RAMALAN bahwa Partai Buruh Austraha akan menggondol kemenangan mutlak ternyata meleset. Hasil pemilu, Sabtu lalu, memang menunjukkan bahwa partai itu menang, tapi tidak besar-besaran. Popularitas Perdana Menteri Bob Hawke 54, yang melonjak tinggi belakangan ini rupanya tidak terlalu menolong. Juga keberhasilannya menekarinflasi dan mengurangi jumlah penganggur tidak pula bisa dijadikan jaminan. Di sela-sela kecemerlangan Hawke ketua Partai Libera Andrew Peacock, 45 telah mencuri simpat dan perhatian. Penampilannya di tele visi dalam acara deba lawan Hawke benar benar sukses. Dia kembali mengecan kegagalan Hawke dalam menumpas organisasi kejahatan, tapi kali ini, secara lebil halus. Kuat dugaan acara televisi itulah yang menyebabkan Liberal menggaet suara 2% lebih banyak dari yang diperkirakan semula. Menanggapi kemajuan yang dicapai oposisi, Hawke pun secara terbuka menyatakan rasa hormatnya, terutama pada Peacock. Pernah menguras air mata Hawke di Parlemen, gara-gara anak perempuan sang PM dituduhnya terlibat narkotik, Peacock dipujikan lawannya gemar bekerja keras, ulet, dan tak kenal lelah. Pemimpin Liberal ini tak ayal balas mengucapkan selamat pada Hawke sembari menegaskan bahwa kemenangan sebenarnya ada di tangan oposisi. "Yang Anda saksikan adalah pemunculan kembali Partai Liberal," kata Peacock berkibar-kibar. Mayoritas Partai Buruh yang menurun dalam Pemilu 1 Desember - yang hasil pastinya belum diketahui - dibenarkan Hawke. Tapi kesalahan dilemparkannya pada sistem pemillhan gaya baru. Katanya, formulir baru, yang pertama kali digunakan, telah membingungkan para pemilih. Kira-kira 10% pengikut Partai Buruh tidak tahu bagaimana mengisinya. Akibatnya, suara mereka dianggap tidak sah. Alasan Hawke itu, menurut orang Liberal, terlalu dicari-cari. "Kepercayaan rakyat pada Hawke tidak sebesar dulu lagi," ujar tokoh Liberal, Jeft Kenneth. Sementara itu, John Howard, juga dari partai yang sama, beranggapan bahwa Hawke salah perhitungan dengan menetapkan masa kampanye tujuh minggu, dua kali lebih lama dari biasanya, hingga pemilih bisa menimbang-nimbang calon yang tepat. Apa pun kesalahan Hawke, pemilu terakhir ini adalah yang ketujuh dalam tempo 12 tahun. Ternyata, stabilitas politik Australia ditandai porgantian kabinet yang cukup sering terjadi. Padahal, menurut ketentuan tiap pemerintanan dipilih untuk masa tiga tahun sekali. T.Di Hawke, misalnya, yang baru memenangkan kursi PM, Maret 1983, justru melaksanakam pemilu awal Desember, kurang dari dua tahun. Mengapa? Tujuan utama, Hawke ketika terpilih tahun lalu adalah , memastikan kemenangannya untuk masa jabatan kedua. Dia tidak mau mengulangi kesalahan pendahulunya, PM Gough Whitlam. Tokoh Buruh ini hanya berkuasa tiga tahun, dan akhirnya terpental. Pengalaman pahit itulah yang konon mendorong Hawke cepat-cepat berpemilu lagi. Dan hasilnya, yang kurang menggembirakan itu, membuat sesama tokoh Buruh bertanya tanya: "Ada apa?" Hawke, yang dijuluki berhaluan "sosialis kiri", banyak berkompromi dengan masyarakat pengusaha Australia. Sikapnya yang pragmatis, misalnya, telah memukul orang-orang separtainya sendiri. Ia menolak usul larangan penambangan uranium, penutupan basis militer Amerika Serikat, dan gagasan melepaskan diri dari Anzus - pakta pertahanan bersama Selandia Baru. Mereka marah dan menuduh Hawke melancarkan politik jual murah. Diduga, kelompok orang-orang marah inilah yang membentuk Partai Perlucutan Senjata Nuklir (NDP), beberapa bulan lalu. Tampaknya, NDP cukup kuat. Tapi belum jelas apakah memenangkan kursi atau tidak. Yang pasti, NDP bersama Partai Demokrat dan Independen telah menyedot suara sebagian pemilih - yang pada pemilu sebelumnya milik Partai Buruh. Sementara itu, kebangkitan Partai Liberal dengan dana pemilu yang lebih besar ikut pula mencuri suara Partai Buruh, sesuatu yang agaknya juga luput dari perhitungan Hawke.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini