Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berita Tempo Plus

Kisruh Vaksin di Dua Benua

Pengadaan vaksin Covid-19 di Eropa dan Asia diwarnai berbagai masalah, dari kebakaran pabrik, monopoli produksi, hingga penyelundupan. Inggris dan Uni Eropa berebut jatah vaksin.

30 Januari 2021 | 00.00 WIB

Gedung AstraZeneca di Belgia, 28 Januari lalu. REUTERS/Johanna Geron
material-symbols:fullscreenPerbesar
Gedung AstraZeneca di Belgia, 28 Januari lalu. REUTERS/Johanna Geron

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Pengadaan vaksin Covid-19 di Eropa dan Asia diwarnai berbagai masalah, mulai dari rebutan pasokan sampai tudingan korupsi.

  • Inggris dan Uni Eropa berebut jatah vaksin dari AstraZeneca dan terlibat dalam perang vaksin.

  • Vaksin Thailand dimonopoli vaksin produksi perusahaan milik raja, politikus yang mengkritiknya malah digugat secara hukum

UNI Eropa kekurangan vaksin Covid-19. AstraZeneca, perusahaan farmasi multinasional Inggris-Swedia, berjanji untuk memasok 2 juta dosis vaksin Covid-19 setiap pekan ke Inggris tapi memangkas pengiriman ke Uni Eropa, dari 80 juta dosis menjadi 31 juta dosis selama kuartal pertama tahun ini. Hal ini memicu ketegangan antara Uni Eropa dan Inggris, yang baru keluar dari blok Benua Biru tersebut.

Sejauh ini Inggris telah memvaksinasi lebih dari 11 persen populasinya. Negara-negara Uni Eropa, seperti Italia, Polandia, Finlandia, dan Jerman, hanya memvaksinasi 2-3 persen penduduknya. Keputusan AstraZeneca untuk mengurangi jatah vaksin membuat Uni Eropa makin tertinggal dalam target vaksinasi penduduknya.

Para pemimpin Uni Eropa pun gusar. Pada Jumat, 29 Januari lalu, perhimpunan negara-negara Eropa memberlakukan kontrol terhadap ekspor vaksin untuk melacak berapa banyak yang meninggalkan benua itu dan ke mana vaksin itu dikirim. “Kebijakan ini tidak menargetkan negara tertentu,” ucap Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa Valdis Dombrovskis dalam jumpa pers di Brussels, seperti dikutip CNN. Namun, ketika mengumumkan kebijakan itu, dia juga merilis daftar lusinan negara yang dibebaskan dari aturan ini, termasuk banyak negara miskin. Tapi tak ada nama Inggris di sana.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Gabriel Wahyu Titiyoga

Alumni Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta ini bergabung dengan Tempo sejak 2007. Menyelesaikan program magister di Universitas Federal Ural, Rusia, pada 2013. Penerima Anugerah Jurnalistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014. Mengikuti Moscow Young Leaders' Forum 2015 dan DAAD Germany: Sea and Ocean Press Tour Program 2017.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus