Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

internasional

Pendeta Filipina Ditangkap atas Kejahatan Seks, Marcos Jr. Janji Tak Istimewakan

Seorang pendeta terkenal di Filipina ditangkap atas berbagai tuduhan kejahatan, termasuk pelecehan seksual.

9 September 2024 | 21.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. mengatakan tak akan memberi perlakuan khusus terhadap pendeta penginjil Apollo Quiboloy. Ia ditangkap pada Minggu setelah polisi memburunya selama berminggu-minggu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Quiboloy, yang menyatakan diri sebagai "pemilik alam semesta" dan "anak Tuhan yang ditunjuk", dicari atas tuduhan pelecehan seksual dan anak serta tuduhan perdagangan manusia di Filipina. Ia juga dicari oleh Biro Investigasi Federal di AS atas tuduhan perdagangan seks dan penyelundupan uang tunai dalam jumlah besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Quiboloy telah menolak semua tuduhan. Di Filipina, ia adalah pendeta selebritas yang diikuti oleh jutaan orang, tempat para pemimpin gereja memegang pengaruh besar dalam politik. "Tidak ada perlakuan khusus," kata Marcos kepada wartawan pada hari Senin. "Kami akan memperlakukannya seperti orang yang ditangkap lainnya dan menghormati hak-haknya."
"Kami akan menunjukkan sekali lagi bahwa sistem peradilan kami di Filipina aktif, bersemangat, dan berfungsi," ujarnya.

Lebih dari 2.000 polisi dikerahkan untuk mencari Quiboloy, yang bersembunyi di dalam "sekolah Alkitab" di kompleks luas di kota selatan Davao yang dimiliki oleh gerejanya, Kerajaan Yesus Kristus (KOJC), kata polisi pada hari Senin.

Polisi memberi waktu kepada Quiboloy sampai hari Minggu untuk menyerah. Jika tidak, maka polisi akan menyerang gedung tersebut, kata kepala polisi daerah Davao Nicolas Torre dalam jumpa pers pada hari Senin.

Quiboloy diperkenalkan ke media pada hari Senin, tetapi wajahnya ditutupi oleh topi, kacamata hitam, topeng, dan syal. Pengacara Quiboloy, Israelito Torreon, mengatakan pendeta tersebut menyerahkan diri kepada polisi dan militer karena ia tidak ingin situasi semakin memburuk. "Ketidakbersalahan Quiboloy akan ditegaskan oleh pengadilan," kata Torreon kepada radio DZBB.

"Penyerahan diri itu formalitas belaka. Pada akhirnya, suka atau tidak, hasil akhirnya akan tetap sama," kata Torre.

Menteri Dalam Negeri Benjamin Abalos Jr. mengatakan bahwa pemerintah sedang berupaya mengajukan tuntutan terhadap orang-orang yang membantu Quiboloy menghindari penangkapan. Quiboloy adalah teman lama mantan presiden Rodrigo Duterte. Ia telah mengajukan pengaduan pidana terhadap Abalos dan beberapa petugas polisi karena merusak propertinya.

Marcos mengatakan kubu Quiboloy telah menetapkan syarat-syarat untuk penyerahan dirinya, termasuk jaminan bahwa dia tidak akan dikirim ke Amerika Serikat untuk menghadapi tuduhan. "Memberikan syarat bukanlah pilihan bagi seseorang yang merupakan buronan," kata Marcos yang menggambarkan operasi penegakan hukum untuk menangkap Quiboloy sebagai kerja polisi terbaik. 

"Dengan sedikit lega saya dapat mengatakan bahwa fase operasi ini telah berakhir. Sekarang kita serahkan Quiboloy kepada sistem peradilan," katanya.

Departemen Kehakiman Filipina mengakui perjanjian ekstradisi negara itu dengan AS. Namun dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Quiboloy akan terlebih dahulu diadili dan menjalani hukuman di Filipina sebelum permintaan ekstradisi dikabulkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus