RONALD Reagan, calon presiden dari Partai Republik, sudah biasa
mengritik politik luar negeri pemerintahan Carter. Tapi, ketika
ia menyentuh masalah hubungan AS-Taiwan, reaksi yang agak keras
tiba-tiba muncul dari Beijing. Reagan yang sejak dulu ingin
mempertahankan hubungan baik dengan Taiwan rupanya terjerat
dengan kesalahan penafsirannya mengenai Akta Hubungan AS-Taiwan.
Akta yang disetujui Congress setelah dibuka hubungan diplomatik
AS-Taiwan, Januari tahun lalu, menyebutkan: Hubungan AS dengan
Taiwan akan dilakukan oleh badan non-pemerintah. Sementara
Reagan dalam kampanyenya menegaskan bahwa bila ia terpilih
sebagai presiden hubungan 'resmi' dengan Taiwan akan dibuka
kembali. Karena juga bermaksud meningkatkan hubungan dengan RRC,
Reagan seolah menganut politik 'dua Cina'.
Pernyataan Reagan ini tentu saja membuat marah Beijing. Dan Cina
memperingatkan Partai Republik bahwa setiap usaha untuk membuka
kembali hubungan resmi dengan Taiwan berarti akan merusakkan
hubungan AS-Cina.
George Bush, calon wakil presiden yang menjadi rekan Reagan,
selama 3 hari berada di Beijing mencoba meyakinkan para pejabat
Cina bahwa apa yang diucapkan Reagan 'adalah salah sebut'.
Menurut Bush, apa yang ingin dikatakan Reagan adalah 'perlunya
diperbaharui lagi hubungan tidak resmi dengan Taiwan', dan bukan
hubungan 'resmi'.
Tapi Cina rupanya tetap tidak percaya. Kantor Berita Xin Hua
menyebutkan bahwa pernyataan Reagan itu bukanlah karena salah
sebut. Dan itu "telah menyakitkan hati 1 milyar penduduk Cina."
Harian Rakyat -- organ resmi Partai Komunis Cina -- menurunkan
pula komentar "Pendirian Reagan yang anti-Soviet sebagaimana
berulang kali dikemukakan Bush selama di sini (Beijing) adalah
omong kosong." Karena apa yang diucapkan Reagan itu hanya
membuat Soviet gembira, tambahnya.
Memang masalah Taiwan sangat peka bagi RRC. Mereka jelas menolak
setiap usaha mengakui 'dua Cina'. Begitupun RRC tampaknya sudah
mulai mengadakan beberapa pendekatan dengan Taiwan. Misalnya
dengan pembukaan hubungan telepon, pos dan telekomunikasi sejak
Februari tahun lalu. Tapi usaha RRC ini betul-betul tak
bersambut di Taiwan. Bahkan ketika diundang untuk ambil bagian
dalam Canton Fair Taiwan secara tegas menolaknya.
Namun baik RRC maupun Taiwan belakangan ini menghindari
kemungkinan saling serang. Menurut kalangan diplomat Barat di
Beijing, karena hubungan yang tidak saling menyerang inilah RRC
begitu serius menanggapi pernyataan Reagan itu.
Reagan sendiri tak menghiraukan krilik tajam yang datang dari
berbagai pihak, termasuk dari John Anderson -- calon independen
untuk pemilihan presiden AS. Anderson menuduh Reagan menggunakan
dasar yang 'kuno' dalam politik luar negerinya menghadapi Cina.
Hal ini terlihat setelah Bush kembali dari Beijing. Dalam suatu
jumpa pers yang juga dihadiri Bush pekan lalu, Reagan menegaskan
lagi sikapnva. "Saya bermaksud untuk meningkatkan hubungan AS
dengan Taiwan sesuai dengan hukum yang berlaku di negara kita,"
katanya.
Bahkan secara lebih keras lagi Reagan mengatakan "Sebagai
presiden saya tidak akan menerima campur tangan setiap kekuatan
asing dalam proses melindungi kepentingan Amerika dan dalam
melaksanakan UU-nya." Hal ini tentu saja ditujukannya ke arah
RRC. Sementara itu Harian Rakyat sekali lagi mengulas "Taiwan
adalah bagian dari Cina, dan hanya ada satu Cina di dunia."
Duta-besar AS di Beijing Leonard Woodcock, yang akhir-akhir ini
terpaksa mundar-mandir ke Kementerian Luar Negeri RRC,
mengatakan kepada pers bahwa maksud Reagan itu akan semakin
memperlemah kedudukan AS di mata internasional. "Jika AS kembali
ke politik dua Cina, RRC akhirnya mungkin akan menutup
kedutaan-besar AS," kata Woodcock.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini