Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan hari G7 pada Sabtu, 24 Agustus 2019, berlangsung panas saat tujuh kepala negara anggota G7 mengutarakan pandangan atas sejumlah isu global mulai dari Brexit hingga bagimana mengatasi kebakaran hutan hujan di kawasan Amazon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 25 Agustus 2019, pertemuan G7 diselenggarakan di Biarritz, Prancis, selama tiga hari. Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang menjadi tuan rumah akan menjadikan pertemuan G7 sebagai sebuah kesempatan untuk menyatukan ke-7 negara-negara kaya di dunia muncul dengan satu suara setelah dalam beberapa tahun terakhir saling silang pendapat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan G7 di Prancis diwarnai ketegangan saat pembahasan Brexit. Sumber: REUTERS/Christian Hartmann
Selain 7 negara anggota G7, yakni Prancis, Inggris, Kanada, Jerman, Italia, Jepang dan Amerika Serikat, Presiden Macron juga mengundang para pemimpin dari kawasan Asia, Afrika dan Amerika Latin agar bisa bersama-sama mendorong munculnya suatu solusi bersama atas isu global yang muncul. Namun Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk, mengatakan sekarang ini sudah semakin sulit mencari kesamaan pandangan.
"Ini pertemuan G7 yang akan menjadi ujian paling sulit bagi persatuan dan solidaritas kebebasan dunia dan ujian bagi para pemimpinnya. Ini mungkin momen terakhir untuk memulihkan komunitas politik kita," kata Tusk.
Dalam pertemuan G7 tahun lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membuat pertemuan tahunan ini berlangsung sengit. Trump memutuskan keluar dari rapat lebih awal dan menolak komunike bersama yang dibuat pada akhir pertemuan.
Sedangkan dalam pertemuan G7 2019, Trump tiba di Prancis sehari setelah membalas menaikkan tarif impor ke Cina. Dia mengatakan akan memberlakukan tarif impor tambahan sebanyak 5 persen pada impor barang-barang Cina total senilai US$ 500 miliar atau Rp 7.856 triliun. Keputusan Trump itu memperburuk perang dagang dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.