Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Perawat di Jepang Membunuh Puluhan Pasien Lansia, Ini Alasannya

Seorang perawat di Jepang membunuh puluhan pasien Lansia yang sudah diambang kematian.

12 Juli 2018 | 19.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang tahanan berusia 92 tahun mendapatkan perawatan dari petugas kesehatan saat berada di penjara Tokushima, Jepang, 2 Maret 2018. REUTERS/Toru Hanai

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Jepang digegerkan dengan pengakuan seorang perawat yang membunuh puluhan pasien Lansia karena 'gangguan' beban emosi menghadapi kerabat pasien. Ayumi Kuboki, 31 tahun, diduga telah ikut 'andil' dalam kematian 48 pasien pada 2016 di Rumah Sakit Oguchi, Yokohama, Jepang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari situs rt.com pada Kamis, 12 Juli 2018, Kuboki telah mengaku membunuh seluruh pasien manula yang sudah diambang kematian. Perawat itu mengatakan tak sanggup mengatasi beban emosi untuk menjelaskan pada keluarga pasien mengapa pasien meninggal dunia dalam pemantauannya. Kuboki diduga telah membunuh seluruh korban dengan cara mengatur masuknya cairan infus intravena dengan desinfektan yang mengandung benzalkonium klorida.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya benci melihat kemunduran kondisi kesehatan mereka dengan cepat. Saya tidak mau mereka meninggal dunia saat jam kerja saya karena itu menyulitkan saya untuk menjelaskan kepada keluarga pasien. Ini akan menjadi sebuah gangguan jika tanggung jawab itu jatuh pada saya," kata Kuboki kepada penyidik.

Ilustrasi perawat. REUTERS

Kuboki sudah ditahan pada Sabtu, 7 Juli 2018, atas dugaan membunuh Sozo Nishikawa, 88 tahun, yang meninggal dunia pada September 2016. Saat disidik, Kuboki dengan cepat mengakui perbuatannya. Dia pun mengaku membunuh setidaknya 20 pasien dari total 48 pasien yang dirawatnya sepanjang Juli dan September 2016.

Kuboki mendapatkan izin bekerja sebagai perawat pada 2008. Dia mulai bekerja pada Rumah Sakit Oguchi pada Mie 2015 setelah bekerja di rumah sakit lain.

Otoritas berwenang Jepang tidak yakin jika Kuboki hanya menyasar pasien-pasien dengan penyakit tahap akhir. Sumber yang sedang menyelidiki kasus ini mengatakan kepada Asahi Shimbun ada sejumlah pasien meninggal dunia dalam tempo tiga bulan padahal sakit yang mereka derita tidak serius.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus