Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PM Bangladesh Sheikh Hasina menuding Myanmar memprovokasi perang di tengah-tengah krisis pengungsi Rohingya dan menyatakan pemerintahannya menghindari konflik tersebut dengan “melakukan pengekangan” pada Sabtu 7 Oktober.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasina menambahkan, pemerintah Bangladesh akan tetap membantu hampir satu juta muslim Rohingya yang melarikan di dari Myanmar untuk menghindari kekerasan. Hasina mengatakan pada satu tingkat tertentu setelah pengungsian paksa etnis Rohingya, Myanmar “bertingkah seperti mereka ingin perang.”
Baca: Bangladesh Tahan 2 Jurnalis Myanmar Saat Meliput Rohingya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tentara, penjaga perbatasan dan polisi sudah diberi peringatan, dan saya meminta mereka untuk tidak bertindak atas berbagai provokasi tanpa perintah saya,” kata Hasina di Bandara Dhaka setelah kembali dari New York untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB.
Bulan lalu, pemerintah Bangladesh menyatakan beberapa kali drone dan helikopter Myanmar telah melanggar batas wilayah udara dan Myanmar menanam ranjau di perbatasan untuk mencegah kembalinya warga etnis Rohingya.
Hasina menyatakan, Bangladesh mengambil sikap yang tepat untuk menarik perhatian masyarakat internasional pada krisis Rohingya yang akhirnya memaksa Myanmar untuk membuka pembicaraan tentang isu ini.
Baca: Bangladesh: Penyelundup Narkoba Manfaatkan Pengungsi Rohingya
Bangladesh, kata Hasina, menawarkan tempat berlindung bagi etnis Rohingya yang menghadapi “kekejaman brutal” dengan wanita, anak-anak, dan orang tua sebagai korban terburuk sebagai kewajaran dan karena alasan kemanusiaan.
“Jika perlu, kami akan makan satu kali sehari dan berbagi sisanya dengan orang-orang yan menderita ini,” ujar Hasina.
Sekitar 515 ribu pengungsi Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dalam 5 minggu terakhir setelah penyerangan kelompok militan menyerang pos polisi Myanmar. Militer Myanmar membalas serangan dengan meluncurkan operasi militer yang disebut pejabat PBB sebagai operasi pembersihan etnis. Lebih dari 800.000 warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh di dekat perbatasan Myanmar.
LIVEMINT | DWI NUR SANTI