doa restu tatkala Arroyo kembali naik takhta di Malacanang. Maka memenuhi tuntutan penculik Irak sama saja dengan menampar muka Washington.
Apa boleh buat, tekanan yang kuat di dalam negeridan tentu saja suara Angelo yang mengiba di televisi Al-Jazeeramembikin Arroyo luluh juga. Organisasi gereja (Konferensi Keuskupan Katolik Filipina atau CBCP), Paguyuban Pekerja Migran (AMEND), serta Kelompok Nelayan Radikal (Pamalakaya) berseru agar Arroyo tak mengorbankan bapak delapan anak itu hanya demi kesetiaan kepada Amerika.
Lewat tayangan Al-Jazeera pada Senin pekan lalu, Menteri Luar Negeri Filipina Delia Albert mengirim pesan ke kelompok penyandera bahwa pasukan Filipina akan ditarik "secepat mungkin". Dua hari kemudian, Albert memastikan delapan dari 51 personel pasukan sudah keluar dari Irak.
Mudah diduga, Washington mengomel panjang-pendek. "Kami kecewa dengan pernyataan seperti ini saat Irak tengah berjibaku demi stabilitas dan perdamaian," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Richard Boucher. Setengah mengancam, Boucher mengatakan hubungan Amerika-Filipina "mungkin" akan terpengaruh.
Kekecewaan pemerintah Amerika bisa dimaklumi. Baru tahun lalu Filipina dinobatkan Presiden George W. Bush menjadi "the most important ally" alias sohib yang paling penting. Keistimewaan ini diberikan kepada golongan negara di luar NATO dengan hak-hak khusus sebagai penerima bantuan pertahanan dari Amerika. Selama berbulan-bulan, dua sahabat ini menggelar latihan militer gabungan di wilayah selatan Filipina pada tahun lalu hingga awal tahun ini.
Keputusan Manila di atas, menurut Boucher, bisa memompa semangat kaum militan di Irak. Meski jumlah tentara yang ditarik cuma sekuku hitambandingkan dengan 140 ribu tentara Amerikakeberadaan pasukan Filipina amat berarti, setidaknya dalam hal sokongan moral. Amerika sudah terpukul oleh hengkangnya pasukan Spanyol pada Maret lalu. Kini sobat terdekat, Filipina, ikut-ikutan melenggang keluar. Maka kian mencuatlah citra kerawanan Irak.
Apa pun ancaman Washington, urusan domestik yang cukup memusingkan membuat Arroyo akhirnya memilih jalan itu. Angelo adalah satu dari sekitar 7 juta orang Filipina yang bekerja di luar negeri dan mengalirkan devisa sampai US$ 8 miliar atau sekitar Rp 63 triliun setahun. Di dalam negeri? Sepertiga orang Filipina hidup dengan uang di bawah 60 sen dolar AS atau sekitar Rp 5.300 per hari. Pengangguran per April lalu mencapai 13,7 persen. "Itu sebabnya Arroyo memilih mengorbankan hubungannya dengan Amerika Serikat," kata Antonio Gatmaitan, Direktur Political Economy Applied Research Foundation, lembaga konsultan di Manila.
Mengabaikan nasib Angelo memang bisa memicu amarah keluarga yang bergantung pada para perantau yang menyumbang miliaran dolar devisa itu.
Yanto Musthofa (Philippines Daily Inquirer, Manila Times, BBC)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo