Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penduduk Gaza Kehilangan Seluruh Keluarga, Bersiap untuk Kehancuran Lebih Besar

Israel bersiap untuk melakukan serangan darat, penduduk Gaza siap untuk menghadapinya.

16 Oktober 2023 | 09.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketika Israel pada Minggu, 15 Oktober 2023, bersiap untuk melakukan serangan darat di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, penduduk Gaza yang kehilangan anggota keluarga dalam serangan udara bersiap menghadapi kehancuran yang lebih besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Cucu perempuan Um Mohammad Al-Laham yang berusia empat tahun, Fulla Al-Laham, terbaring di rumah sakit Gaza. Al-Laham mengatakan serangan udara Israel menghantam rumah keluarga tersebut, menewaskan 14 orang termasuk orang tua Fulla, saudara kandung dan anggota keluarga besarnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tiba-tiba dan tanpa peringatan, mereka mengebom rumah warga di dalamnya. Tidak ada yang selamat kecuali cucu saya Fulla,” kata sang nenek yang telah menyaksikan banyak perang antara Hamas dan tentara Israel selama bertahun-tahun.

Dia bilang ini yang paling sulit.

“Empat belas orang syahid, tidak ada yang tersisa kecuali Fulla,” katanya. "Dia tidak berbicara, tidak melakukan apa-apa, hanya berbaring di tempat tidurnya dan mereka memberikan obat."

Seorang anak berusia empat tahun lainnya dalam keluarga tersebut juga hampir tidak memiliki kerabat, kata sang nenek.

Israel telah melancarkan serangan udara terberat yang pernah ada di Gaza.

Mereka telah bersumpah untuk memusnahkan kelompok militan Palestina Hamas sebagai pembalasan atas amukan para pejuangnya di kota-kota Israel delapan hari yang lalu di mana para militannya menembak pria, wanita dan anak-anak serta menyandera dalam serangan terburuk terhadap warga sipil dalam sejarah negara tersebut.

Beberapa warga mengatakan mereka tidak akan pergi, mengingat “Nakba,” atau “bencana,” tahun 1948 ketika banyak warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka selama perang yang menyertai berdirinya Israel.

Pihak berwenang Gaza mengatakan sedikitnya 2.450 orang tewas, seperempat di antaranya anak-anak, dan hampir 10.000 orang terluka.

Para pejabat kesehatan terpaksa menyimpan jenazah di truk pendingin es krim karena memindahkan mereka ke rumah sakit terlalu berisiko dan tempat pemakaman terbatas.

Petugas penyelamat mencari korban yang selamat dari serangan udara.

 

Rumah Sakit Kehabisan Obat

Di Khan Younis, Gaza selatan, Mohamed Abo Dakka mengatakan keluarganya masih berada di bawah reruntuhan setelah serangan Israel.

“Saya kehilangan putra saya, sepupu saya, dan seluruh keluarga,” katanya. “Saya tidak kehilangan mereka karena mereka ditangkap karena berjuang di garis depan.. kami hanya di rumah, duduk di rumah.

“Kami tidak dapat menemukan peralatan untuk mencari dan mengeluarkan mereka.”

Serangan udara dan serangan darat Israel yang diperkirakan akan terjadi telah menimbulkan kekhawatiran akan penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah kantong sempit dan miskin tersebut, yang merupakan salah satu tempat paling ramai di dunia.

Di Rumah Sakit Kamal Edwan di Gaza, di mana beberapa anak dipasangi ventilator, Dr Hussam Abu Safiya, berkata: "Jika kalian ingin membunuh kami, bunuh kami saat kami terus bekerja di sini, kami tidak akan pergi. Kami perlu berhari-hari dan berminggu-minggu untuk mengamankan anak-anak lain." tempat."

Situasinya sangat berbahaya, katanya. “Memindahkan anak-anak ini dari tempat ini berarti menjatuhkan hukuman mati kepada mereka. Mereka akan mati dan peralatan ini hanya beroperasi dengan listrik dan oksigen.”

Rumah sakit mengatakan mereka kehabisan obat-obatan dan bahan bakar di bawah blokade Israel.

Saksi mata di Kota Gaza mengatakan kepada Reuters bahwa serangan Israel telah memaksa lebih banyak orang meninggalkan rumah mereka, beberapa di antaranya mencari perlindungan di fasilitas medis. Rumah sakit Shifa terbesar di Gaza penuh sesak.

"Kami mengalami mimpi buruk terburuk dalam hidup kami. Bahkan di sini, di rumah sakit, kami tidak aman. Serangan udara terjadi di area luar rumah sakit sekitar fajar," kata seorang wanita berusia 35 tahun yang menolak menyebutkan namanya.

Perjalanan ke Gaza selatan menjadi lebih sulit karena beberapa orang yang melakukan perjalanan mengatakan Israel terus melakukan pengeboman di sekitarnya. Militer Israel tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Ashraf Al-Qidra, juru bicara kementerian kesehatan Gaza, mengatakan 70% orang di Kota Gaza dan bagian utara jalur tersebut tidak mendapatkan layanan kesehatan setelah badan pengungsi Palestina UNRWA mengevakuasi kantor pusatnya dan menghentikan layanannya.

Di sebelah timur Khan Younis di selatan Gaza, tempat ratusan penduduk utara mengungsi, beberapa penduduk setempat memasak untuk para pengungsi, menggunakan kayu bakar untuk menyiapkan 1.500 porsi daging dan nasi yang disumbangkan oleh penduduk.

“Kami kehabisan gas, jadi kami memasak dengan kayu bakar,” kata Youssef Abu Assi, salah satu warga yang membantu.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus