BAGAIMANA menebak perkembangan yang kali ini terjadi di RRT yang
tertutup itu? Inilah tandatandanya:
þ Tidak ada satu pejabat Cina pun yang memberi komentar atas
berita penahanan dan kemudian eksekusi yang dilaksanakan atas
keempat tokoh radikal Chiang Ching, Yao Wen-yuan, Wang Hung-wen
dan Chang Chun chiao. Kalau kita berpegang pada "aturan
permainan" di Peking, keengganan untuk memberikan keterangan
atas suatu peristiwa biasanya berarti "ya". Suatu berita atau
keputusan baru boleh "dibocorkan" atau diberi komentar apabila
telah diumumkan secara resmi.
þ Kutipan terbaru Mao yang jadi retorik keempat tokoh radikal itu
adalah: "Bertindaklah menurut petunjuk yang telah digariskan".
Ketika Hua mengucapkan pidato pujian terhadap almarhum sang
ketua dalam upacara akhir perkabungan, Hua tidak mengucapkan
kutipan tersebut. Wang Hung-wen, itu "anak ajaib" dari Shanghai
-- tokoh termuda radikal -- yang berdiri di samping Hua pada
upacara tersebut, terus menerus "mengintip" teks pidato dari
belakang bahu Hua. Seakan ada sesuatu yang salah. Dan itu
terlihat dengan jelas dalam TV.
þ Sejak 30 September keempat gembong radikal tersebut tak nampak
lagi di muka umum maupun dalam upacara kenegaraan. Sayangnya,
tak ada laporan tentang bagaimana mereka dalam upacara hari
peringatan 1 Oktober -- yang kali ini diperingati di dalam rumah
masing-masing. Tapi tak munculnya mereka bisa menunjukkan, ini
berarti bahwa mereka telah disisihkan. Keempat orang itu adalah
anggota politbiro. Selain itu Yao Wen-yuan mengepalai media
massa dan Chang Chun-chiao adalah komisaris politik tertinggi
dalam tentara, di samping menjabat pula sebagai salah satu wakil
perdana menteri Mereka telah bekerja sama di Shanghai sejak awal
1966 ketika Revolusi Kebudayaan meletus.
þ Kejadian ini ditambah lagi dengan berita mengenai tentara yang
menduduki kampus Universitas Peking dan Tsinghua, dua kampus
yang jadi benteng golongan radikal. Dikabarkan bahwa beberapa
hari sebelumnya di kedua tempat tersebut telah muncul
poster-poster yang menyerang Hua Kuo-feng. Ia dituduh telah
gagal memenuhi keinginan terakhir Mao dan dituntut supaya turun.
þ Yang menarik juga adalah siaran Radio Peking yang mengingatkan
kembali kejadian di tahun 1935. Ketika itu, di tengah Perjalanan
Panjang diadakan suatu sidang politbiro yang berlangsung secara
dramatis. Terjadi polarisasi antara Mao Tse-tung melawan Chang
Kuo-t'ao, saingannya dalam strategi revolusi Cina. Referensi
terhadap tokoh ini, yang telah meninggalkan partai di tahun
1938, merupakan suatu pengakuan tersamar bahwa sekarang ini
telah terjadi kasus yang sama. Yaitu tindakan untuk memecah
belah politbiro. Dalam hal ini, koran-koran Peking pun
menyiarkan peringatan keras. Katanya, "siapa pun yang mencoba
untuk membelokkan petunjuk-petunjuk yang telah ditinggalkan oleh
Ketua Mao, mereka itu pasti akan gagal". Ini pun dapat merupakan
suatu konfirmasi mengenai adanya suaru usaha golongan radikal
yang mencoba untuk merebut kekuasaan.
Apapun yang telah terjadi, kedua pihak yang saling berebut
kekuasaan sama-sama telah menggunakan ajaran dan petunjuk Mao
sebagai legalitas. Dan orang-orang radikal berada "di bawah
angin" dalam pergulatan tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini