Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Paris – Pemerintah Prancis mengatakan serangan pasukan militer sekutu terhadap Suriah tidak akan meningkatkan konfrontasi dan eskalasi konflik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ini karena sekutu, yang terdiri dari Prancis, Amerika Serikat dan Inggris, telah memberi tahu Rusia sebelumnya mengenai rencana serangan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Suriah Tembak Jatuh 13 Rudal Amerika Serikat dan Sekutu
Serangan sekitar seratus rudal terhadap tiga target militer utama di Suriah, seperti dilansir Reuters, berlangsung pada Sabtu pagi, 14 April 2018. Ini merupakan respon dari serangan senjata kimia terhadap warga Kota Douma pada Sabtu, 7 April 2018.
Baca: Lagi, Amerika Serikat dan Sekutunya Menyerang Suriah
Serangan senjata kimia pada pekan lalu itu merenggut nyawa sekitar 70 warga sipil dan kelompok bersenjata. Sedangkan serangan balasan sekutu belum diketahui jumlah korban jiwa yang ditimbulkan.
“Kami tidak sedang mencari konfrontasi dan menolak logika terjadinya eskalasi konflik,” kata Florence Parly, Menteri Pertahanan Prancis, seperti dilansir Al Jazeera, Sabtu, 14 April 2018.
Gambar yang diambil dari video, memperlihatkan sebuah jet tempur yang lepas landas di pangkalan Angkatan Udara Kerajaan Inggris Akrotiri, Siprus, Suriah, 14 April 2018. Lepas landasnya jet tempur tersebut guna melakukan operasi serangan ke Suriah sesuai dengan keputusan Donald Trump bahwa AS, Prancis dan Inggris bersama-sama melancarkan serangan militer di Suriah untuk menghukum Presiden Bashar Assad karena tuduhan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil. (AP Video)
Rusia bersama Iran merupakan dua negara sekutu Suriah, yang memberikan dukungan militer langsung untuk meredam pemberontakan di negara itu.
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Yves Le Drian, menyebut serangan yang dipimpin AS itu sebagai serangan proporsional dan terarah.
“Serangan itu terbatas pada obyek yang spesifik: menghancurkan kemampuan senjata kimia rezim Suriah agar tidak melakukan pembantaian massal baru dengan senjata kimia.”
Setelah serangan ini, Prancis ingin agar krisis di Suriah segera diakhiri lewat proses politik.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan negaranya bersama negara lain akan memperbarui upaya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk,”Membentuk mekanisme internasional yang bertanggung jawab untuk mencegah impunitas dan terulangnya tindakan rezim Suriah.”
Seusai serangan rudal ini, Presiden Suriah, Bashar al Assad, dikabarkan muncul dan memasuki kompleks istana kepresidenan di Damaskus pada Sabtu siang. Dia terlihat berjalan membawa koper dengan mengenakan pakaian jas resmi.