Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penembakan di Thailand menyisakan duka yang teramat dalam di hati para orang tua. Dilansir dari Reuters, Jumat, 7 Oktober 2022, penembakan terjadi pada waktu tidur siang di Pusat Pengembangan Anak Uthai Sawan di timur laut Thailand. Sebanyak 24 anak berusia 2 hingga 5 tahun ditidurkan di tempat yang berjarak sama di lantai berpanel kayu.
Baca: Penembakan di Thailand: Pelaku Juga Bunuh Anak dan Istrinya, 34 Orang Tewas
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semua tampak tenang hingga seorang mantan polisi bersenjatakan pistol dan pisau menyerbu ke pusat penitipan anak itu. Staf yang bertugas tidak berhasil menghentikan pelaku yang diidentifikasi Panya Khamrab. Bekas sersan polisi itu menembak di pintu kamar tempat anak-anak tidur dan membunuh 22 dari mereka. Sebagian besar anak-anak ditikam dengan pisau. Peristiwa ini adalah salah satu pembantaian anak-anak terburuk oleh seorang pembunuh tunggal sepanjang sejarah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di antara korban yang meninggal adalah anak kembar Worapat dan Weerapol Nuadkhao yang tinggal sebulan lagi berulang tahun keempat. "Mereka ingin memiliki kue, cokelat, dan stroberi. Mereka kembar tetapi mereka tidak menyukai hal yang sama," kata ibu mereka, Pimpa Thana, kepada Reuters melalui telepon. "Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan selanjutnya," katanya dengan suaranya bergetar.
Kritsana Sola yang berusia dua tahun, yang menyukai dinosaurus dan sepak bola "sangat senang" pergi ke tempat penitipan anak setiap hari untuk bermain dengan teman-temannya. "Dia harus berdandan rapi dengan seragam. Kadang-kadang dia diizinkan memakai jersey sepak bola Chelsea, itu favoritnya," kata Naliwan Duangket sambil menunjukkan di ponsel gambar anak laki-laki berwajah gendut yang dijuluki Kapten.
Fasilitas penitipan anak tersebut merupakan tempat terpercaya bagi keluarga di desa-desa terdekat. Setiap harinya ada 90 anak yang datang ke sana, menurut pejabat kota Jidapa Boonsom yang bekerja di kantor sebelah.
Orang tua mengantar anak-anak pada jam 8 pagi. Selanjutnya anak-anak akan diajarkan membaca, mewarnai, dan bermain. Kegiatan siang hari adalah tidur. Setelah itu siswa akan dijemput sekitar pukul 14:30, kata Jidapa.
Lebih dari sebulan yang lalu, kelas telah melakukan kunjungan lapangan tahunan. Dalam foto-foto perjalanan yang diposting di media sosial, anak-anak mengenakan kemeja merah dan celana pendek hitam, sepatu kets, beberapa dengan rambut dikuncir dan yang lain dengan topi olahraga terbalik.
Dalam salah satu foto, anak-anak melipat tangan berdoa sambil mendengarkan pemandu wisata di luar kuil. Di tempat lain, mereka duduk di kaki patung dinosaurus di museum, memandang dengan kagum. Mereka terlihat tertawa, menarik wajah, dan berpose dengan guru mereka di bus sekolah.
Pada hari penyerangan, terjadi hujan lebat. Anak-anak yang datang ke tempat penitipan lebih sedikit.
Penyiar televisi Amain TV melaporkan bahwa salah satu korban selamat, seorang gadis bernama Honey, sedang tidur. Ia ditutupi dengan selimut, di ujung ruangan.
Kakeknya bergegas ke tempat kejadian untuk menemukan seorang guru memegang gadis itu di lengannya, menutupi wajah anak itu dengan kain sehingga dia tidak bisa melihat teman-temannya yang sudah meninggal. "Ini keajaiban," kata kakek yang tidak disebutkan namanya itu kepada penyiar.
Korban penembakan di Thailand oleh pelaku Panya Khamrap, 34, seluruhnya adalah 37 orang. Korban termasuk istri dan anaknya yang ditembak di rumah sebelum pelaku akhirnya tewas setelah bunuh diri.
Baca: Pelaku Penembakan Massal di Thailand adalah Bekas Perwira Polisi
REUTERS