"KAMI percaya pada penyelesaian diplomatik. Namun, para diplomat sudah pergi, itulah sebabnya kami berada di sini." Dalam bahasa Inggris, tulisan itu terpampang di tembok kantor pengurus Tim Perdamaian Teluk (Gulf Peace Team) di Baghdad. Menjelang batas waktu 15 Januari, sementara sejumlah pemimpin Eropa, juga Sekjen PBB Perez de Cuellar, mencari upaya damai, sejumlah aktivis perdamaian internasional pun mengadakan perkemahan damai. Tim Perdamaian Teluk, organisasi yang berkantor pusat di London adalah salah satu tim internasional itu. Dalam tim ini tergabung dua pemuda Indonesia: Rizal Mallarangeng dan Taufik Rahzen. Yang dari Indonesia adalah satu-satunya wakil dari Asia. Sementara itu, 14 negara lain meliputi Inggris, Kanada, Belanda, Jerman, Australia, Denmark, dan negara Eropa yang lain. Selain Tim Perdamaian Teluk, ada setidaknya lima kelompok perdamaian yang lain, misalnya Naum Ful Gulf Peace Team yang didirikan oleh seorang wanita Inggris bernama Pat Arrowsmith. Ia memang seorang yang giat berkampanye untuk perdamaian dan penghapusan senjata nuklir. Tiap kelompok memilih sendiri lokasi perkemahan mereka. Yakni kawasan yang berada antara konsentrasi militer Amerika dan sekutunya di Arab Saudi, dan pos-pos pasukan Irak. "Kami bertujuan menunjukkan pada kedua pihak bahwa dengan cara tanpa kekerasan, kami bisa menghentikan perang," kata John Steel, salah seorang pengurus Tim Perdamaian Teluk. Mulai akhir pekan lalu anggota Tim Perdamaian Teluk berkemah di Judaiyaat Ar-ar, 400 km barat daya Baghdad, atau 2 km dari perbatasan Saudi. Mereka datang dari berbagai profesi: dokter, pengacara, dosen, pensiunan jenderal, guru, pemimpin agama, dan juga penyanyi. Tersebut terakhir antara lain Yusuf Islam yang pernah bernama Cat Steven, penyanyi lagu country kenamaan. Tim-tim perdamaian itu independen. "Kami menanggung sendiri semua biaya perjalanan, makanan, dan peralatan," kata Steel, ketika hendak berangkat ke tempat perkemahan. Ia membawa bekal, antara lain, satu keranjang penuh bawang putih. Kata pensiunan guru SMA itu, orang Irak percaya bahwa bawang putih banyak khasiatnya, antara lain menghindarkan infeksi. Meski tergabung dalam satu tim, untuk menetap berapa lama di perkemahan, terserah pada masing-masing. Tak ada ikatan apa pun untuk tinggal atau tetap berkemah. Itu sebabnya mereka yang berkemah jumlahnya tidak tentu. Ada yang datang, ada yang pergi. Selama ini sudah sekitar 100 orang anggota Tim Perdamaian Teluk yang datang dan pergi. Keanggotaan Tim Perdamaian individual sifatnya, tak mewakili organisasi apa pun. Tim ini dibentuk di Inggris, Oktober tahun lalu, sekitar 2 bulan setelah Irak memasuki Kuwait. Lewat iklan dan kampanye mereka mendapatkan sumbangan. Dengan uang itulah perkemahan dilaksanakan. Tidakkah mereka takut? Taufik Rahzen melaporkan, dalam diskusi menjelang menuju perkemahan "muncul juga kecemasan akan risiko." Diskusi itu tentang bagaimana tindakan mereka jika perang benar-benar pecah. Mereka mengaku sangat prihatin pada kesengsaraan, kematian, kehancuran yang akan dialami manusia dan alam di tempat perang pecah. Sungguh menarik bahwa Tim Perdamaian, yang dimulai di London, mencantumkan ketentuan untuk tak mengonsumsi "daging, minuman alkohol, dan obat penenang berupa resep" karena sebagian anggota mengharamkan semua itu. YI & Taufik Rahzen (Baghdad)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini