Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penulis sekaligus analis bidang politik asal Prancis Frédéric Martel menilai masyarakat dunia tidak bisa menolak keberadaan Israel sebagai negara yang eksis termasuk menolak keberadaan pemeluk Yahudi. Israel bahkan diakui oleh PBB, termasuk ketika Uni Soviet masih berdiri. Ucapan itu disampaikan Martel untuk menyoroti perang Gaza yang sampai berita ini diturunkan masih berkecamuk
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pemeluk Yahudi sudah ada di sana sejak lama. Maksud saya, sejak jaman dahulu kala,” kata Martel saat kunjungan ke Gedung Tempo, dikutip Rabu, 13 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Martel yang kerap mengunjungi Yerusalem itu mengatakan perang Gaza tidak bisa dihentikan dengan cara mengusir para pemeluk Yahudi yang tinggal di Israel. Sebab warga Yahudi di Israel, juga memiliki hak untuk hidup di sana dan mereka tidak punya negara lain untuk sebagai tujuan baru.
“Orang-orang berkata, ‘Mereka harus kembali ke negara asal mereka’. Mereka (Yahudi) tidak punya negara lain untuk dituju,” ujarnya.
Lebih lanjut, Martel mengungkap Israel tak hanya dihuni oleh bangsa Yahudi, namun bangsa Arab juga tinggal di sana. Warga keturunan Arab di Israel ini, juga memiliki hak yang sama untuk hidup di Negeri Bintang Daud.
Martel yang juga peneliti HAM berpendapat serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas ke Israel merupakan serangan teroris. Pasalnya, serangan itu telah menimbulkan banyak korban jiwa, tak hanya dari kalangan Yahudi, namun juga dari kelompok Arab yang tinggal di Israel.
Di sisi lain, Martel juga mengecam serangan brutal yang dilancarkan Israel terhadap warga Palestina yang juga menimbulkan korban sipil. Dia dengan tegas menolak tindakan Israel di Gaza.
“Tidak ada yang dapat menerima bahwa anak-anak dibunuh oleh Israel,” tuturnya.
Martel pun mengecam serangan Israel terhadap warga Gaza yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang. “Tidak ada solusi politik (yang ditawarkan Israel), yang ada hanya pengeboman,” ucapnya.
Perang Gaza sudah berkecamuk selama 14 bulan. Israel memfokuskan sejumlah operasi militernya ke wilayah utara dan tengah Gaza, yang disebut Tel Aviv sebagai kampanye untuk menghentikan serangan anggota Hamas dan mencegah mereka bertemu kembali. Sekitar puluhan ribu warga Palestina sudah dikabari agar mengevakuasikan diri dari sejumlah area, namun warga waswas mereka mungkin tak akan bisa diizinkan kembali.
Pilihan editor: Selandia Baru Terbitkan Aturan untuk Judi Online
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini