Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cobalt. Begitu Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) menyebut fasilitas untuk menahan para tersangka terorisme setelah serangan 11 September 2001 itu. Ada pula yang memberinya julukan "penjara hitam" atau "penjara bawah tanah". CIA sendiri juga memberikan sebutan "Salt Pit". Di sinilah, di sebuah tempat di Afganistan, awal berbagai cerita keji yang ditorehkan dalam laporan Komite Intelijen Senat yang dirilis Selasa pekan lalu. Intinya: bagaimana program penahanan dan interogasi terhadap para tersangka terorisme oleh CIA.
Pemimpin Komite, Dianne Feinstein, menyebutnya "noda pada nilai kita dan sejarah kita". Dalam laporan setebal 6.000 halaman dan dibuat ringkasannya setebal 500-an halaman ini, tertuang berbagai taktik kontroversial dalam proses interogasi para tersangka. Menurut Feinstein, program penyiksaan yang terjadi itu salah, baik secara moral, legal, maupun administratif. "Ini jauh lebih brutal dari yang pernah diyakini orang," katanya.
CIA menghabiskan lebih dari US$ 200 ribu atau sekitar Rp 2,4 miliar untuk membangun penjara Cobalt pada Juni 2002. Baru pada September tahun yang sama penjara ini mulai beroperasi.
Di Cobalt terdapat 20 sel dengan jendela yang terus tertutup. Tahanan yang jumlah puncaknya mencapai separuh dari total 119 tersangka terorisme Amerika itu terus berselimutkan kegelapan, tak hanya pada malam, tapi juga siang hari. Cengkeraman belenggu di sel-sel isolasi terus mereka alami untuk waktu lama. Telinga dipaksa mendengarkan musik yang sangat lantang.
Dalam laporan Komite disebutkan para tahanan dibiarkan berkeliling dengan telanjang, atau tangan mereka diikat di atas kepala untuk waktu yang cukup lama. Terkadang tahanan diteriaki, bajunya dilepas, kepalanya ditutup, dan ditarik-tarik sepanjang koridor, sementara badan atau mukanya terus dipukuli. Ada pula tahanan yang disemprot air dingin dalam keadaan telanjang dan ditempatkan di ruangan dengan suhu 15 derajat Celsius.
Misalnya yang dialami Gul Rahman, yang meninggal pada 20 November 2002. Dia menjalani berbagai siksaan keji, dari dipaksa tidak tidur dua hari berturut-turut, dipaksa mendengar musik keras, dibiarkan dalam isolasi dan gelap, hingga disiram air dingin.
Petugas CIA juga meminta Rahman diikat di tembok selnya dengan posisi tubuh terus menempel di lantai yang dingin. Sedangkan dia hanya mengenakan pakaian tipis karena petugas meminta ia melepas baju lantaran dianggap tak kooperatif saat interogasi. Pada hari berikutnya, Rahman ditemukan tewas.
Dari hasil otopsi dan penyelidikan internal CIA, dia meninggal karena hipotermia. "Karena dipaksa duduk di lantai tanpa celana," demikian ditulis di laporan Komite.
Khalid Sheikh Mohammed, yang digambarkan sebagai otak serangan 11 September, juga mengalami berbagai kekerasan keji saat interogasi. Pria yang ditangkap pada Maret 2003 di Pakistan ini ditampar, dipukuli, ditempatkan pada posisi yang tak nyaman, berdiri lama dan tak boleh tidur, serta disiram air dingin.
Pada awal 2003, empat tahanan dilaporkan mengalami masalah di tangan dan kaki mereka. Dua orang patah kaki, satu orang terkilir pergelangan kakinya, dan seorang lagi menggunakan kaki palsu. Petugas CIA mengikat mereka pada posisi berdiri untuk memaksa mereka tak tidur dalam jangka waktu lama hingga petugas kesehatan menyatakan mereka tak kuat lagi pada posisi itu.
Pemaksaan tak tidur itu biasa dialami tahanan. Biasanya mereka harus melakukannya dalam posisi berdiri dan tangan diikat di atas kepala. Khalid Sheikh Mohammed dipaksa membuka mata selama tujuh setengah hari. Setidaknya lima tahanan mengalami halusinasi selama pemaksaan tak tidur ini.
Tahanan Abu Zubaydah remuk badannya setelah interogasi. Dalam dokumen CIA, dia digambarkan kooperatif setelah interogator menaikkan alis matanya untuk membuatnya tetap melek. Dia dipaksa berjalan di "meja air" dan duduk. Menurut laporan Komite, interogator cukup menjentikkan jari-jarinya dua kali agar Abu Zubaydah rebah, siap disiram air dingin. Hingga akhirnya dia sampai pada titik tak kuat lagi dan menjadi tak responsif.
Yang tak kalah dari semua itu, petugas CIA memberlakukan pemberian minuman dan makanan lewat anus. Kawat CIA yang juga dimasukkan ke laporan Komite menyebut Majid Khan diberi suntikan makan siang yang terdiri atas hummus, pasta dengan sausnya, kacang, dan kismis yang dilembutkan dan dimasukkan lewat dubur. "Kami menggunakan slang Ewal terbesar yang kami miliki," tulis petugas CIA dalam surat elektronik yang juga ada di laporan Komite.
Tindakan itu dilakukan, misalnya, kepada Khalid Sheikh Mohammed, meski tak ada putusan dari ahli kesehatan untuk kebutuhan medisnya. Abu Zubaydah mengalami hal yang sama. Al-Nashiri diberi suntikan ini setelah dia mogok makan. Alasannya: agar tahanan tetap hidup.
Kepala interogator CIA menyatakan proses itu menjadi metode untuk menguasai sepenuhnya tahanan dan menjadi prosedur untuk membantu "membersihkan kepala" tahanan.
Dalam laporan disebutkan pimpinan CIA mengetahui tindakan itu dilakukan dengan berlebihan. Salah satu tahanan, Mustafa al-Hawsawi, menderita masalah dubur dan ambeien kronis sebagai akibatnya.
Seorang interogator CIA di Cobalt menyatakan tahanan bisa dibiarkan saja tanpa ada yang melihat selama berhari-hari atau berminggu-minggu. Dan timnya menemukan ada tahanan yang telah dibelenggu di tembok dalam posisi berdiri selama 17 hari. Beberapa tahanan dinyatakan sudah seperti anjing di kandang. "Ketika pintu sel dibuka, mereka meringkuk."
Pada April 2006, saat penjelasan dari CIA, Presiden George W. Bush menyatakan ketidaknyamanannya menyaksikan foto tahanan yang tangannya diikat di langit-langit, hanya mengenakan popok, dan dipaksa buang air dan hajat di tempat. Orang dalam foto ini diyakini Ridah al-Najjar, yang tangannya diikat di atas selama 22 jam dua hari berturut-turut.
Komite menemukan bahwa program penyiksaan tak hanya dilakukan di Cobalt, tapi juga di berbagai "penjara rahasia" lain, seperti di Polandia, Rumania, dan Lithuania, sebelum semua tahanan ditransfer ke Teluk Guantanamo pada 2006. Interogatornya bukan hanya orang-orang CIA, melainkan juga orang-orang yang disewa untuk menangani para tersangka teroris ini.
Presiden George W. Bush selama ini selalu menyatakan penahanan dan program interogasi CIA legal dan manusiawi.
Direktur CIA John O. Brennan menunjukkan kegeramannya terhadap laporan Senat. Dia menyebutkan laporan itu merupakan gambaran tak lengkap atas apa yang sebenarnya terjadi. "Sebagai sebuah lembaga, kami belajar dari kesalahan-kesalahan ini, dan itulah mengapa pendahulu saya dan saya telah mengimplementasikan berbagai tindakan perbaikan selama bertahun-tahun," katanya.
Namun Feinstein tetap pada pendiriannya membuka lembaran gelap negerinya. "Sejarah akan menghakimi kita dengan komitmen kita terhadap sebuah masyarakat yang adil yang dipimpin dengan hukum dan kemauan untuk menghadapi kebenaran meski buruk, dan mengatakan: tidak akan pernah lagi."
Purwani Diyah Prabandari (The Guardian, The Daily Beast, The New York Times, USA Today)
Jejak Kekejian Memburu Al-Qaidah
2001
September.
Beberapa hari setelah serangan 11 September, Presiden George W. Bush memberikan kewenangan kepada CIA untuk menangkap, menahan, dan membunuh anggota Al-Qaidah di berbagai penjuru dunia.
2002
Februari.
Bush menandatangani perintah yang menyatakan Pasal 3 Konvensi Jenewa, yang melarang mutilasi, perlakuan buruk, dan penyiksaan, tak berlaku bagi anggota Al-Qaidah atau Taliban yang tertangkap.
Maret.
Abu Zubaydah menjadi tahanan pertama CIA dan proses interogasinya direkam.
Agustus.
Kepala Kantor Penasihat Legal Departemen Kehakiman Jay S. Bybee memberikan kewenangan kepada CIA untuk menggunakan teknik interogasi yang "keras".
Agustus.
Interogator CIA menggunakan waterboarding (teknik interogasi dengan cara mengikat tangan tahanan, menutup kepalanya, dan menggerojokkan air dingin) sebanyak setidaknya 83 kali terhadap Abu Zubaydah.
November.
Interogasi dengan "kekerasan", termasuk waterboarding, terhadap Abd al-Rahim al-Nashiri direkam. Tahanan lain di penjara berbeda, Gul Rahman, meninggal saat ditahan dan diinterogasi.
2003
Januari.
Inspektur Jenderal CIA memulai investigasi. Setelah 40 orang ditahan, Direktur CIA George J. Tenet mengeluarkan petunjuk resmi untuk interogasi di lokasi tahanan.
September.
Menteri Luar Negeri Colin Powell dan Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld untuk pertama kalinya diberi penjelasan mengenai program interogasi CIA.
2004
Mei.
Inspektur Jenderal CIA menyelesaikan laporan yang mempertanyakan legalitas beberapa metode interogasi. Dia menemukan interogator berlebihan dalam melakukan interogasi. Inspektur Jenderal juga mempertanyakan keefektifan program ini. Tenet memerintahkan penghentian sementara metode "keras" dalam interogasi.
Juni.
Memo Departemen Kehakiman 2002 dibatalkan oleh Kepala Penasihat Legal Kementerian Kehakiman baru, Jack Goldsmith. Namun dia kemudian mengundurkan diri.
Desember.
Penjabat Kepala Kantor Penasihat Legal Daniel Levin mengeluarkan memo baru mengecam penyiksaan. Tak lama kemudian, dia diganti.
2005
Mei.
Kepala Kantor Penasihat Legal baru, Steven G. Bradbury, mengeluarkan memo rahasia mendukung teknik interogasi "terkeras" yang digunakan CIA.
Desember.
DPR menyetujui Senat yang melarang perlakuan kasar dan tak manusiawi terhadap tahanan di penjara Amerika. Direktur CIA menulis memo ke Gedung Putih mengatakan CIA tak akan lagi melakukan interogasi "keras" tanpa persetujuan Departemen Kehakiman.
2006
April.
Bush pertama kali menerima penjelasan CIA mengenai teknik interogasi "keras".
Juni.
Mahkamah Agung memerintahkan Pasal 3 Konvensi Jenewa diberlakukan ke semua tahanan Amerika.
September.
Bush membuka keberadaan program dan menyatakan bahwa interogasi itu membuka informasi yang mengarah ke Khalid Sheikh Mohammed dan yang lainnya. Dia juga mengumumkan transfer tahanan ke penjara di Teluk Guantanamo, Kuba.
2007
Juli.
Bush mengeluarkan perintah eksekutif yang mengizinkan CIA menggunakan beberapa metode interogasi yang dilarang untuk interogasi militer, tapi Kementerian Kehakiman berkeras tidak melanggar Konvensi Jenewa.
2009
Januari.
Segera setelah dilantik, Presiden Barack Obama menandatangani perintah menutup penjara di Teluk Guantanamo, mengakhiri penjara rahasia, dan melarang penggunaan tekanan fisik yang masih dijalankan CIA di luar negeri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo