Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Peru Terperosok ke Krisis Politik, Unjuk Rasa Berubah Jadi Kerusuhan

Setidaknya tujuh orang tewas dalam unjuk rasa di Peru akhir pekan lalu saat aksi protes berubah menjadi kerusuhan.

14 Desember 2022 | 08.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Peru terperosok dalam krisis politik setelah serangkaian unjuk rasa di negara itu berujung kerusuhan. Pada aksi protes akhir pekan lalu, setidaknya tujuh orang tewas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gelombang kerusuhan di Peru saat ini dipicu oleh kudeta dan penahanan terhadap pemimpin sayap kiri Peru, Pedro Castillo setelah dia mencoba membubarkan Kongres Peru secara ilegal. Sebelum kudeta terjadi, selama sebulan anggota parlemen Peru mencoba memakzulkan Castillo, bahkan sampai tiga kali. Pada pemakzulan yang ketiga, Castillo benar-benar terdongkel dari jabatannya.

 

Peru pernah menjadi salah satu bintang ekonomi di Amerika Latin pada abad ke-21 karena berhasil mengangkat jutaan warganya keluar dari kemiskinan. Akan tetapi, gejolak politik di Peru meningkat hingga mengancam stabilitas perekonomian negara itu dan membuat sejumlah lembaga pemeringkat memperingatkan akan menurunkan tingkat ekonomi Peru.

 

Krisis politik di Peru juga telah berdampak pada blokade tambang-tambang besar, di mana Peru adalah produsen tembaga nomor dua di dunia. Demonstrasi di Peru menuntut anggota Kongres dan Presiden Peru Dina Boluarte, mengundurkan diri.

 

Warga Peru yang punya hak pilih tampak muak dengan pertikaian terus – menerus. Dalam lima tahun terakhir, Peru dipimpin oleh lima presiden yang berbeda dan tujuh kali upaya pemakzulan.    

 

“Warga Peru hanya lelah dari semua mekanisme politik ini, kejahatan, ketidak-pastian dan pertumbuhan ekonomi yang gagal,” kata Eric Farnsworth, Wakil Presiden Council of the Americas and Americas Society.

Farnsworth mengatakan janji Presiden Boluarte untuk menggelar pemilu pada April 2024 bisa membantu meredakan kondisi di Peru saat ini, namun hal itu tidak akan memecahkan masalah yang telah mengakar, di mana terjadi perpecahan dikalangan warga Peru dan pertikaian antara Presiden dan Kongres Peru.        

“Ini adalah sebuah sop beracun dengan seorang presiden yang lemah, Kongres yang tidak berfungsi, presiden yang digulingkan bersuara untuk membangkitkan perlawanan terhadap pemecatannya yang sah, warga Peru yang gelisah dan sedikit visi dari orang-orang yang ingin keluar dari segala kekacauan ini,” kata Farnsworth.

Sumber: Reuters

 

 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.   

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus