SETIAP Kamis mulai pukul 7.30 malam, sebuah kesibukan berlangsung di Jalan Ang Mo Kio 322, Singapura. Sekerumunan orang tak sabar segera berbincang dengan seorang lelaki gagah, pintar, dan berwibawa. Inilah "Majelis Kemisan" yang digagas Lee Hsien Loong, anggota parlemen dari Partai Aksi Rakyat (PAP). Di sana, ia bertemu dengan konstituennya: mendengar keluhan, menerima saran, memberikan janji.
Hsien Loong pertama kalinya terpilih sebagai anggota parlemen pada 1984, saat ia berusia 32 tahun. Meski hanya "duduk dan berbicara", itu tetap bukan tugas mudah. Ia masih mengalami periode pascatraumatis cukup hebat akibat kematian tiba-tiba istri pertamanya, Dr. Wong Ming Yang, akibat serangan jantung pada 1982. Sedihnya lagi, anak lelakinya baru berumur tiga pekan dan anak yang pertama, perempuan, baru 19 bulan.
Itulah tahun-tahun yang mengubah drastis kehidupan Hsien Loong. Ia melepas karier militernya, padahal sudah menyandang brigadir jenderal—yang karena itu disapa B.G. Lee—dan terjun ke politik. Bekal ilmu politik dari Kennedy School of Government, Harvard University (1979), membuat sarjana matematika dan komputer dari Cambridge ini memiliki tiga ilmu yang saling melengkapi: disiplin militer, akurasi matematikawan, dan kelihaian politisi.
Itu ditambah gemblengan langsung dari "mentor" politik tertangguh di negeri itu, Lee Kuan Yew, perdana menteri 1959-1990. Ayahnya ini tak hanya mewariskan ketajaman otak dan keteguhan sikap—yang sering dinilai otoriter oleh lawan-lawan politiknya—tapi juga gaya bicara. Cuma B.G. Lee jauh lebih hangat pada anak-anak.
Dan Lee muda langsung meraih prestasi politik cemerlang. Ia sukses menakhodai sebuah komite ekonomi yang membawa Singapura keluar dari impitan resesi. Pernikahan kedua, 1985, dengan Ho Ching, yang memberinya dua putra, mendukung pengembangan karier politiknya pada akhir 1980-an, ketika ia menjabat Menteri Perdagangan dan Industri serta Menteri Muda Pertahanan.
Lalu, pada akhir 1992, B.G. Lee dirundung musibah baru. Ia divonis menderita kanker usus terminal, yang menciutkan hati Lee senior dan membuat rakyat Singapura waswas. Untung, ia berhasil menang dalam pertarungan maut atas tiga benjolan di ususnya, yang sering membuatnya mengalami perdarahan tiba-tiba.
Bintang politik B.G. Lee makin terang setelah pengganti ayahnya, Goh Chok Tong, menjadikannya wakil perdana menteri, November 1990. Ia terutama mengurusi pelayanan publik dan ekonomi. Saat krisis ekonomi menghantam Asia, Lee junior menjadi Ketua Otoritas Moneter, Januari 1998.
Salah satu kebijakannya adalah meminta lima bank yang beroperasi di Singapura merger ke dua grup besar. "Pasar Singapura terlalu kecil," ujarnya. Namun ia gagal menyatukan tiga bank yang dikontrol keluarganya—Overseas Union Bank, United Overseas Bank, dan OCBC Bank. Alasannya, sulit menentukan "siapa yang akan bertanggung jawab setelah merger".
Tapi kini ketiga bank itu digabung juga dengan dua bank lainnya, DBS Group Holdings dan Keppel TatLee Bank, setelah kian banyaknya bank asing beroperasi di Negeri Singa. Pada November 2001, B.G. Lee ditunjuk sebagai Menteri Keuangan. Istrinya, Ho Ching, memimpin Temasek Holdings, yang menguasai kapitalisasi pasar US$ 88 miliar—lebih dari sepertiga nilai bursa efek Singapura. Sedangkan adiknya, Lee Hsien Yang, mengepalai SingTel, operator telekomunikasi terbesar.
Setelah mencapai puncak, apakah B.G. Lee masih menganggap perlu "Majelis Kemisan"
Akmal Nasery Basral (The Straits Times, The Sunday Times, Bloomberg)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini