Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kampanye militer Israel telah mengakibatkan kehancuran lebih dari 75 persen pohon zaitun di Gaza, sebuah laporan baru mengungkapkan pada Sabtu, Anadolu Agency melaporkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan tersebut, yang disusun oleh Kantor Nasional untuk Pertahanan Tanah dan Perlawanan terhadap Pemukiman, yang berafiliasi dengan Organisasi Pembebasan Palestina, mengatakan "perang telah berdampak merusak pada sektor zaitun, memusnahkan lebih dari 75 persen pohon zaitun di wilayah tersebut."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Israel terus melanjutkan serangan udara dan daratnya di daerah kantong Palestina tersebut sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada Oktober lalu.
Laporan itu menyebutkan bahwa penduduk Gaza hanya dapat mengakses ladang mereka selama gencatan senjata sementara, yang berlangsung hanya seminggu pada November lalu, yang memungkinkan mereka untuk memanen buah zaitun dari daerah-daerah yang belum menjadi sasaran pencabutan dan penghancuran oleh Israel.
Publikasi tersebut mengatakan bahwa di Tepi Barat yang diduduki, pihak berwenang Israel mencabut semua izin yang diberikan kepada para petani untuk memetik buah zaitun, yang secara efektif mencegah mereka untuk mengakses tanah mereka.
Publikasi tersebut juga menunjukkan berbagai praktik yang dilakukan oleh para pemukim ilegal yang bertujuan untuk menghalangi warga Palestina untuk memanen buah zaitun.
Diperkirakan sekitar 23.700 hektar lahan yang ditanami zaitun di Tepi Barat yang diduduki telah dinyatakan sebagai zona militer tertutup oleh pihak berwenang Israel.
Zaitun adalah tanaman pertanian utama di Palestina dan telah dibudidayakan selama ribuan tahun. Pohon zaitun juga merupakan simbol keterkaitan warga Palestina dengan tanah mereka.
Israel tebang pohon zaitun di Tepi Barat
Kantor kemanusiaan PBB menuduh Israel pada Jumat menggunakan taktik “seperti perang” terhadap warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki, dengan mengutip pembunuhan oleh tentara dan serangan terhadap kebun zaitun Palestina oleh pemukim Israel, demikian dilaporkan Reuters.
Bulan ini, OCHA mengatakan telah menerima laporan bahwa para pemukim telah melakukan 32 serangan terhadap warga Palestina dan harta benda mereka, termasuk terhadap para petani.
OCHA menambahkan bahwa ada laporan awal bahwa pasukan Israel membunuh seorang wanita yang sedang memanen buah zaitun di dekat kota Jenin, Tepi Barat, pada Kamis, 17 Oktober 2024.
"Terus terang, sangat memprihatinkan bahwa ini bukan hanya serangan terhadap manusia, tetapi juga serangan terhadap kebun zaitun mereka," ujar juru bicara OCHA, Jens Laerke, dalam sebuah konferensi pers di Jenewa. "Panen zaitun merupakan sumber ekonomi bagi puluhan ribu keluarga Palestina di Tepi Barat."
Militer Israel mengatakan bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan atas serangan yang dilaporkan di Jenin dan komandan di sana pada saat itu telah ditangguhkan sambil menunggu hasil pemeriksaan.
Seperti halnya setiap tahun, mereka disebut bekerja untuk mengamankan daerah tersebut agar orang-orang dapat melanjutkan panen.
"Musim panen telah direncanakan dan dikoordinasikan dengan semua pihak terkait, dan pasukan IDF menyediakan keamanan di daerah yang telah ditentukan," tambahnya.
Kekerasan telah melonjak di seluruh Tepi Barat sejak dimulainya perang Hamas-Israel di Gaza. Ratusan warga Palestina - termasuk pejuang bersenjata, pemuda pelempar batu, dan warga sipil - telah terbunuh dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Israel.
Puluhan warga Israel telah terbunuh dalam serangan-serangan jalanan Palestina selama setahun terakhir.
Laporan OCHA mengatakan bahwa sekitar 600 pohon zaitun telah dibakar, dirusak, atau dicuri oleh para pemukim sejak dimulainya panen. Laporan tersebut juga menyertakan gambar seorang pria Palestina yang berdiri di samping tunggul pohon zaitun yang ranting-rantingnya telah digergaji.
"Pasukan Israel telah menggunakan taktik yang mematikan dan mirip perang di Tepi Barat, menimbulkan kekhawatiran serius atas penggunaan kekuatan yang berlebihan dan memperdalam kebutuhan kemanusiaan masyarakat," kata Laerke.
Awal bulan ini, Program Pangan Dunia PBB mengatakan bahwa kekerasan dan dampak perang Gaza telah meningkatkan hampir dua kali lipat jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan di Tepi Barat menjadi 600.000 orang sejak awal 2023.
Sekelompok negara Barat termasuk Prancis, Inggris, dan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama pada 14 Oktober yang mengatakan bahwa pemetikan zaitun telah menjadi "berbahaya" karena kekerasan pemukim dan menyerukan kepada Israel untuk mengizinkan warga Palestina ikut serta dalam panen.
Kekerasan pemukim adalah sumber kekhawatiran yang semakin meningkat di antara sekutu-sekutu Barat Israel. Sejumlah negara, termasuk Amerika Serikat, telah menjatuhkan sanksi terhadap para pemukim yang melakukan kekerasan dan mendesak Israel untuk berbuat lebih banyak untuk menghentikan kekerasan tersebut.