DISAKSIKAN Wakil PM li Peng, kontrak proyek nuklir Daya Bay ditandatangani Selasa pekan lalu di Beijing. Usaha patungan RRC-Inggris-Prancis itu seluruhnya mencakup HK$ 28,8 milyar, terbesar sejak Cina membuka pintunya delapan tahun silam. Bagi Li Peng pribadi, sukses Daya Bay -- yang semula tersendat-sendat -- bisa dijadikan pelicin ke puncak kekuasaan. Teknokrat ini kabarnya bersaing ketat dengan Wakil PM Tian Jiyun yang dikabarkan punya peluang lebih besar untuk menggantikan PM Zhao Ziyang. Pada saat yang sama, kontrak Daya Bay menonjok ulu hati 5 1/2 juta warga Hong Kong. Proyek nuklir itu mengipas keresahan dan menyulut amarah mereka. Dalam tempo dua bulan, sejak Juli berselang, lebih dari satu juga penduduk ikut menandatangani petisi keberatan terhadap Daya Bay. Alasannya: proyek nuklir itu bisa mengancam kelestarian lingkungan hidup, apalagi RRC dianggap tidak terlatih mengoperasikan teknologi tinggi. Dikhawatirkan bencana nuklir seperti Chernobyl bisa saja menimpa Hong Kong. Tapi mereka tidak punya senjata pamungkas, kecuali petisi itu tadi. Adalah Dewan Perwakilan, Legco (Legislative Council) yang sangat diharapkan menjadi penyambung lidah, khususnya menghadapi Beijing. Terakhir Dewan Perwakilan dituntut untuk memperpendek reses dan segera mengadakan debat istimewa dengan acara tunggal: Daya Bay. Sampai kontrak diteken Selasa lalu debat itu tak pernah terjadi. Legco condong untuk tidak membahas keresahan warga Hong Kong. Dalam pemungutan suara, anggota Legco yang siap berdebat justru kalah suara (10 lawan 22). Mayoritas justru mendukung misi pencari fakta agar memenuhi undangan Beijing. Beberapa waktu lalu Hong Kong mengirim misi seperti itu ke Eropa, AS, dan Jepang, khusus untuk meneliti proyek nuklir. Sepulang dari sana, RRC mengundang mereka, antara lain untuk membahas laporan penelitian setebal 200 halaman lebih. Gubernur Edward Youte sendiri yang memimpin romborgan ke Beijing dan selama lima hari di sana ia sudah diberi tahu mengenai kepastian pembangunan Daya Bay. Sika Youde dan mayoritas Legco mengisyaratkcan bahwa mereka tidak berminat memancing kegusaran Beijing semata-mata karena Daya Bay. Proyek pembangkit tenaga nuklir itu sangat vital bagi RRC yang seperempat industrinya terbengkalai gara-gara kekurangan tenaga listrik. Lagi pula, Daya Bay terletak di Provinsi Guangdong yang 100% berada dalam wilayah RRC. Jadi adalah sangat tidak realistis untuk menggugat Daya Bay walaupun letaknya hanya 50 km arah barat daya Hong Kong. Singkatnya, protes dalam bentuk apa pun akan sia-sia. Tapi bukan kesia-siaan itu benar yang jadi soal. Rakyat Hong Kong merasa sangat geram karena Legco bersikap banci. Semula mereka khawatir akan ekses-ekses nuklir yang bisa ditimbulkan Daya Bay, tapi kini mereka justru mencemaskan dampak politiknya. Keengganan Legco untuk menyuarakan amanat rakyat Hong Kong ke Beijing sudah merupakan indikasi bahwa lembaga ini kelak cuma bisa membebek kepada RRC.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini