Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Obama dan Soal Israel-Palestina

16 Juni 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada 4 Juni lalu, sehari setelah memastikan diri sebagai calon presiden Partai Demokrat, Barack Obama bicara dalam forum American Israel Public Affairs Committee di Washington. ”Saya tak akan mentoleransi jika ada yang mengancam keamanan Israel,” ujarnya. ”Yerusalem harus tetap menjadi ibu kota Israel dan tak boleh dibagi-bagi.” Obama juga menegaskan, sebagai presiden dia tak akan segan menggunakan senjata jika perlu untuk membela Israel.

Pernyataan yang terakhir cukup mengejutkan. Soalnya, di banyak tempat lain Obama selalu berusaha meyakinkan publik bahwa konflik luar negeri bisa diselesaikan dengan dialog—visi politik yang membuat dia dimaki ”lunak” oleh calon Partai Republik, John McCain.

Tak mengherankan jika Perdana Menteri Israel Ehud Olmert yang kebetulan tengah berkunjung ke Amerika menyebut pidato Obama impresif. Tapi di Libya, Mohammad Qadhafi bereaksi keras. ”Saudara Kenya kita menjadi lebih putih daripada orang kulit putih,” ujarnya.

Wartawan senior Inggris asal Australia, John Pilger, menyebut pidato Obama di depan American Israel Public Affairs Committee: sekadar omong kosong untuk menarik simpati. ”Presiden George W. Bush saja mengakui Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menetapkan Yerusalem sebagai kota internasional,” demikian tulis Pilger.

Bukan rahasia lagi, hampir tak ada politikus Demokrat yang sukses tanpa dukungan kelompok lobi Yahudi terkuat di Amerika itu. Dana kampanye Presiden Bill Clinton pada 1996, misalnya, menurut Jerusalem Post, setengahnya berasal dari kaum Yahudi Amerika.

Situs Nationalledger.com menyebut Obama tak konsisten. Desember lalu, di Iowa, seorang wanita muda bertanya: ”Apakah Anda yakin dengan keamanan energi nuklir?” Obama menjawab dia bukan pendukung nuklir. ”Dengar, menurut saya, energi nuklir tidak optimal,” katanya.

Tapi, di depan komunitas Hispanik di Miami, Mei lalu, dia berubah. ”Kami akan berbagi soal energi nuklir dengan Meksiko, Brasil, Argentina, dan Cile,” ujarnya. Ketika kolumnis energi Jim McTague meminta klarifikasi soal pendirian Obama terhadap energi nuklir, tim kampanye Obama merespons sinis: ”Anda terlalu serius mengulas pidato itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus