KABAR menarik dari Daratan Cina. Koran Harian Rakyat tiba-tiba memuat kisah kematian Marsekal Peng Dehuai, dan surat kabar Ikhtisar membeberkan kekejaman yang dialami Presiden Liu Shaoqi. Kedua tokoh Partai Komunis Cina (PKC) itu, yang bersama-sama Mao Zedong mendirikan RRC, diganyang Pengawal Merah dalam arus besar Revolusi Kebudayaan, 1966-1967. Karena menentang kebijaksanaan Mao, khususnya di bidang ekonomi, Peng dan Liu diperlakukan secara amat kasar. Mereka menemui ajal karena penganiayaan yang tidak terperikan. Cerita penderitaan Liu dikutip Ikhtisar dari buku Galloping Across China karya Wang Lanxi. Dituduh Mao sebagai "musuh nomor satu, penjahat dan pengkhianatan", Liu, sejak 1967, digeser, lalu diteror dan dianiaya. Dalam tempo setahun saja, kesehatan Liu begitu merosot, hingga menyuap makanan sendiri pun tak sanggup. "Kadang-kadang ia menggunakan sabun untuk membersihkan giginya," tulis Ikhtisar. "Kedua kakinya diikat selama berbulan-bulan, mencegah agar dia tidak mencelakakan dirinya sendiri." Diagnosa dokter, waktu itu, Liu menderita penyakit paru, kencing manis, dan darah tinggi. Tapi saran mereka supaya bekas presiden itu dirawat di rumah sakit tidak digubris sama sekali. Diceritakan pula, Liu, yang pernah disebut-sebut sebagai pengganti Mao, dari 11 Oktober 1968 sampai saat kematiannya, 33 hari kemudian. terkaDar antara hidup dan mati. Makanan diberikan lewat infus. Ia kemudian, secara diam-diam, diboyong ke luar Kota Beijing, 17 Oktober 1969, dan ditempatkan di sebuah gedung, bekas kantol Bank Jinheng, di Kaifeng. Walau diawasi seorang dokter beriku empat perawat, Liu tidak menjadi lebih baik "Dia bertahan hanya 26 hari di Kaifeng dan ditembak mati pada I2 November 1969," tulis Ikhtisar. Jasad Liu kemudian diletakkan di ruang bawah tanah rumah tahanannya, dan baru keesokan harinya dibalut kain putih. Jenazah Liu dikremasi pukul 1.00 dinihari, 13 November 1969. Tapi kematiannya baru disiarkan 1974. Nasib pemimpin dan teoretisi yang malang itu bahkan baru diketahui dunia awal 1980. Setelah Deng Xiaoping berkuasa, reputasi Liu dipulihkan secara anumerta sampai dua kali - 1978 dan 1980. Pemakaman kenegaraan diberikan padanya, Mei 1980. Abu jenazahnya dibawa dari Kaifeng dan ditaburkan ke laut, sesuai dengan permintaan Liu. Menteri Pertahanan Marsekal Peng Dehuai adalah tokoh Nomor 2, sesudah Mao, dalam hierarki militer RRC. Dialah yang memimpin tentara RRC dalam Perang Korea dan menandatangani gencatan senjata di Panmunjom, Juli 1953. Setahun kemudian Peng diangkat sebagai menteri pertahanan merangkap anggota Politbiro PKC. Dalam rapat partai di Lushan, 1959, dengan beraninya Peng menentang kebijaksanaan ekonomi "Lompatan Jauh ke Depan" yang digariskan Mao. Ia lalu dituduh berkomplot menentang pemerintah, dan dipecat. Tatkala Revolusi Kebudayaan sedang ganas-ganasnya, Peng dikenai tahanan rumah, disekap dalam ruang gelap, di utara Beijing. "Paman, tidak dapat kulupakan penyesalan Anda di waktu sekarat itu . . .," tulis kemenakannya, Nona Peng Gang, dalam Harian Rakyat. Artikel Gang dibuat khusus memperingati 10 tahun kematian Peng yang meninggal 1974 pada usia 76 tahun. "Anda setengah lumpuh karena siksaan," ujar Gang. Diceritakan Gang bagaimana pamannya tiba-tiba menjabat tangannya kuat-kuat dan berkata sambil berlinang air mata, "Saya rasa tiba saatnya saya pergi. Rasanya, abu saya tidak akan disatukan dengan abu anggota keluarga kita. Mereka pahlawan revolusioner yang gagah perkasa. Tapi saya mencemarkan nama baik mereka." Mengapa Peng menentang "Lompatan Jauh ke Depan"? "Seorang Komunis harus sadar akan tanggung jawabnya," kata Peng kepada kemenakannya. "Jangan takut kehilangan jabatan ... jangan takut dipecat partai, jangan takut dlpenjarakan untuk kemudian dipenggal. Karena saya tidak takut mati, maka saya tidak takut kepada siapa pun." Liu Shaoqi dan Peng Dehuai mendampingi Mao Zedong dalam Long March yang terkenal itu, 1934-1935. Keduanya berhasil menanjak ke pucuk karier - Liu bahkan dipersiapkan sebagai pengganti Mao. Dan adalah Marsekal Peng yang lebih dulu mengkritik Mao, pada 1959. Sedangkan Liu, yang masih sangat menentukan pada awal 1960-an, cenderung bersikap luwes dan pragmatis dalam membangun ekonomi Cina. Karena itulah ia dilindas Revolusi Kebudayaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini