DAFTAR 410 calon anggota Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet (PKUS) baru saja diedarkan. Ke-4.700 delegasi di kongres ke-28 PKUS tampak tenang di kursi masing-masing. Mikhail Gorbachev, yang baru terpilih kembali sebagai sekjen PKUS, kelihatan santai. Maklumlah, baru saja Vladimir Ivashko, tokoh pilihan Gorbachev, terpilih sebagai wakil sekjen PKUS, mengalahkan Yegor Ligachev, tokoh konservatif musuh bebuyutan Gorbachev. Wakil sekjen, inilah jabatan baru dalam Politbiro, yang akan lebih mengatur di dalam. "Tak ada pertanyaan?" tanya Gorbachev. "Tampaknya Boris Nikolayevich hendak mengatakan sesuatu." Lalu dengan tenang Yeltsin pun menjatuhkan "bom" itu: pernyataan pengunduran dirinya dari PKUS. "Tanggung jawab saya yang besar pada rakyat Rusia, dan dalam kaitan dengan gerakan ke arah negara multipartai, membuat saya tak bisa cuma memenuhi instruksi PKUS," ujar Yeltsin, Presiden Republik Federasi Rusia, Kamis pekan lalu. Senyap. Kebanyakan delegasi tampak sangat terkejut. Sejumlah delegasi militer menggeleng-gelengkan kepala. Setelah tepuk tangan para pendukung Yeltsin, yang cuma ratusan jumlahnya, teriakan mengejek pun terdengar, "Memalukan, memalukan." Yeltsin langsung berjalan ke luar, menuju mobilnya. Gorbachev seolah tak terkejut. "Secara logis itulah akhir dari proses," ujarnya sambil tersenyum kecut. Proses yang dimaksud, perubahan 30 bulan Yeltsin: dari seorang bos partai menjadi "pahlawan rakyat". Ia pribadi tak terlalu khawatir dengan pengunduran diri Yeltsin "tapi secara politis saja menyesalkannya." Kurang satu jam kemudian, Vladimir Shostakovsky, pemimpin kubu Mimbar Demokrasi (MD) -- kelompok reformis radikal yang terbentuk akhir Maret lalu -- mengikuti langkah Yeltsin. Dua tokoh radikal lain, Wali Kota Moskow Gavril Popov dan Wali Kota Leningrad Mikhail Ganshar, pun secara resmi mengundurkan diri dari PKUS, esoknya, beberapa jam sebelum kongres ditutup. Partai Komunis Uni Soviet pecah? Memang. Dan inilah kedua kalinya PKUS -- cikal bakalnya dibentuk pada 1901 -- pecah. Yang pertama, pada 1913, ketika muncul kelompok Mensyewik yang lebih moderat. Gejala ke arah itu memang sudah tampak sebelumnya. Lima bulan pertama tahun ini, sekitar 130.000 orang mengembalikan kartu partai mereka. Angka yang sama dengan jumlah keseluruhan yang mengundurkan diri tahun lalu. Lalu, Rabu pekan lalu, buruh tambang melancarkan aksi mogok 24 jam, menentang kongres PKUS. Yang menarik, tidak seperti aksi mogok tahun lalu yang lebih menekankan sektor ekonomi, kali ini tuntutan mereka lebih bersifat politik. Sama dengan kubu MD, para buruh menuntut agar kontrol PKUS atas industri dicabut. Walau sudah menjanjikan sistem muitipartai, PKUS masih memegang kontrol angkatan bersenjata (meski lewat sekjen, yakni Gorbachev sendiri), pendidikan, industri, dan badan peradilan. Maka, bagi yang keluar dari partai, mereka tampaknya harus berani menanggung risiko. "Yang memutuskan untuk meninggalkan partai harus berpikir tentang dampaknya pada pekerjaan, keluarga, dan pendidikan anak-anak mereka," ujar Igor Chubais, anggota MD yang ditendang dari PKUS dua bulan lalu karena kritik tajamnya. Masalah dampak ekonomi inilah yang antara lain diperbincangkan dalam pertemuan komisi khusus MD, Sabtu pekan lalu. Rembukan yang membahas soal rencana pembentukan partai ini diselenggarakan di sebuah bioskop di Moskow. Serba sederhana dan darurat, memang. Soalnya, kongres PKUS memutuskan, mereka yang meninggalkan partai tak lagi berhak atas segala fasilitas dan kekayaan partai. Partai, sebagai lembaga yang di masa sebelum perubahan pekan lalu begitu berkuasa atas segala bidang, memang kaya. Diduga harta PKUS mencapai nilai 100 milyar rubel (sekitar US$ 160 milyar), termasuk di dalamnya mayoritas gedung besar di tiap kota, kampung, serta perlengkapan di dalamnya. Untuk bisa besaing dengan PKUS, MD memutuskan untuk menggalang hubungan dengan partai-partai kecil lain, yang sejak pemerintahan Gorbachev bermunculan -- meski tak diakui, juga tak dilarang: Partai Sosial Demokrat, Partai Demokrat Bebas, dan Partai Demokrat Rusia. Kekuatan baru ini tampaknya akan menjadi duri bagi Gorbachev. Padahal, setelah ia sukses mempengaruhi pemilihan anggota Komite Sentral hingga dari 300 anggota mayoritas berpandangan liberal, dan berhasil "menjinakkan" Politbiro dengan merontokkan keanggotaan kelompok konservatif dan menghindarkan tokoh pemerintahan duduk dalam Politbiro praktis Gorbachev tak punya pengganjal. Politbiro yang baru menyerahkan banyak wewenangnya pada lembaga baru bernama Dewan Kepresidenan yang dibentuk oleh Gorbachev. Tampaknya, sinyalemen para pengamat Soviet, bahwa Gorbachev akan membentuk pemerintahan presidensiil, benar. Bila nanti Dewan Menteri diatur berada di bawah Dewan Kepresidenan, secara de facto pemerintahan presidensiillah yang berjalan. Kata Ivan Frolov, pemimpin redaksi koran partai Pravda, "Ini menunjukkan bahwa Politbiro tak lagi yang teratas dalam hierarki." Frolov terpilih sebagai salah satu dari 24 anggota Politbiro yang baru. Politbiro lama beranggotakan 12 anggota penuh plus 7 anggota tak punya hak suara. Kini semua anggota Politbiro merupakan anggota penuh. Berbeda dengan yang lama, yang bertemu seminggu sekali, kini pertemuan Politbiro cuma sekali dalam sebulan. Kecuali Gorbachev dan Ivashko, semua anggota baru Politbiro merupakan muka baru, dan 15 di antaranya pemimpin partai dari 15 republik yang ada di Soviet. Tokoh komunis ortodoks yang selama ini jadi lawan Gorbachev, Yegor Ligachev, 70 tahun, dipensiunkan. Kabarnya, ia akan pulang kampung, ke Serbia, dan "mau menulis memoar." Sejak pekan lalu, habisnya monopoli Partai Komunis Uni Soviet bukan cuma di kertas -- dengan dicabutnya UU kemonopolian partai beberapa waktu lalu. Tapi nyata. Farida Sendjaya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini