Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Para regulator, politisi dan penegak hukum Amerika Serikat menuntut penjelasan dari Facebook terkait praktik-praktik privasi di media sosial itu. Tuntutan tersebut terkait mencuatnya hubungan Facebook dengan sebuah perusahaan data politik, Cambridge Analitica. Perusahaan ini pernah bekerja untuk kampanye Presiden Donald Trump.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mark Zuckerberg, pengusaha muda asal Amerika menempati posisi keenam dengan total kekayaan $44,6 miliar. Pendiri dan CEO Facebook yang baru berusia 31 tahun ini pernah terpilih sebagai Person of the Year versi majalah Time. bulk.com.vn
Sebelumnya pada Senin pagi, 26 Maret 2018, waktu setempat Komisi Perdagangan Federal Amerika Serikat atau FTC membenarkan laporan bahwa pihaknya telah menginvestigasi bagaimana Facebook menangani data informasi para penggunanya. FTC juga berencana menentukan apakah media sosial terbesar di dunia itu telah menciderai dekrit persetujuan untuk melindungi privasi para pengguna, yang ditanda-tangani pada 2011.
Dalam dekrit itu, Facebook diminta untuk menotifikasi dan menerima izin secara eksplisit dari para pengguna sebelum membagi data pribadi mereka. Setiap pelanggaran terhadap kesepakatan akan dikenakan penalti sampai US$.40 ribu per hari.
Sementara itu, rencananya Anggota Senat partai Republik dari Iowa, Charles E. Grassley, mengundang Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg agar memberikan penjelasan mengenai standar privasi Facebook pada bulan depan. Grassley juga bermaksud mengundang Kepala Eksekutif Google, Sundar Pichai dan Kepala Eksekutif Twitter, Jack Dorsey.
Dikutip dari www.nytimes.com pada Selasa, 27 Maret 2018, sebuah kelompok yang terdiri dari 37 jaksa agung mengirimkan sepucuk surat kepada Zuckerberg. Surat itu meminta detail aturan pengamanan privasi Facecook.
Facebook menjadi sorotan setelah munculnya dugaan pengumpulan data oleh Cambridge Analitica, yang pada 2016 bekerja untuk kampanye Donald Trump. Perusahaan data itu diduga mendapatkan akses data pribadi lebih dari 50 juta pengguna Facebook. Akibat peristiwa ini, saham Facebook anjlok sejak akhir pekan lalu.