Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Dan "Dialog" Pun Terhenti Di ...

Para mahasiswa dari bandung berangkat ke jakarta memprotes dpr, dpa dan kejaksaan agung menyangkut bentuk mekanisme sosial yang diperkenankan di indonesia. (nas)

23 Oktober 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FRUSTRASI di kalangan mahasiswa, kata Menteri Kisel Prof Sumitro pekan lalu sering "hanya mode". Minggu yang lalu pula sejumlah mahasiswa Bandung menyampaikan protes. Di bawah ini laporan Abdullah Mustapa dari Bandung. 1 Oktober, tiga DM di Bandung, Unpad, IKIp dan Unisba (Universitas Islam Bandung) mengadakan pertemuan untuk "memancing" respons mahasiswa terhadap beberapa masalah dewasa ini. Dari sana kemudian berlangsung pertemuan kedua, 7 Oktober, di kampus IKIP. Dari pertemuan kedua ini diambil keputusan untuk mengirim delegasi ke Jakarta. Tujuannya untuk dialog, bertanya dan diskusi dengan DPR, DPA dan Kejaksaan Agung. Kepada DPR sudah dirancang untuk ditanyakan beberapa masalah. Pertama sampai di mana digunakannya hak angket oleh lembaga tersebut. Kedua, bagaimana dengan hak untuk menyelidiki persoalan aktuil yang timbul di masyarakat dewasa ini, seperti busung lapar misalnya. Demikian kata Iskadir Chottob, Ketua DM Unpad di rumahnya. Selain itu mahasiswa Bandung ingin juga mendiskusikan masalah yang berupa pertanyaan dalam kasus Sawito. Yang lainnya, juga penyelesaian Pertamina. Selain ke DPR, mahasiswa Bandung juga punya niat untuk menemui DPA yang sedang sidang. Adapun ke alamat Kejaksaan Agung, mahasiswa Bandung ingin mendapatkan kejelasan mengenai ramainya larangan komersialisasi jabatan. Seperti yang dikhawatirkan oleh Iskadir Chottob sendiri, jangan-jangan komersialisasi jabatan itu hanya sekedar "konsumsi politik" saja. Tiga Kendaraan Merasa bahwa hal-hal yang akan diajukan tersebut "bukan tendensius", maka dari pertemuan kedua itu diputuskanlah: 13 Oktober mahasiswa Bandung akan berangkat ke Jakarta. "Kami kerangkat dari kampus Unpad pukul 5 pagi", kata Iskadir. Rombongan seluruhnya terdiri 28 orang dari 13 Perguruan Tinggi. Mereka naik tiga buah kendaraan, dua colt dan sebuah jip. Para mahasiswa tak membawa memorandum atau petisi dan semacamnya. "Malahan beberapa kawan sudah rapi memakai dasi", tambah Iskadir. Di Cipanas, mereka turun untuk sekedar sarapan. Hujan turun cukup basah. Sehabis sarapan, mereka terus ke Jakarta. Sampai di Ciputat, jam 09.40 dekat IAIN kendaraan mereka dicegat oleh dua kendaraan patroli kota dan sebuah patroli jalan raya. "Kendaraan kami diperiksa surat-suratnya oleh seorang letnan yang masih muda dan simpatik" kata Iskadir. Mulanya memang hanya bolak-balik surat saja. Walaupun tak urung curiga juga, sebab kendaraan lain tak ada yang distop. Jadi hanya kami saja yang dirazzia" kata Iskadir. Melihat gelagat itu, seorang mahasiswa ada yang nyeletuk: "Kok ada pemeriksan surat-surat kendaraan bukan oleh polisi lalu-lintas?" Akhirnya sang letnan itu buka kartu juga. "Kami ditugasi untuk tidak mengijinkan saudara masuk ke ibu kota!" katanya, serta mengaku dirinya dari Laksus. Selain itu dia juga menanyakan mana surat ijin dari rektor dan Laksusda Jawa Barat. "Sejak kapan ada tata tertib bahwa beberapa warganegara yang ingin memasuki daerah ibukotanya sendiri harus ada ijin dari Laksus?" tanya mahasiswa. Tentang ijin dari rektor, memang pernah ada ketentuan, mahasiswa dari sebuah universitas yang akan melakukan kegiatan di luar kampus harus ada ijin rektor. "Tapi kami kan datang dari semua perguruan tinggi yang ada di Bandung. Rektor mana yang harus kami minta ijinnya?" tanya Iskadir. Letnan dari Laksus itu kata Iskadir hanya menjawab: "Saya mengerti, tapi kami diperintahkan!" Akhirnya lskadir Chottob bicara dengan komandan pasukan yang menghadangnya, yang ada di kantor, lewat waikie-talkie. Jawaban yang datang: jika mahasiswa bersikeras, akan datang bala bantuan. Tak lama kemudian, benar juga: datang sebuah truk yang penuh dengan pasukan anti huru-hara dengan pakaian dan alat-alat lengkap yang seperti pemain rugby itu. Para mahasiswa masih juga mencoba hubungan dengan Laksus Jaya. ri sini datang perkenan: dari 28 orang mahasiswa yang jadi rombongan waktu itu, 5 orang di antaranya boleh datang ke Laksus. Mendapat tawaran ini, mahasiswa berunding, sampai akhirnya diperoleh kesepakatan, tawaran Laksus itu ditolak. "Jika tawaran Laksus ini kami terima, akan menjadi preseden lain kali", kata Iskadir Chottob. Dan rombongan itupun kembali. Surat-surat kendaraan mereka tetap ditahan. Mereka dikawal dua buah mobil patroli jalan raya, malahan di atas mereka melayang-layang sebuah helikopter kepolisian. Mungkin itu heli yahg baru diterima Kepolisian -- dan saat itu ada kesempatan mencobanya. Sampai di Bogor, rombongan mahasiswa ini oleh pengawal diserah-terimakan kepada penggantinya, patroli jalan raya setempat. Jajan Bakso "Di Bogor kami sengaja mampir ke IPB", tutur Iskadir. Mulanya para pengawalnya ikut juga masuk ke kampus, malah ada yang jajan bakso segala. Tapi tak lama kemudian mereka keluar agak menjauh. Kepada DM IPB Iskadir Chottob banyak berterima kasih atas segala fasilitas yang diberikan. Di sini mereka membuat pernyataan protes yang ditandatangani oleh semua DM yang ikut. Ketika rombongan mahasiswa yang lain melanjutkan pulang ke Bandung, seorang di antaranya sengaja menghilang. Naik bus, terus berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan protes mereka ke koran-koran. Paginya protes mereka sudah dipublisir. Di antara kalimat protes itu ada pertanyaan besar: "Mekanisme sosial macam manakah yang masih diperkenankan di Republik ini?" Kedengarannya mereka frustrasi. Apa juga "mode'?.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus