Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ombak kecil yang belum reda

Hubungan asean dan australia tegang. australia menolak ikut mensponsori revolusi asean mengenai kamboja. menlu dhanabalan mengajukan syarat guna memulihkan kepercayaan asean.

19 November 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HUBUNGAN ASEAN Australia retak dan goyah? Perang pernyataan belakangan ini memang berjalan, terutama antara Canberra dan Singapura, tapi tampaknya tak satu pihak pun ingin hubungan ini pecah. Maka, di Canberra, PM Australia Bob Hawke menyebut ketegangan ini sekadar "riak ecil yang sebetulnya sangat tenang." Di Bangkok, pekan lalu, juru bicara Departemen Luar Negeri Muangthai, Sawanit Kongsiri, mengimbau pers untuk ikut "mendinginkan suasana", khususnya menjelang kunjungan Hawke ke Bangkok akhir pekan ini. Diberondong pertanyaan mengenai hubungan ASEAN-Australia, Menlu Mochtar Kusumaatmadja tampaknya juga ingin meredakan suasana, tatkala akhir pekan lalu ia mengimbau agar masalah ini "tidak perlu lagi diperuncing dan dibesar-besarkan." Dalam pertemuan pers di Deplu Mochtar juga menegaskan, "antara sahabat sekalipun tentu ada perbedaan." Hubungan ASEAN- Australia belakangan ini memang sedikit tegang. Ini diawali penolakan Australia untuk ikut mensponsori resolusi ASEAN mengenai Kamboja di sidang umum PBB Oktober lalu. Resolusi itu pada pokoknya, menyerukan agar Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja dan membiarkan rakyat Kamboja memilih pemerintahannya sendiri secara bebas, demokratis, dan berdaulat. Resolusi ini akhirnya disponsori bersama 51 negara, dan disetujui sidang umum dengan suara 105 setuju, 23 menolak, dan 19 netral (abstain). Alasan resmi penolakan Australia -tidak setuju dengan susunan kata-kata dalam resolusi- oleh ASEAN dianggap sekadar kilah. ASEAN menduga, penolakan Australia dimaksudkan untuk menjaga jarak dengan ASEAN agar tidak membahayakan ambisinya menjadi penengah dalam konflik ASEAN- Vietnam. Maka, para menlu ASEAN yang hadir dalam sidang PBB sepakat menunda pertemuan ASEAN - Australia yang direncanakan berlangsung 24 Oktober, di Sydney. Walau menganggap penundaan itu mengecewakan, Menlu Hayden membela diri. "Kita akan menjual kepentingan nasional kita, jika kita berguling-guling seperti anjing pudel setiap kali seseorang menjentikkan jarinya." Sikap ketus Hayden rupanya menggusarkan ASEAN. Dalam pertemuan para menlu ASEAN di Jakarta, 7 November lalu, diputuskan untuk menunda dialog tahunan ASEAN - Australia sampai pemerintah Australia menjelaskan posisinya mengenai Kamboja. Ini diharapkan akan dilakukan PM Hawke dalam kunjungannya ke Bangkok 19-22 November. Dalam suatu pertemuan pers, seusai konperensi para menlu, Dhanabalan membuka front, ketika ia dengan keras menuntut agar pemerintah Australia bertindak guna memulihkan kepercayaan ASEAN yang hilang terhadap Australia. ASEAN, kata Dhanabalan, prihatin pada alasan Australia yang sebenarnya untuk tidak turut memprakarsai resolusi ASEAN di PBB. "Menurut pandangan saya, Tuan Hayden berusaha menyenangkan Vietnam, dengan alasan agar Australia bisa memainkan peranannya (sebagai penengah)," kata Dhanabalan. Untuk memperbaiki hubungan ASEAN - Australia, Dhanabalan mengajukan empat syarat, yang diharapkan bisa ditegaskan Hawke sewaktu mengunjungi Bangkok. Antara lain: Australia harus berjanji tidak memberikan bantuan kepada Vietnam, kecuali jika Hanoi setuju menarik pasukannya dari Kamboja. Selain itu, Australia juga diminta memberikan isyarat yang jelas pada Hanoi bahwa Vietnam harus lebih dulu menarik pasukannya dari Kamboja jika menghendaki dukungan Australia. Kini, tiba giliran pemerintah Australia untuk gusar. PM Hawke Jumat pekan lalu memanggil duta besar Muangthai dan Indonesia serta menyatakan kekhawatirannya atas persyaratan Dhanabalan. Sebelumnya, dalam suatu sidang Parlemen, Menlu Hayden menilai persyaratan Dhanabalan itu sebagai "serangan luar biasa", "pelanggaran hebat", .dan "amat menekan". "Dhanabalan mendikte persyaratan yang sama sekali tidak bisa diterima PM Australia Bob Hawke," katanya. Kata berjawab, gayung bersambut. Sehari setelah itu, Kementerian Luar Negeri Singapura meneluarkan pernyataan: kecewa dengan cara Australia menangani perbedaan pendapatnya dengan ASEAN. Kecaman keras pemerintah Australia, khususnya pada Menlu Dhanabalan, seluruhnya didasarkan pada laporan pers. "Sangat disesalkan, sebelumnya tidak ada usaha memperoleh informasi langsung dari saluran yang ada. Jika dilakukan pengecekan, akan nyata bahwa Menlu Dhanabalan tidak menuntut prapersyaratan seperti dituduhkan," kata pernyataan itu. Dapatkah kunjungan PM Hawke ke Bangkok memulihkan hubungan ASEAN-Australia? Banyak yang berharap begitu. Pemerintah Muangthai sendiri telah menyatakan jaminan: tidak menentukan syarat apa pun bagi kunjungan Hawke. Menlu Hayden, yang menyertai Hawke, menurut rencana dari Bangkok akan mampir di Jakarta - untuk suatu kunjungan tidak resmi - antara 25 dan 28 November. "Tidak ada permusuhan antara ASEAN dan Vietnam. Kita merupakan teman baik," kata Mochtar. Jika tidak ada pertentangan, perlukah ada penengah?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus