Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

"kita memakan uang rakyat terus..."

Wawancara Tempo dengan panglima Abri Jenderal L.B Murdani. Langkah penghematan dan perombakan dalam tubuh organisasi Abri. (nas)

15 Oktober 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ENAM bulan setelah menjabat pangab, tak banyak yang berubah pada Jenderal L.B. Moerdani, kecuali kesibukannya yang bertambah. Bicaranya masih suka lepas, dan banyak humor. Di luar acara resmi, jenderal berbintang empat, yang awal Oktober ini genap berusia 51 tahun, masih saja mengemudikan sendiri mobilnya. "Supaya saya tak kehilangan kemahiran mengemudi," katanya. Akhir pekan lalu ia menerima wartawan TEMPO Susanto Pudjomartono. Berikut petikan dari wawancaranya. Peringatan Hari ABRI 5 Oktober lalu dilakukan secara sederhana, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Mengapa? Pak Jusuf dulu mau memperkenalkan ABRI yang menurut pandangan kami dulu agak kurang diperhatlkan orang. Sekarang kami tidak berbuat begitu karena dirasa ABRI sudah cukup dikenal. Pada saya ada pilihan: melanjutkan itu dengan risiko biaya yang biasanya dikeluarkan untuk itu benar-benar akan hilang, atau ambil risiko menghentikannya sekarang dan mencoba benar-benar meningkatkan mutu tentara. Misalnya, biaya terbang pesawat Hercules untuk mengangkut pasukan per jam seribu dolar. Dengan uang itu, berapa banyak mesiu yang bisa dibeli untuk dapat membuat prajurit mahir menembak? Kita sedang menghadapi tahun-tahun yang sulit. Dalam masa ke-pangab-an saya, mungkin saya tidak akan mendapat biaya terlalu banyak. Dengan biaya yang ada itu, saya harus menyingkirkan suatu persentase tertentu untuk memenuhi harapan rakyat pada tentara. Jadi, pengeluaran yang menurut penelitian tidak ada gunanya, atau menghambur-hamburkan uang, akan dihapus. Yang akan dihapus pengeluaran apa saja? Pengeluaran rutin yang akan ditekan. Dana-dana yang tidak terpakai atau Siap (sisa anggaran pembangunan) akan dihitung. Pengurangan berikutnya: biaya upacara, biaya perjalanan, dan organisasi. Dulu ABRI mempunyai organisasi yang betul-betul melayani kebutuhan tentara. Lama kelamaan ada semacam keharusan untuk membesarkannya, bukan tentara atau kemampuannya, tapi "payungnya". Misalnya, dulu ada kodam-kodam. Lalu ada gejala di masa lalu, di mana ada kodam harus ada kodau (komando daerah angkatan udara), kodaeral (komando daerah angkatan laut), dan daerah kepolisian. Alasannya, supaya keempat angkatan ini terwakili semua. Kelihatan manis memang, kalau ada empat jenderal di samping gubernur. Cuma kalau kita dalami betul-betul, integrasi 'kan sudah tercapai. Dus, apakah yang ada di situ opsir darat, laut, atau udara - kalau polisi memang lain - sebenarnya salah satu dari mereka sudah cukup. Sekarang sedang diteliti mana yang berlebihan. Kalau satu atau dua komando bisa dihapus, misalnya, biaya yang bisa dihemat bisa sampai berpuluh milyar rupiah satu tahun. Apa lagi yang bisa dihemat? Rasionalisasi dalam nilai tentara. Misalnya, kita punya 100 batalyon. Tidak semua tugasnya perang. Dalam jangka panjang, kalau 100 batalyon ini harus dimantapkan semua, tiap orang harus dilatih nenembak - katakanlah harus menghabiskan 500 peluru. Daripada tiap orang dikasi 500 peluru yang harganya 150 dollar per 1.000 butir, pagi-pagi sudah kita hitung, dari 100 batalyon ini yang betul-betul perang tidak urung sekitar 20 batalyon saja. Jadi, kepada yang 80 batalyon itu tidak perlu diberikan 500 peluru tiap orang, tapi cukup 100 saja. Kelebihan yang 400 butir bisa diberikan kepada yang 20 batalyon agar mereka lebih mahir. Atau mungkin mereka cukup ditambah 200 butir lagi. Jadi, kita bisa menghemat 200 butir kali 80 batalyon. Contoh lain yang mahal misalnya tentara yang pakai wing itu. Sering ini hanya menjadi pajangan, padahal sebenarnya merupakan kemampuan terjun. Karena biaya untuk latihan terjun ini mahal yang akan mendapat latihan terjun ini pasukan yang terbaik saja. Jadi, tidak asal kelihatan hidung lantas dikasi wing. Masak 100 batalyon itu semuanya harus loncat? Toh nanti yang akan terjun tiga atau empat batalyon saja. Biaya untuk memberikan latihan terjun pada 100 batalyon adalah sedemikian besarnya sehingga pada akhirnya tujuannya tidak tercapai. Ada yang bilang, mereka 'kan cuma loncat tujuh kali. Ya kalau tujuh kali seratus orang memang tidak apa-apa. Tapi kalau tujuh kali 100.000 orang .... Kabarnya penghematan juga akan dilakukan dengan penyeragaman pakaian. Itu memang yang sedang dirintis. Ada perkiraan, dengan penyeragaman pakaian itu bisa dihemat Rp 15 sampai Rp 24 milyar satu tahun. Itu 'kan banyak. Dua puluh lima milyar rupiah berarti 25 juta dollar. Dengan itu kita bisa mendapat 30 biji peluru kendali Exocet. Dengan penghematan itu apakah berarti pengeluaran untuk investasi bisa lebih besar? Ya. Kalau misalnya, dari pemerintah, ABRI mendapat 100 juta dollar untuk investasi, dengan cara menghemat ini mungkin bisa ditingkatkan menjadi 140 atau 150 juta dollar. Tampaknya ada gagasan lain di belakang gerakan penghemat an ini. Saya melihat di luaran itu banyak pengeluaran yang sebenarnya berlebihan. Umpamanya, untuk suatu upacara harus memakai ini-itu yang biayanya mahal, misalnya saja harus memesan khusus gong yang nantinya hanya akan dipukul tiga kali. Tentara tidak boleh ikut-ikutan seperti itu. Hendaknya kita lebih rasional. Kalau untuk berkendaraan seseorang cukup dengan Honda Civic atau Toyota Corolla, ya tidak perlu membeli Honda Accordatau Toyota Corona yang harganya lebih mahal. Di kantor-kantor lebih baik membeli lemari besi yang tidak bisa terbakar daripada memesan lemari kayu yang harganya sepuluh kali lebih mahal. Tapi hal itu mestinya ada batas. Cuma harus ditentukan, garisnya ini ada di mana. Apakah hal ini yang dalam Rapim ABRI 1983 dirumuskan sebagai "membudayakan kesadaran akan biaya dan menumbuhkan sikap hemat"? Ya. Kalau ABRI itu suatu money-making business (bisnis yang menghasilkan uang) seperti Pertamina, itu tidak apa-apa. Tapi kita tidak menghasilkan uang. Kita malahan memakan uang rakyat terus, dan tidak pernah mengembalikan sesuatu. Mengembalikannya ya dalam bentuk perang kalau kita membela rakyat. Tapi perangnya masih seratus tahun lagi kok. Rakyat yang sekarang tidak pernah merasakan. Ya memang ada AMD, atau program ABRI yang mendukung ini dan itu. Itu saja. Jadi, yang ingin diubah itu sebetulnya sikap mental? Ya, ini memang suatu latihan untuk mengubah sikap mental. Di sini saya memang sadar bahwa di negara kita ini ada tabiat-tabiat tertentu, misalnya, untuk menghormati tamu. Umpamanya, tamu harus disuguhi minuman. Tapi menyuguh tamu dengan minuman tanpa gula 'kan bisa, tidak usah dilengkapi dengan klepon atau lemper .... Apakah gerakan penghematan ini tidak akan mengurangi tingkat kesejahteraan prajurit? Jelas tidak. Ini hanya akan mengurangi kehormatan beberapa kelompok manusia yang menganggap pengeluaran besar itu suatu keharusan. Gaji prajurit pun tidak dipotong. Malahan justru penghematan ini bisa menambah kesejahteraan mereka. Uang Rp 100 juta yang misalnya biasa dipakai untuk memperingati ulang tahun suatu kesatuan, 'kan bisa dipakai untuk memperbaiki asrama prajurit yang didiami beberapa ratus orang. Apakah organisasi ABRI nantinya juga akan dirasionalisasikan? Ya. Singkatnya organisasi yang sekarang ini terlalu heavy untuk yang kita perlukan. Dan heavy-nya itu ya, karena itu tadi, supaya keempat angkatan terwakili. Tapi saya tidak ingin menimbulkan kesan bahwa pendahulu-pendahulu saya dulu salah. Mungkin dulu memang perlu begitu. Jadi, organisasi ABRI nanti akan lebih "langsing"? Akan lebih kecil. Seberapa kecil? Ambil contoh perbandingan orang yang beruniform dan tidak. Di negara lain juga ada, tapi orang-orang preman itu biasanya kelompok ahli. Kalau di negara kita 'kan banyak orang preman yang menyapu. Mereka termasuk tenaga sipil kita. Padahal, ada cara yang lebih gampang. Pekerjaan yang biasa dikerjakan tenaga sipil akan dilihat mana yang bisa dikerjakan tentara. Yang tidak, akan diborongkan pada pihak luar. Contoh lain: jumlah pesawat terbang kita sekitar seratus buah. Jumlah personil AURI 27 ribu. Angkatan Udara Singapura, yang menerbangkan 150-160 pesawat terbang, personilnya cuma 7 ribu. Kalau kita bisa mengurangi dari 27 ribu menjadi 15 ribu, sebenarnya sudah agak baik, walau belum efisien sekali. Tapi kita tidak akan mengurangi personil AURI menjadl sebesar Singapura. Kita malahan akan menambah peralatan AURI sehingga bisa mendukung operasi udara. Di sini masuk masalah yang menjadi masalah nasional: tenaga kerja. Hendaknya ABRI jangan diharapkan bisa berpartisipasi penuh dalam hal ini, dan dianggap saja suatu departemen yang tidak padat karya. Apakah gagasan reorganisasi dan rasionalisasi ini berarti jumlah personil ABRI akan dikurangi? Begini ya. Jumlah ABRI yang sekarang ini sebetulnya masih terlalu kecil. Hanya sedikit sekali kesatuan kita yang mempunyai kekuatan penuh. Kalau dipenuhkan atau kalau diciptakan beberapa kesatuan baru, barangkali kekuatan kita harus ada 500.000. Yang terutama perlu ditambah polisi, karena kehadiran mereka tidak bisa diganti dengan teknologi apa pun. Rasionalisasi organisasi ini 'kan berarti jumlah perwira tinggi akan berkurang. Ada pikiran ke arah itu. AURI dan ALRI tidak memerlukan jumlah sebanyak Angkatan Darat. Jumlah perwira tinggi yang ideal sulit dirumuskan. Kalau piramida organiknya memang bisa disusun. Yang menjadi masalah: kekaryaan Seorang gubernur atau duta besar yang pangkatnya mayor 'kan sulit diterima .... Jadi, tidak akan ada tindakan drastis. Tidak. Lima tahun yang akan datang ini diharapkan dipakai untuk persiapan ke arah usaha menyadari berbagai rencana ini. Mudah- mudahan dalam Renstra (rencana sasaran strategi) IV nanti (1990-an), semua ini akan bisa tercapai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus