Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pengangguran Anak Muda Cina Meroket, Penjualan Tiket Lotere Melonjak

Penjualan tiket lotere Cina pada Agustus melonjak ke level tertinggi sepanjang tahun ini, di tengah menroketnya pengangguran anak muda

1 Oktober 2023 | 13.15 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Puluhan pengunjung menari di sebuah klub malam setelah hampir setahun dilanda pandemi COVID-19 di Wuhan, provinsi Hubei, Cina, 12 Desember 2020. Setelah berjuang melawan pandemi kini banyak warga Wuhan yang kembali beraktivitas dan anak muda sudah kembali dugem. REUTERS/Aly Song

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penjualan tiket lotere Cina pada Agustus melonjak ke level tertinggi sepanjang tahun ini, di tengah kekhawatiran masyarakat terhadap perekonomian setelah berbulan-bulan data yang sebagian besar suram termasuk meroketnya pengangguran  anak muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penjualan tiket lotere nasional melonjak 53,6 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya, menjadi 52,96 miliar yuan, kantor berita resmi Xinhua melaporkan pada Sabtu, mengutip data dari kementerian keuangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dari Januari hingga Agustus, total 375,76 miliar yuan tiket lotere terjual secara nasional. Ini naik 51,6 persen dari tahun sebelumnya, menurut data.

Melonjaknya penjualan tiket lotere bertepatan dengan data ekonomi yang lemah selama berbulan-bulan, dengan tingkat pengangguran pencari kerja berusia antara 16 dan 24 tahun menarik perhatian khusus dari para pembuat kebijakan.

Tingkat pengangguran kaum muda Cina mencapai rekor tertinggi sebesar 21,3 persen pada Juni, menurut data resmi.

Beberapa komentator media sosial menghubungkan peningkatan tajam penjualan lotere dalam beberapa bulan terakhir dengan meningkatnya kekhawatiran ekonomi kaum muda.

“Kaum muda lebih berpeluang memenangkan 5 juta yuan dalam lotere dibandingkan mendapatkan 5 juta yuan dari pekerjaan,” tulis salah satu mikroblog populer Tiongkok, Weibo.

Biro statistik negara tersebut tiba-tiba berhenti mempublikasikan statistik pengangguran kaum muda pada Agustus. Mereka mengatakan bahwa statistik tersebut telah ditangguhkan karena para pejabat berusaha untuk "mengoptimalkan" metodologi pengumpulan datanya, sehingga memicu gelombang kritik di media sosial.

Merasakan dampak dari meningkatnya biaya perumahan dan melambatnya perekonomian, para lulusan yang menganggur telah meninggalkan kota-kota yang secara tradisional menjadi batu loncatan menuju kekayaan kelas menengah.

Awal tahun ini, media sosial Cina diramaikan dengan video lulusan universitas yang menganggur mengunjungi kuil untuk mencari berkah dari para dewa. “Semakin buruk perekonomian, semakin banyak tiket lotere yang terjual,” tulis komentator lain di Weibo.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus