Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Penyelam Inggris Rekam Tumpukan Sampah Plastik di Laut Bali

Penyelam Inggris, Rich Horner, menunjukkan tumpukan sampah di Laut Bali, yang terbawa arus dari Laut Jawa selama musim hujan.

7 Maret 2018 | 16.28 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penyelam asal Inggris, Rich Horner, merekam video penampakan tumpukan sampah di titik Manta Point di lepas Laut Bali, yang menjadi pusat turis. Facebook/Rich

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Seorang penyelam asal Inggris merekam berbagai sampah berserakan di laut saat menyelam di lepas pantai resor wisata Bali. Penyelam bernama Rich Horner ini mempublikasikan rekaman video sampah plastik itu di akun media sosial dan YouTube.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kantong plastik, botol plastik, cangkir plastik, lembaran plastik, ember plastik, saset plastik, sedotan plastik, keranjang plastik, kantong plastik, kantong plastik lagi, plastik, plastik," kata Horner, seperti dilansir media Guardian, Senin, 5 Maret 2018. "Banyak banget plastik."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Daerah laut manta point di Bali sering dikunjungi berbagai ikan pari manta untuk membersihkan diri dari parasit menggunakan bantuan ikan-ikan kecil. Namun video itu hanya menunjukkan satu ikan pari manta. "Kejutan, kejutan. Tidak banyak ikan pari manta di sini di pos pembersihan mereka hari ini," kata Horner.

Penyelam asal Inggris, Rich Horner, merekam video penampakan tumpukan sampah di titik manta point di lepas Laut Bali, yang menjadi pusat turis. Facebook/Rich

Baca: 14 Tewas Akibat Badai Salju Beast from The East di Inggris

Menurut lembaga Rivers, Oceans, Lakes, and Ecology Foundation, Indonesia memproduksi sekitar 130 ribu ton sampah plastik dan keras setiap tahun. Dari jumlah itu, hanya setengah yang sampai di tempat pembuangan. Berita selengkapnya di situs The Guardian bisa dibaca di sini.

Kepala Sub Direktorat Sampah Spesifik dan Daur Ulang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Haruki Agustina mengatakan, sampah laut adalah masalah serius yang dihadapi Indonesia sebagai negara kedua terbesar di dunia yang berkontribusi pada sampah yang masuk ke laut. 
 
"Yang bahaya sampah mikroplastik yang masuk ke laut berubah menjadi nanoplastik dan dimakan ikan di laut. Ujungnya ikan itu dimakan oleh manusia," kata Haruki di acara aksi bersih-bersih sampah, khususnya plastik di 115 titik di Bali, Sabtu, 24 Februari 2018 yang diadakan Satu Pulau Satu Suara (One Island One Voice) dan didukung pemerintah. 
 
Berdasarkan data Direktur Jenderal Pengelola Sampah, Limbah dan Bahan Beracun Berbahaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,  9,85 miliar lembar sampah plastik dihasilkan setiap tahun dan mencemari lingkungan selama lebih dari 400 tahun. Hanya 5 persen sampah kantong plastik yang bisa didaur ulang dan sisanya menguasai hampir 50 persen lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan butuh lebih dari 100 tahun agar terurai.
 
THE GUARDIAN | MARTHA WARTA SILABAN 

Catatan Koreksi:
Berita ini disunting pada Kamis, 8 Maret 2018 untuk menegaskan sumber informasinya dari media Inggris The Guardian dan menambahkan konteks masalah sampah di laut Indonesia dari reportase redaksi Tempo sendiri.
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus