HUBUNGAN ASEAN Australia retak dan goyah? Perang pernyataan
belakangan ini memang berjalan, terutama antara Canberra dan
Singapura, tapi tampaknya tak satu pihak pun ingin hubungan ini
pecah.
Maka, di Canberra, PM Australia Bob Hawke menyebut ketegangan
ini sekadar "riak ecil yang sebetulnya sangat tenang." Di
Bangkok, pekan lalu, juru bicara Departemen Luar Negeri
Muangthai, Sawanit Kongsiri, mengimbau pers untuk ikut
"mendinginkan suasana", khususnya menjelang kunjungan Hawke ke
Bangkok akhir pekan ini.
Diberondong pertanyaan mengenai hubungan ASEAN-Australia, Menlu
Mochtar Kusumaatmadja tampaknya juga ingin meredakan suasana,
tatkala akhir pekan lalu ia mengimbau agar masalah ini "tidak
perlu lagi diperuncing dan dibesar-besarkan." Dalam pertemuan
pers di Deplu Mochtar juga menegaskan, "antara sahabat sekalipun
tentu ada perbedaan."
Hubungan ASEAN- Australia belakangan ini memang sedikit tegang.
Ini diawali penolakan Australia untuk ikut mensponsori resolusi
ASEAN mengenai Kamboja di sidang umum PBB Oktober lalu. Resolusi
itu pada pokoknya, menyerukan agar Vietnam menarik pasukannya
dari Kamboja dan membiarkan rakyat Kamboja memilih
pemerintahannya sendiri secara bebas, demokratis, dan berdaulat.
Resolusi ini akhirnya disponsori bersama 51 negara, dan
disetujui sidang umum dengan suara 105 setuju, 23 menolak, dan
19 netral (abstain).
Alasan resmi penolakan Australia -tidak setuju dengan susunan
kata-kata dalam resolusi- oleh ASEAN dianggap sekadar kilah.
ASEAN menduga, penolakan Australia dimaksudkan untuk menjaga
jarak dengan ASEAN agar tidak membahayakan ambisinya menjadi
penengah dalam konflik ASEAN- Vietnam.
Maka, para menlu ASEAN yang hadir dalam sidang PBB sepakat
menunda pertemuan ASEAN - Australia yang direncanakan
berlangsung 24 Oktober, di Sydney. Walau menganggap penundaan
itu mengecewakan, Menlu Hayden membela diri. "Kita akan menjual
kepentingan nasional kita, jika kita berguling-guling seperti
anjing pudel setiap kali seseorang menjentikkan jarinya."
Sikap ketus Hayden rupanya menggusarkan ASEAN. Dalam pertemuan
para menlu ASEAN di Jakarta, 7 November lalu, diputuskan untuk
menunda dialog tahunan ASEAN - Australia sampai pemerintah
Australia menjelaskan posisinya mengenai Kamboja. Ini diharapkan
akan dilakukan PM Hawke dalam kunjungannya ke Bangkok 19-22
November.
Dalam suatu pertemuan pers, seusai konperensi para menlu,
Dhanabalan membuka front, ketika ia dengan keras menuntut agar
pemerintah Australia bertindak guna memulihkan kepercayaan ASEAN
yang hilang terhadap Australia. ASEAN, kata Dhanabalan, prihatin
pada alasan Australia yang sebenarnya untuk tidak turut
memprakarsai resolusi ASEAN di PBB. "Menurut pandangan saya,
Tuan Hayden berusaha menyenangkan Vietnam, dengan alasan agar
Australia bisa memainkan peranannya (sebagai penengah)," kata
Dhanabalan.
Untuk memperbaiki hubungan ASEAN - Australia, Dhanabalan
mengajukan empat syarat, yang diharapkan bisa ditegaskan Hawke
sewaktu mengunjungi Bangkok. Antara lain: Australia harus
berjanji tidak memberikan bantuan kepada Vietnam, kecuali jika
Hanoi setuju menarik pasukannya dari Kamboja. Selain itu,
Australia juga diminta memberikan isyarat yang jelas pada Hanoi
bahwa Vietnam harus lebih dulu menarik pasukannya dari Kamboja
jika menghendaki dukungan Australia.
Kini, tiba giliran pemerintah Australia untuk gusar. PM Hawke
Jumat pekan lalu memanggil duta besar Muangthai dan Indonesia
serta menyatakan kekhawatirannya atas persyaratan Dhanabalan.
Sebelumnya, dalam suatu sidang Parlemen, Menlu Hayden menilai
persyaratan Dhanabalan itu sebagai "serangan luar biasa",
"pelanggaran hebat", .dan "amat menekan". "Dhanabalan mendikte
persyaratan yang sama sekali tidak bisa diterima PM Australia
Bob Hawke," katanya.
Kata berjawab, gayung bersambut. Sehari setelah itu, Kementerian
Luar Negeri Singapura meneluarkan pernyataan: kecewa dengan
cara Australia menangani perbedaan pendapatnya dengan ASEAN.
Kecaman keras pemerintah Australia, khususnya pada Menlu
Dhanabalan, seluruhnya didasarkan pada laporan pers. "Sangat
disesalkan, sebelumnya tidak ada usaha memperoleh informasi
langsung dari saluran yang ada. Jika dilakukan pengecekan, akan
nyata bahwa Menlu Dhanabalan tidak menuntut prapersyaratan
seperti dituduhkan," kata pernyataan itu.
Dapatkah kunjungan PM Hawke ke Bangkok memulihkan hubungan
ASEAN-Australia? Banyak yang berharap begitu. Pemerintah
Muangthai sendiri telah menyatakan jaminan: tidak menentukan
syarat apa pun bagi kunjungan Hawke. Menlu Hayden, yang
menyertai Hawke, menurut rencana dari Bangkok akan mampir di
Jakarta - untuk suatu kunjungan tidak resmi - antara 25 dan 28
November.
"Tidak ada permusuhan antara ASEAN dan Vietnam. Kita merupakan
teman baik," kata Mochtar. Jika tidak ada pertentangan, perlukah
ada penengah?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini