AKAN berbelokkah Iran? Jumat pekan lalu hasil pemilu negeri itu diumumkan, dan dari 188 anggota Majlis, pihak radikal kini mayoritas. Di hadapan sekitar 30 ribu jemaah yang bersembahyang Jumat di Universitas Teheran, pekan lalu, Ali Akbar Hashemi Rafsanjani mengumumkan, pemilu yang baru saja dilaksanakan merupakan kemenangan besar bagi Iran. Di tengah perang kota, Iran masih bisa menyelenggarakan pemilu, dan sebagian besar pemilih menggunakan hak suaranya, kata Rafsanjani, Ketua Majlis yang terpilih kembali. Ketua yang terpilih kembali itu pun mengimbau kepada para anggota Majlis yang terhormat agar meninggalkan semua perbedaan yang pernah ada, untuk bekerja sama. "Kita semua bersatu untuk Islam. Bukan saling memusuhi," kata ketua yang dulu agak condong ke kelompok radikal dan kini - setelah mayoritas Majlis radikal justru cenderung ke konservatif. Bahwa di antara para mullah pun ada perbedaan pendapat, itu biasa. "Di antara sahabat Nabi sendiri juga terjadi perbedaan," katanya. Konflik yang terjadi di antara golongan radikal dan konservatif yang bernaung di bawah satu partai, Partai Allah, diakui Ayatullah Khomeini sendiri sehari sebelum anggota Majlis diumumkan. "Janganlah kalian bertengkar," kata Khomeini. Maka, bila kaum radikal konsekuen dengan cita-cita mereka, sedikit banyak Iran akan berubah. Peran negara yang lebih besar dalam perekonomian akan terjadi di Iran, yang selama ini jalannya roda ekonomi lebih diserahkan kepada pihak swasta. Land ref orm tentunya juga bakal dilaksanakan. Kemudian jurang lebar antara orang kaya dan miskin bakal dipersempit melalui pemungutan pajak yang progresif - makin kaya makm besar pajaknya. Yang belum bisa diduga, akankah Iran berdamai dengan Irak. Menurut pihak radikal, konon masyarakat Irarl sudah bosan perang. Tapi kata Rafsanjani, setelah terpilih menjadi ketua Majlis lagi, "Irak tak akan mampu menghancurkan moralitas rakyat Iran, walaupun menghujani kita dengan rudalnya dalam enam pekan belakangan ini." Dan bila Khomeini masih menjadi panutan di Iran, perang sulit dihentikan. Ayatullah itu tak bersedia berunding dengan Irak lama Saddam Hussein masih berkuasa. D.P.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini