Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pasukan Houthi Serang Kapal Menuju Israel di Laut Merah, Profil Laut Merah Bersimbah Darah

Kerusuhan terus berlanjut di Laut Merah meski AS telah membentuk koalisi untuk melawan milisi Yaman yakni Al Houthi. Lalu, bagaimanakah profil Laut Merah?

30 Desember 2023 | 11.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Helikopter militer Houthi terbang di atas kapal kargo Galaxy Leader di Laut Merah dalam foto ini yang dirilis 20 November 2023. Media/Handout Militer Houthi melalui REUTERS/File Foto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok Houthi memasuki konflik Hamas Vs Israel dengan menyerang kapal-kapal di Laut Merah, jalur pelayaran penting dan bahkan menembakkan drone dan rudal ke Israel lebih dari 1.000 mil dari pusat kekuasaan mereka di ibu kota Yaman, Sanaa sejak 19 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hanya beberapa jam sebelum pengumuman, kelompok milisi Houthi mengatakan pihaknya melancarkan serangan drone terhadap dua kapal kargo di wilayah tersebut. Kelompok Houthi mengancam akan menargetkan semua kapal yang menuju ke Israel, apa pun kewarganegaraannya, dan memperingatkan perusahaan pelayaran internasional agar tidak berurusan dengan pelabuhan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekitar 15 persen lalu lintas pelayaran dunia biasanya transit melalui Terusan Suez, rute pelayaran terpendek antara Eropa dan Asia, kemudian melewati perairan Laut Merah di lepas pantai Yaman. Sejak dilancarkannya rangkaian serangan terhadap kapal barang di rute Laut merah oleh kelompok Houthi yang berbasis di Yaman, perusahaan-perusahaan pelayaran besar menghindari jalur pelayaran Laut Merah dan Terusan Suez dan mengambil rute yang lebih jauh melalui Tanjung Harapan di Afrika Selatan.

Krisis Laut Merah juga membangkitkan kenangan pada Maret 2021, ketika Terusan Suez terblokir selama enam hari setelah kapal kontainer Ever Given kandas. Ketika itu, ratusan kapal harus menunggu di Laut Merah selama berminggu-minggu, dan biaya pengiriman satu kontainer meningkat dari USD2.000 menjadi USD14.000.

Krisis Ever Given tersebut menyebabkan penundaan tambahan selama berbulan-bulan pada barang-barang yang diimpor dari Asia. Padahal ketika itu dunia sedang berusaha bangkit dari masa lockdown pandemi COVID-19, yang mengakibatkan hambatan besar dalam rantai pasokan perdagangan global.

Meskipun sebagian besar rantai pasokan telah kembali normal, ancaman keamanan di Laut Merah dapat menyebabkan harga barang naik berlipat ganda dalam beberapa minggu ke depan. Bahkan, tarif angkutan global sudah meningkat setelah Terusan Panama bulan lalu membatasi jumlah kapal yang dapat melintasi terusan karena kekurangan air akibat kekeringan panjang.

Profil Laut Merah

Laut Merah merupakan laut yang berada di antara Benua Afrika dan Jazirah Arabia. Laut Merah merupakan air laut terpanas dan paling asin di dunia. Dengan koneksinya ke Laut Mediterania melalui Terusan Suez, Laut Merah adalah salah satu jalur air yang paling banyak dilalui di dunia. Laut ini menjadi lalu lintas maritim antara Eropa dan Asia.

Dilansir dari laman Woods Hole Oceanographic Institution, Laut Merah juga memiliki ciri khas tersendiri yang tidak ditemukan di lautan lain. Iklimnya sangat hangat, suhu permukaan airnya mencapai lebih dari 30° Celsius (86° Fahrenheit) dan air menguap dari sana dengan sangat cepat, sehingga membuatnya sangat asin. Karena batas wilayahnya yang sempit dan hubungannya yang terbatas dengan lautan global serta karena pola angin musiman yang berubah-ubah dan dipengaruhi oleh musim hujan, maka wilayah ini memiliki pola sirkulasi yang ganjil. Arusnya berubah di musim panas dan musim dingin.

Laut Merah merupakan salah satu dari sedikit tempat di bumi yang memiliki arus batas timur yang mengalir ke arah kutub. Arus batas timur disebut demikian karena arus tersebut memeluk pantai timur benua. Namun, semua arus batas timur lainnya mengarah ke selatan di belahan bumi utara. Namun Arus Batas Timur Laut Merah, tidak seperti arus lainnya, mengalir ke arah Kutub Utara.

Selain itu, Laut Merah juga mengkompensasi hilangnya volume air dalam jumlah besar setiap tahunnya melalui penguapan dengan mengimpor air dari Teluk Aden, melalui Selat Bab Al Mandeb yang sempit antara Yaman di Semenanjung Arab dan Djibouti serta Eritrea di Tanduk Afrika.

Selat Bab Al Mandeb berfungsi sebagai pintu gerbang. Semua air yang masuk dan keluar laut harus melewatinya. Tidak ada gerbang lain yang membuat Laut Merah dikenal sebagai laut marginal semi tertutup. Di musim dingin, air permukaan yang masuk dari Teluk Aden mengalir dalam arus batas barat yang khas, memeluk sisi barat Laut Merah di sepanjang pantai Eritrea dan Sudan. Arus membawa air ke arah utara. 

Namun, di bagian tengah Laut Merah, arusnya membelok tajam ke kanan. Ketika sampai di sisi timur, arus tersebut melanjutkan perjalanannya yang berbelit-belit ke utara, namun kini memeluk laut sisi timur sepanjang pantai Arab Saudi.

MUTIARA ROUDHATUL JANNAH  | IDA ROSDALINA | NURHADI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus