Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pengawas Tiba Untuk Tim-teng

Sejumlah negara menyediakan pangkalannya bagi A.S, karena ancaman Soviet di Timur Tengah, negara-negara tersebut a.l: mesir, oman, kenya, somalia. persatuan negara afrika (oau) memprotes as.

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AMERIKA Serikat semakin memperkuat kehadirannya di Timur Tengah dan Samudera Hindia. Selangkah demi selangkah, dan dalam waktu relatif singkat, ia mengikat perjanjian dengan Mesirr, Oman, Kenya dan Somalia untuk menggunakan fasilitas pangkalan militer. Tujuannya ialah mengamankan angkutan suplai minyak dan bila perlu, mampu mengirim pasukan secepat mungkin ke berbagai tempat yang terancam. Ancaman terutama dirasakannya dari Uni Soviet yang Desember lalu mencaplok Afghanistan. Apalagi dengan tergulingnya kekuasaan Syah di Iran awal Februari 1979, AS rupanya makin terdorong untuk mencari pangkalan baru untuk mengatasi ancaman Soviet. Di Mesir, AS menyediakan banyak dollar untuk memperbaiki lapangan terbang Ras Banas yang akan digunakannya sebagai suatu pangkalan utama. Pemerintahan Presiden Sadat dengan sendirinya tertolong dalam membangun ekonomi wilayah bagian selatan Mesir itu. Pemerintahan Carter, menurut sumber Pentagon, sudah menyiapkan biaya sebesar US$ 400 juta untuk keperluan Ras Banas. Ras Banas yang terletak di tepi Laut Merah dan berseberangan dengan Arab Saudi itu akan dijadikan sebagai stasiun pengiriman pasukan gerak cepat. Walaupun tidak secara permanen, AS akan menempatkan pesawat tempurnya dan 1 divisi pasukannya di situ bila sewaktu-waktu terjadi krisis di kawasan Timur Tengah. Awal tahun ini AS mendapat persetujuan Oman untuk menggunakan fasilitas bekas pangkalan Inggris di Pulau Al Masirah dan lapangan terbang Thamarit di Dhofar. Dengan itu, AS akan ikut menjaga keamanan lalu-lintas kapal pengangkut minyak (tanker) di Selat Hormoz. Ini kemudian disusul dengan persetujuan pemerintah Kenya untuk menyediakan pangkalannya di Mombasa. AS akan dapat mengawasi dari Mombasa segala gerak-gerik di Samudera Hindia. Sementara itu bekas pangkalan Inggris di Diego Garcia yang terletak di Samudera Hindia juga akan ditingkatkannya. Menurut rencana pangkalan yang disewa AS dari Inggris itu akan dibangun dengan biaya US$.1 milyar. Sehingga bisa kelak digunakan sebagai landasan bagi pesawat pembom B-52. Belakangan ini tiba giliran Somalia yang bersedia menyediakan Berbera ian Mogadishu untuk dipakai sebagai pangkalan militer AS. Dengan fasilitas Somalia itu, AS akan bisa mengawasi wilayah Teluk Aden yang begitu penting artinya bagi lalu lintas kapal tanker. Semula Uni Soviet membangun Berbera untuk menjadi pangkalannya. Tapi tahun 1977, Somalia mengusir orang Rusia dari Berbera karena Soviet membantu Ethiopia, musuh Somalia, dalam masalah Ogaden. Dengan adanya perjanjian pangkalan itu, Somalia sekaligus meminta bantuan militer AS untuk memperkuat angkatan bersenjatanya. Menurut pejabat Departemen Pertahanan AS, Pemerintahan Carter sudah menjanjikan bantuan militer kepada Somalia sebesar US$ 25 juta, berupa kredit dan sumbangan. Sementara itu suatu bantuan ekonomi sebesar US$ 77 juta sudah diterima Somalia. Namun timbul kekhawatiran bahwa Somalia akan menggunakan militernya yang diperkuat itu untuk membantu kaum separatis di Ogaden melawan Ethiopia. Ada kemungkinan sesama negara Afrika itu akan melanjutkan konfrontasi mereka sebagai akibat perjanjian Somalia-AS itu. Pangkalan Utama Persatuan Negara Afrika (OAU) dalam pertemuan puncaknya di Siera Leone, Juli lalu, memprotes peningkatan militer AS yang berlangsung di Diego Garcia. Mereka juga menuntut agar pulau itu dikembalikan kepada Mauritius tanpa syarat. Diego Garcia termasuk wilayah Mauritius ketika negara itu masih di bawah jajahan Inggris. Segera sesudah Mauritius dimerdekakan tahun 1968, Diego Garcia yang merupakan bagian dari Kepulauan Chagos diserahkan kepada Inggris sebagai pangkalan. Kemudian Inggris menyewakan lagi pulau itu kepada AS. Melihat perkembangannya, OAU rupanya menganggap bahwa peningkatan militer dl pulau itu merupakan 'ancaman bagi Afrika'. Memang sejak diambil alih AS, Diego Garcia merupakan satu-satunya pangkalan suplai utama untuk angkatan bersenjata AS di Samudera Hindia. Pulau itu terletak sekitar 2250 km dari Mauritius dan dekat dengan Kepulauan Seychelles dan Sri Lanka. Mengenai ppemakaian pangkalan di Kenya, Oman, Somalia dan Mesir oleh AS, hampir tak terdengar adanya protes. Soalnya ialah banyak negara di Timur Tengah yang juga ikut merasakan bahaya ancaman Soviet terhadap kawasan itu. Paling tidak pada waktu sekarang ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus