TEMPO.CO, Jakarta - Sekjen PBB Antonio Guterres pada Minggu, 1 Mei 2022, mendesak agar utang negara-negara Afrika dilonggarkan dan mengucurkan lebih banyak investasi ke sana agar bisa membantu negara-negara itu pulih dari Covid-19 dan dampak perang Ukraina.
Imbauan itu disampaikan oleh Guterres saat kunjung kenegaraan ke Senegal, yang akan dilanjut ke Niger dan Nigeria. Dalam kunjungan itu, Guterres akan menemui masyarakat di sana yang terdampak oleh konflik dan perubahan iklim.
Sekjen PBB, Antonio Guterres. REUTERS
Menurut Guterres, gangguan suplai gara-gara invasi Rusia ke Ukraina telah menyebabkan krisis pangan, energi dan krisis keuangan di kawasan Afrika dan sekitarnya.
Menurut Badan Moneter Internasional (IMF), pandemi Covid-19 telah mendorong banyak negara-negara miskin terlilit utang. Bukan hanya itu, perang Ukraina juga telah mengganggu pemulihan perekonomian negara-negara tersebut. IMF menyebut rasio
utang publik di negara-negara sub-Sahara Afrika menyentuh angka tertinggi lebih dari dua dekade.
"Sejumlah institusi keuangan harus secepatnya menerbitkan kebijakan yang melonggarkan utang dengan cara meningkatkan liquiditas dan lingkup fiskal sehingga pemerintah negara-negara tersebut bisa menghindari default dan berinvestasi di bidang jaring pengaman sosial serta pembangunan berkesinambungan," kata Guterres.
Menurut Guterres, PBB telah mengajukan sejumlah proposal ke Bank dunia dan IMF terkait mobilisasi sejumlah pendanaan dan pelonggaran utang. Hanya saja, sejauh ini kebijakan-kebijakan itu masih belum cukup.
Guterres pun menyerukan kepada negara-negara kaya dan perusahaan obat-obatan agar menyalurkan donasi vaksin virus corona ke negara-negara Afrika dan mengucurkan investasi dibidang vaksin lokal, di mana 80 persen dari populasi Afrika masih belum suntik vaksin virus corona.
"Selain di bidang vaksin, kami melihat adanya ketidak seimbangan di bidang investasi pasca-pemulihan Covid-19," kata Guterres.
Dalam lima tahun ke depan, pertumbuhan ekonomi perkapita di wilayah
Afrika sekitar 75 persen atau lebih rendah dibanding kawasan lain di dunia.
Sumber : reuters
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.