Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Monitor Dulu Dan Kini

Monitor, majalah radio dan tv terbit lagi, tak ada hubungan dengan dep. penerangan, untuk menghindari pengalaman pahit monitor terdahulu. kini pengasuhnya ingin berpikir lebih komersial.

6 September 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUATU film seri tv yang digemari adalah Bionic Woman. Mungkin tidak banyak penggemarnya mengetahui siapa Lindsay Wagner, pemerannya. TVRI sebagai media elektronik tampaknya merasa perlu bergantung pada media cetak untuk memperkenalkan Wagner. Di situ bisa ditulis dengan leluasa kehidupan sehari-harinya, sampai latar belakang pribadinya. Maka majalah Monitor Radio dan Televisi suatu saat kelak menyajikan tentang Wagner. Bukan itu saja yang hendak dikerjakannya. Untuk pembacanya (pemilik televisi) akan diperagakannya dalam tulisan cara memasang antena televisi agar menangkap gambar bagus. "Kami juga akan memperkenalkan pribadi para penyiar radio dan televisi, dapurnya, dan latar belakang suatu acara," kata Drs. H. Subrata, Pemimpin Umumnya, yang juga Penjabat Sementara Direktur Televisi. Monitor yang terbit mulai awal Agustus memang memuat tulisan yang berkaitan dengan masalah radio dan televisi. Pada edisi nomor 2, misalnya, ditampilkannya beberapa segi kehidupan penyiar TVRI Rini Sutomo. Juga dikemukakannya tentang peranan Sistem Komunikasi Satelit Domestik Palapa dalam jaringan radio dan televisi. Serta tak ketinggalan acara radio dan televisi. Terdapat banyak gambar. Penerbitnya, Yayasan Gema Tanah Air, menjual majalah itu Rp 500. Muncul dua kali sebulan dengan format (27 cm x 36 cm) menyerupai Life, AS, ia tampaknya ingin berbeda dalam bentuk dengan banyak majalah populer. Tapi seorang agennya mengeluh bahwa majalah itu sukar ditenteng. Monitor (oplah 25.000) mempekerjakan empat wartawan tetap. Mereka ini kecuali beberapa pimpinan perusahaan dan pimpinan redaksinya, tidak punya hubungan kedinasan dengan Departemen Penerangan. Hal itu rupanya disengaja untuk menghindari pengalaman pahit yang pernah menimpa majalah Monitor terdahulu. Tahun 1972-73, Direktorat Televisi, Departemen Penerangan, pernah menerbitkan Monitor (oplah terakhir 10.000). Formatnya serupa dengan Monitor sekarang. Seluruh pengasuh majalah itu dulu punya hubungan kedinasan (pegawai negeri Departemen Penerangan). Soewardi Idris, bekas Pemimpin Redaksinya, mengatakan mereka dulu mengelola majalah sebagai kerja sambilan. "Tak seorang pun di antara kami berpengalaman di bidang penerbitan." Pemasarannya dulu tidak mendapat perhatian sepenuhnya. Kontrol pun jadi kendur. Akibatnya majalah itu hanya mampu terbit sampai nomor 24. Tapi sekarang pengasuhnya ingin berpikir lebih komersial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus