Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Pukulan Kaum Garis Keras Anti-Cina

Mengganti ekonomi Stalinisme dianggap sebagai dosa Jang Song-thaek. Korea Utara mengganti petinggi militer dengan perwira berusia 50-an tahun.

23 Desember 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Puluhan tentara bermantel hijau membawa senjata lengkap mengatur lalu lintas di pintu masuk Pyongyang, ibu kota Korea Utara, Senin pekan lalu. Mereka memeriksa identitas setiap orang yang akan masuk kota. Setiap kendaraan bahkan harus membuka barang bawaannya. Ketatnya pengawasan mengakibatkan kendaraan butuh lebih dari satu jam hanya untuk bergerak beberapa ratus meter. "Orang yang tidak tinggal di Pyongyang diperintahkan meninggalkan ibu kota, sementara orang luar tidak diizinkan masuk," kata seorang sumber di Korea Utara kepada Chosun Ilbo, Senin pekan lalu.

Pengamanan superketat itu diterapkan empat hari setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, mengeksekusi mati Jang Song-thaek, pamannya. Menurut kantor berita Korea Utara, KCNA, pemerintah mengantisipasi potensi gesekan. Jang dituduh berupaya menggulingkan pemerintah dengan segala macam intrik untuk merebut kekuasaan dari tangan Jong-un.

Media yang sama menyebutkan sebenarnya upaya itu telah dilakukan pelan-pelan sejak ayah Jong-un, Kim Jong-il, sakit dua tahun lalu. Jang dianggap "pengkhianat untuk segala usia" dan "lebih buruk daripada anjing". Sebelum ditembak mati, Jang lebih dulu dicopot dari jabatannya di kemiliteran.

Tudingan lain bagi Jang: melakukan korupsi, minum minuman keras, main perempuan, menyebarkan pornografi di kalangan petinggi partai, dan berjudi menghabiskan US$ 6,3 juta atau sekitar Rp 76 miliar di kasino luar negeri, seperti Texas, Amerika Serikat, pada 2009.

Bukan hanya itu, beberapa media juga menyebut Jang telah menjual aset negara, seperti rudal, nuklir, dan obat-obatan, ke Cina. Jang mengklaim penjualan itu untuk membiayai negara. Jang memang sangat dekat dengan Cina. Dialah diplomat yang menghubungkan Korea Utara dengan Cina. Tapi dia dianggap berusaha mengalihkan orientasi perekonomian negara dari Stalinisme ke ekonomi pasar gaya Cina. Stalinisme adalah perekonomian dengan satu komando dan bertumpu pada industri militer.

Jang orang kepercayaan ayah Kim, Kim Jong-il. Jang menikahi Kim Kyong-hui, kini 67 tahun, adik Kim Jong-il. Dia bersama istrinya dipercaya menduduki posisi penting di Politbiro Partai Pekerja dan menjabat Wakil Ketua Komisi Pertahanan Nasional, yang mengendalikan militer. Jang juga ditunjuk menjadi mentor Jong-un selama peralihan kekuasaan setelah Jong-il meninggal pada Desember 2011. Dalam sejumlah acara resmi, Jang selalu mendampingi Jong-un dan menjadi orang nomor dua di Korea Utara.

Sebenarnya Jang memiliki catatan buruk saat Korea Utara di tangan Kim Jong-il. Dia sempat menghilang pada 2004. Menurut sumber intelijen Korea Selatan, dia dikurung di suatu tempat karena dianggap berdosa kepada rezim, tapi tidak jelas apa kasusnya. Sumber lain menyebutkan dia diasingkan ke luar negeri. Setelah dua tahun, dia mendapat pengampunan dan mulai terlihat di acara-acara penting Korea Utara.

Sesudah pencopotan Jang, Jong-un pun memulai bersih-bersih rezim. Dua orang dekat Jang, Ri Yong-ha dan Jang Soo-ki, dihabisi pada akhir bulan lalu. Selain itu, dia memanggil semua diplomat dan konsuler di Cina, terutama di Kota Shenyang dan Dandong. Mereka ditarik secara bertahap. Semua dokumentasi pemerintah yang menampakkan muka Jang dihapus. "Tampaknya Jong-un akan bertindak keras terhadap mereka yang dipandang setia kepada Jang," tulis kantor berita Korea Selatan, Yonhap. "Ini juga bisa menjadi tanda yang mencerminkan ketidaknyamanan pada reformasi ekonomi gaya Cina."

Koran Inggris The Guardian menyebut kelompok garis keraslah yang memimpin pembersihan dari pengaruh Jang. Beberapa di antara yang berperan adalah Kepala Politbiro Militer Choe Ryong-hae dan Marsekal Ri Yong-ho, yang pernah memimpin Komite Perekonomian. Keduanya sempat dibuang oleh Jang tiga tahun lalu, karena dinilai gagal mengatasi krisis ekonomi. "Kelompok ini masih memegang teguh gaya Stalin," tulis The Guardian.

Lee Yun-keol, Direktur Pusat Layanan Informasi Strategis Korea Utara, mengatakan keluarga Jong-un ikut berperan dalam penyingkiran Jang. Mereka menganggap Jang bukan termasuk garis keturunan Kim Il-sung, kakek Jong-un. Posisi Jang sebagai orang nomor dua di Korea Utara juga dinilai membahayakan nyawa Jong-un.

Lee menyebutkan Jong-un dan kakaknya, Jong-ul, hampir setiap pekan bertemu untuk membahas masalah negara. Istri Jong-un, Ri Sol-ju, juga ikut sumbang saran dalam eksekusi itu. Sementara itu, istri Jang, Kim Kyong-hui, setuju Jang dihabisi karena dendam atas perilaku suaminya tersebut. "Mereka ingin mempertahankan dinasti Kim Jong-un," kata Lee, seperti dikutip The Telegraph.

Eksekusi tak hanya diarahkan kepada lawan politik, tapi juga warga sipil yang dianggap bisa merusak citra Jong-un. Sembilan anggota Orchestra Unhasu dibunuh setelah menyebut Ri Sol-ju pernah menjadi bintang porno saat disadap intelijen, Agustus lalu. Eksekusi dilakukan setelah Ri merasa terganggu. Korban lain adalah penyanyi Hyon Song-wol. Dia dikabarkan menjadi selingkuhan Jong-un. Kepala Badan Intelijen Nasional Nam Jae-joon mengatakan eksekusi telah digelar 40 kali tahun ini, meningkat dibanding tahun lalu yang hanya 17 kali.

Sebenarnya Jong-un telah membenahi struktur kekuasaan selama sepuluh bulan memegang kekuasaan. Dia mengganti sekitar setengah dari jumlah kader Partai Pekerja serta pejabat pemerintah dan militer. Menurut Kementerian Unifikasi, Jong-un telah mengganti 97 dari 218 pemimpin partai, menteri, dan perwira militer senior sejak Jong-il wafat. Sebagian besar adalah jenderal kepercayaan sang ayah; merekalah yang membantu Jong-il ketika baru menempati kursi pemimpin tertinggi Korea Utara. Dia mengganti 44 persen pimpinan militer dengan perwira berusia 50-an tahun.

Seorang yang dia lengserkan adalah Ri Yong-ho, 71 tahun, mantan Kepala Angkatan Darat. Pencopotan terhadap Ri dilakukan tiba-tiba pada Juli 2012. Padahal Ri telah memainkan peran kunci saat transisi kekuasaan. Ri diangkat sebagai Kepala Angkatan Darat pada Februari 2009 dan menjabat Wakil Ketua Komisi Partai Pekerja pada 2010.

Ri merupakan satu dari delapan jenderal yang mengawal mobil jenazah Kim Jong-il. Menurut Chosun Ilbo, lima dari delapan jenderal itu telah dicopot. Sementara itu, U Dong-chuk, 71 tahun, Wakil Direktur Utama Departemen Keamanan Negara, juga diyakini telah dihabisi. Dia tidak pernah terlihat di depan umum sejak Maret tahun lalu.

Mengantisipasi kemungkinan kekacauan politik, Jong-un menggelar konsolidasi militer di depan Istana Kumkusan, Pyongyang, Senin pekan lalu—sehari sebelum peringatan kematian Kim Jong-il. Puluhan ribu tentara berbaris mengenakan mantel hijau dan topi musim dingin.

Jong-un duduk di podium didampingi Kim Yong-nam, Ketua Presidium Majelis Rakyat Agung, dan Kepala Politbiro Militer Choe Ryong-hae. Kepala Staf Angkatan Darat Ri Yong-gil, Menteri Angkatan Bersenjata Jang Jong-nam, mantan Kepala Angkatan Darat Jenderal Staf Kim Kyok-sik, dan sejumlah perwira militer yang dekat dengan Jang juga tampak khidmat mengikuti upacara. Hadir pula perwakilan dari asosiasi warga Korea di Jepang yang pro-Pyongyang dan diplomat asing.

Mereka diminta mengucapkan janji setia kepada Jong-un. "Kami bersumpah untuk menegakkan keinginan Kim Jong-il dan menghormati Kim Jong-un sebagai pusat tunggal kepemimpinan nasional dan persatuan bangsa," teriak para serdadu yang dipandu Choe Ryong-hae, pemimpin upacara.

Koh You-hwan, profesor studi Korea Utara Universitas Dongguk di Seoul, mengatakan Jong-un berupaya menetralkan potensi serangan dari para pendukung Jang. Harapannya, militer tetap bersatu. "Ini cara yang paling efektif untuk mengendalikan massa dan menumbuhkan loyalitas kepada bangsa," katanya.

Eko Ari Wibowo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus