Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penghulu Negeri Penikmat Ganja

Presiden Uruguay José Mujica jadi sorotan setelah undang-undang legalisasi ganja disahkan. Memilih tinggal di rumah sederhana.

23 Desember 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagian pemimpin dunia tinggal di istana. Sebagian lagi menikmati fasilitas mewah, seperti pelayan cakap, kapal pesiar, dan ruang penyimpanan wine beserta koleksi wine terbaik. Tapi Presiden Uruguay José Mujica menolak segala kemewahan itu. Alih-alih tinggal di Residencia de Suárez, kediaman resmi presiden, ia memilih tinggal di rumah sederhana dengan satu tempat tidur di ladang pertanian di pinggiran Montevideo—ibu kota negara berpenduduk 3,3 juta jiwa itu.

Mujica tinggal di rumah itu bersama istrinya, senator Lucía Topolansky, sonder pelayan dan penjagaan ketat. Hanya ada dua penjaga berpakaian preman di jalan tanah menuju rumahnya dan anjing berkaki tiga miliknya bernama Manuela. Pria 78 tahun itu selalu terbang di kelas ekonomi. Tunggangannya pun cuma Volkswagen Beetle keluaran 1987 seharga US$ 1.800 (sekitar Rp 21,8 juta). "Kalau saya meminta orang hidup seperti saya, mereka akan membunuh saya," kata Mujica seperti dikutip The Guardian, Jumat dua pekan lalu.

Bahkan ia menyumbangkan 90 persen gajinya untuk proyek sosial dan usaha kecil. Menurut El Mundo, dari gaji bulanannya sebesar US$ 12.500 (sekitar Rp 151,6 juta), Mujica hanya mengambil US$ 1.250. Ia merasa hidup berkecukupan dari hasil bercocok tanam. "Saya baik-baik saja dengan jumlah itu karena banyak warga Uruguay hidup dengan uang lebih kecil," ujar pria yang akrab disapa Pepe itu.

Mujica kembali menjadi topik perbincangan setelah Selasa dua pekan lalu Senat Uruguay menyetujui undang-undang legalisasi ganja yang ia usulkan. Uruguay menjadi negara pertama yang mengizinkan warganya yang berumur 18 tahun menanam, menjual, dan mengisap ganja. Sebelumnya, ia beberapa kali mengajukan peraturan kontroversial, seperti undang-undang pernikahan sesama jenis dan aborsi.

Aturan ganja terinspirasi dua negara bagian di Amerika Serikat, Colorado dan Washington, yang melegalkan penanaman dan perdagangan ganja untuk tujuan rekreasi. "Mereka memberi pengaruh pada pemikiran kami," ucap senator Sebastian Sabini.

Mujica menganggap peraturan itu logis: dibuat bukan untuk menjadikan Uruguay lebih liberal, melainkan demi menjauhkan penikmat "daun surga" dari pengedar ilegal setelah pemerintah gagal mengendalikan peredaran narkotik. Meski begitu, pemerintah membatasi hak merokok warganya bila mereka mengkonsumsi ganja melebihi batas. "Seperti alkohol, jika Anda minum sebotol wiski sehari, Anda harus diperlakukan sebagai orang sakit."

Ia membantah tudingan Presiden Dewan Pengawasan Narkotik Internasional (INCB) Raymond Yans bahwa Uruguay menolak berunding dengan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu sebelum melegalkan ganja. Kepada The Huffington Post, Yans mengatakan peraturan itu melanggar Konvensi Narkotik 1961. Namun Mujica balik menuding Yans menerapkan standar ganda: di satu sisi mengecam Uruguay, di sisi lain diam ketika Colorado dan Washington melegalkan ganja.

Sikap pragmatis Mujica bertolak belakang dengan kiprahnya pada 1970-an ketika masih menjadi anggota Tupamaros, kelompok bersenjata yang diilhami revolusi Kuba. Ketika pemerintahan dikuasai militer, mereka beraksi bak Robin Hood, merampok bank dan truk lalu membagikan hasil curiannya kepada orang miskin.

Selama beraksi, Mujica enam kali ditembak polisi dan mendekam di penjara selama 14 tahun. Ia baru dibebaskan pada 1985 ketika demokrasi dipulihkan. Mujica dan anggota Tupamaros lalu bergabung dengan organisasi kiri lainnya membentuk Gerakan Partisipasi Populer (MPP), partai politik yang kemudian bergabung dengan koalisi kiri Broad Front.

Pada 1994, Mujica terpilih menjadi legislator. Pada hari pertama kerja, dia datang mengendarai Vespa. Ia kemudian dua kali terpilih menjadi senator pada 1999 dan 2004. Presiden Tabaré Vázquez pun menunjuknya sebagai Menteri Peternakan, Pertanian, dan Perikanan pada 2005, tapi ia mundur pada 2008 dan kembali ke senat.

Broad Front mencalonkannya menjadi presiden pada pemilihan umum 2009. Mujica menang dengan 47,9 persen suara, mengalahkan calon Partai Nasional, Luis Alberto Lacalle, yang memperoleh 29 persen suara. Setelah ia menjabat presiden pada 1 Maret 2010, pelbagai kalangan menyebutnya presiden termiskin di dunia. Tapi Mujica menolak karena baginya orang termiskin punya banyak kebutuhan untuk hidup. "Saya punya lebih dari yang saya perlukan, meskipun bagi orang lain mungkin tak cukup."

Sapto Yunus

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus